2

46 9 0
                                    

Four years later.

Gazella's Point Of View.

"Happy birthday Harry!" Teriakku sambil memeluk Harry.

"Jam berapa ini?" Tanyanya sambil mengerjapkan matanya.

"Jam 12 pagi!" Ucapku.

"Yaampun. Kau sangat pintar, Gazella." Ucap Harry terkikik.

"Sssh. Jangan sampai Mom dan Dad tau kalau kita bangun di tengah malam." Ucapku.

"Oke!"

"Semoga kau panjang umur. Semoga di ulang tahunmu yang ke 12 ini kau bisa jadi anak yang pintar. Dan jadi kakak yang baik untukku hehe."

"Terima kasih!." Ucap Harry sambil memelukku.

"Tunggu." Aku beranjak dari kasur Harry dan mengambil kue kecil dan memasang lilin angka 12 tidak lupa menyalakan api di atasnya.

Aku menyodorkan kue itu kepada Harry. Mata Harry tampak berbinar melihatnya. Aku sangat senang.

"Wah! Ini untukkku?" Tanya Harry girang.

"Bukan, ini untuk Mom." Ucapku sarkas.

"Tentu saja untukmu, bodoh!." Ucapku bercanda.

"Hehe, kau memang adik yang baik."

"Ayo, tiup lilinnya." Ucapku.

Ia menghembuskan nafasnya dan api lilin tersebut mati. Aku menepuk tangan dan memberi sebuah kado yang kubuat beberapa hari ini.

Kadonya memang tidak seberapa.

Ia membuka bungkus kado kotak itu dan mengernyit setelah melihat kado itu.

"Apa ini?" Tanyanya.

"Perhatikan baik baik."
Aku mengambil kotak itu dari tangan Harry dan membukanya. Nampaklah dua buah patung anak kecil perempuan dan laki laki yang sedang berdansa bersama berputar putar diiringi lagu yang tidak kuketahui apa judulnya.

"Wah, ini kotak musik! Kau beli dimana? Bagus sekali." Ucap Harry.

"Aku tidak membelinya. Aku tidak mempunyai cukup uang untuk membelinya. Aku membuatnya asal kau tahu."

"Aku tidak percaya kau bisa membuat ini." Ucapnya.

"Oke, jadi aku menemukan ini di taman sekolah dengan keadaan rusak dan tanpa kedua patung anak kecil itu. Aku membuatnya lebih bagus dan membuat patung itu dari lilin yang dikeraskan." Jelasku.

"Oh, itu sangat menakjubkan! Aku sangat senang." Ucapnya.

"Sekali lagi terima kasih, adikku." Lanjut Harry.

Aku tersenyum menanggapinya.

"Ayo kita makan kue nya!" Ucapnya gembira.

"Ayo!"

---

"Harry! Apa kau tahu? Aku benar benar tidak mengerti pelajaran matematika di kelas 6. Apa kau mengerti pelajaran kelas 6?" Tanyaku.

"Aku tidak pernah mengerti matematika, Gazella. Kau tahu itu." Ucap Harry.

"Yasudah."

"Pulang sekolah nanti. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat." Ucap Harry.

"Kemana?" Tanyaku.

"Lihat saja nanti." Ucap Harry sambil memakan makanannya.

"Ella? Kau benar tidak ingin pesan makanan?" Tanya Harry.

"Aku tidak lapar. Mom kan juga sudah membawakan bekal untuk kita. Kenapa kau makan di kantin?" Tanyaku.

"Aku sedang ingin memakan makanan Mrs Blain."

"Tapi hampir setiap hari kau memakan masakan kantin, begitupun masakan Mrs Blain." Ucapku.

Harry hanya menatapku dan langsung memakan makanannya kembali.

"Kau berisik sekali sih. Aku sedang makan." Ucapnya ketus.

"Kau kenapa?" Tanyaku.

"Tidak tahu." Ucapnya.

Eh? Dia kenapa?

Aku hanya diam,
Biarkan dia cerita sendiri nanti.

Dia terlihat kesal manatap kearah belakangku, aku mengikuti arah pandangnya dan melihat gadis yang sedang bergandengan tangan dengan kekasihnya mungkin? Eh tunggu, itukan Taylor!

"Kau kenapa kesal melihat Taylor?" Aku bertanya.

"Kau berisik sekali sih!" Ucapnya gentar.

"Yasudah" aku bangun dari kursi kantin dan beranjak meninggalkan Harry, ia mungkin butuh waktu sendiri.

---

"Harry! Aku disini!" Teriakku.

"Kau kemana saja sih!? Aku menunggumu lama tau!" Ucapnya kesal.

"Ck, aku habis dari kamar mandi. Kau sedang pms ya? Galak sekali." Ucapku sambil cekikikan.

"Huh, ayo kita pulang!" Ucapnya sambil menarik tanganku kearah sepeda.

Ia menaiki sepedanya dan aku naik di kursi penumpang sepeda ini sambil memegang bahu Harry.

Ia menjalankan sepedanya ke arah pulang dan aku baru teringat sesuatu,

"Harry?" Panggilku.

"Apa?" Jawabnya ketus.

"Bukannya kau ingin mengajakku ke suatu tempat?" Tanyaku.

"Nanti saja, aku malas hari ini." Ucapnya.

"Kau kenapa sih? Ceritalah sedikit, aku siap mendengarkan." Ucapku.

Ia menghembuskan nafas beratnya.

"Nanti kuceritakan dirumah."

Aku tersenyum mendengarnya.

"Kita sampai, cepat turun." Ucapnya membuyarkan pikiranku.

Aku cepat cepat turun dari sepedanya dan melangkah masuk kedalam rumah.

"Kalian sudah pulang? Cepat ganti baju dan makanlah. Mom memasak hari ini, tetapi nanti sore Mom harus pergi untuk mengurus beberapa berkas."

Aku mengangguk dan langsung menaiki tangga dan masuk kekamarku.

Setelah selesai ganti baju aku kembali ke bawah untuk makan bersama Mom dan Harry.

Harry sudah duduk manis disana.

"Duduklah, Ella." Ucap Mom.

Aku menduduki bangku kosong sebelah Harry.

Mom meletakan tiga piring berisi steak di meja. Wah! Aku sangat lapar.

Aku baru saja ingin menyentuh makananku tetapi ada yang menahannya.

"Doa terlebih dahulu, Ella." Ucap Mom sembari tersenyum.

"Maaf, Mom. Aku lupa" akupun membaca doa dan langsung makan dengan lahap.

Setelah selesai makan aku masih duduk manis di meja makan menunggu Harry selesai.

"Mom? Apakah kau tidak lelah selalu bekerja?" Tanyaku.

"Aku tidak lelah, Ella. Kerja itu Hobbyku." Ucap Mom.

"Tapi kau hampir setiap hari dan jarang berada di rumah bersama kita, Mom." Ucap Harry.

"Aku kerja untuk kebutuhan mu juga, Harry." Ucap Mom.

"Kau dan Dad memang gila kerja." Ucap Harry.

Mom hanya diam menanggapi Harry.

Taylor Swift As Herself

My Everything H.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang