8

30 6 4
                                    

"Harry? Kulihat di televisi akan ada audisi X factor, kau harus ikut." Ucapku.

Aku sedang berada di taman CP bersama Harry, Ia yang mengajakku, katanya ingin menghirup udara segar.

"Apa? Tidak." Ucapnya.

"Kenapa? Suaramu kan bagus. Aku mau kau ikut, Kali saja kau bisa menjadi penyanyi terkenal."

"Tidak, aku malu."

"Ck, sejak kapan laki laki sepertimu mempunyai malu?"

"Akan kupikirkan dulu." Ucapnya sambil menghembuskan nafasnya.

Harry bangun dan menarikku, aku menatapnya bingung

"Mau kemana Harry?"

"Ke sesuatu tempat, kuharap kau tidak lupa." Ucapnya.

Aku memikir keras, tempat apa yang kuingat, kan banyak.

Ia membawaku menaiki mobilnya, ia melaju dengan kecepatan sedang.

"Sampai." Ucapnya. Aku membuka seatbelt dan beranjak turun.

Harry mengenggam tanganku dan menarik masuk ke sebuah pintu  yang sudah usang, lalu membuka nya.

Aku melihat pemandangan taman pinggir danau, terdapat beberapa perahu di pinggiran danau tunggu-- ini kan...

"Harry, Danau ini kan danau yang kita datangi dulu saat kecil, apakah benar?"

"Yep. Dan aku mengambil ciuman pertamamu." Ucapnya sambil menyeringai.

Aku menundukan mukaku, bisa kutebak semburat merah mengumpul di kedua pipiku.

Harry mengangkat daguku membuatku menatapnya.

"Kau memerah." Ucapnya sambil tertawa. Aku memukul lengannya.

"Mau naik perahu?" Tanyanya sambil mengulurkan tangannya.

Aku mengangguk dan mengambil uluran tangannya. Kami menaiki perahu itu, ada beberapa orang yang menaiki perahu lain.

Perahu ini hanya ada kita berdua. Ia mengambil dayung dan mendayung air danau ini.

Perahu ini sampai ke tengah tengah danau, tidak banyak orang disini.

Tidak ada yang membuka suara sejak tadi, aku merasa canggung.

Perahu ini sudah berjalan menjauh dari keramaian orang

"Harry, ini sangat menyenangkan." Ucapku mencoba basa basi.

"Yeah, apakah kau melihat ada ikan disana? Aku melihatnya meloncat tadi.".

"Dimana?"

"Di mana mana."

Aku mendengus mendengar jawabannya.

"Ella." Aku menoleh setelah namaku dipanggil. Aku menatap matanya yang juga menatapku, aku terhipnotis oleh mata hijaunya itu.

Ia mendekatkan wajahnya padaku, aku menutup mataku dan sudah kurasakan bibirnya yang sudah menempel di bibirku.

Tell me is that Deja Vu?

***

Aku merasa canggung dengan Harry setelah kejadian tadi, ia berbicara denganku tapi hanya singkat.

Harry's Point Of View

Aku tidak bermaksud menciumnya tadi, itu kecelakaan, agh! Pasti dia marah.

Aku tidak mengerti kenapa aku bisa menciumnya, aku terhipnotis oleh tatapan mata indahnya.

Aku jadi merasa teringat, ciuman kita waktu masih kecil di perahu yang sama, tempat yang sama.

I just- don't know, When she's staring at me, My heart went knock knock, And them butterflies in my stomach won't stop stop.

Aku takut ia marah.

Aku akan meminta maaf padanya besok pagi.

Aku melucuti pakaian ku satu persatu dan mengiring tubuhku memasuki bathtub air hangat. Aku merasa tenang saat berendam.

Setelah selesai aku langsung memakai boxer ku dan merebahkan tubuhku di ranjang. Aku mengambil ponselku di nakas dan memainkan permainan di ponselku, aku belum ngantuk.

Tapi lama lama mataku berat dan aku meletakan kembali ponselku, aku mengubah posisi tidurku menjadi lebih nyaman dan pergi ke alam mimpiku.

***

Aku memakai pakaian ku dan langsung ke dapur.

Aku duduk di meja makan bersamaan dengan Harry yang sepertinya habis mandi.

Dan ada Dad des disini.

"Hey, Dad." Aku berucap sambil tersenyum.

"Hey, Ella."

"Kau tidak kerja hari ini?" Tanyaku.

"Ya, Ada meeting nanti siang, tetapi tenang saja, sore aku akan pulang karena ada acara pertemuan Ceo dan kau, istriku dan Harry harus ikut."

"Ikut? Tapikan itu acaramu--"

"Acara itu boleh membawa keluarga."

Aku ber'oh' ria dan menatap Harry yang hanya diam

"Bagaimana sekolahmu, Harry?" Tanya Dad.

"Sama seperti biasa." Ucap Harry datar.

"Kau Ella?"

"Menyenangkan, aku sudah lumayan bisa di matematika." Ucapku.

Mom menghampiri meja makan dan meletakan piring berisi sarapan.

Aku mengambil toast dan memakannya sampai habis.

"Ayo, Gazella. Aku tidak ingin terlambat." Aku mengangguk dan mengikuti Harry ke mobilnya.

"Tapi, Harry akukan sudah punya mobil."

"Bareng saja. Atau aku yang ikut di mobilmu."

Aku mengangguk dan ia meraih kunci mobilku dari tanganku.

"Hey! Aku yang menyetir!"

"Tidak." Aku pasrah dan hanya mengikutinya sampai mobil.

(Skip)

Aku turun dari mobil bersamaan dengan Harry, kebiasaan gadis gadis disekolahku, mereka selalu memandang Harry layaknya dewa. Bahkan dulu ada yang sempat menyakarku karena mengira aku menjalin hubungan dengan Harry.

Harry hanya mengeluarkan senyum sok manisnya itu kepada para gadis gadis menggelikan. Dan disambut semburat merah di pipi mereka.

"Kenapa mereka semua terpesona dengan senyuman mu, padahal aku saja muak dengan tingkah sok manis mu itu." Ucapku.

Harry melirikku tajam, aku menatapnya tak peduli dan mengalihkan wajahku.

(A/n buat yang gatau apa itu Deja Vu, Deja Vu itu adalah suatu ingatan seseorang di masa lalu itu terulang maupun mimpi atau nyata. Misalnya: Gue ngeliat emak gue lagi nyapu terus gue kaya keinget sesuatu, kaya kejadian itu pernah terjadi, tapi gue lupa, itu mimpi ada beneran. Ya begitulah lu cek aja mbah gugel.

Oke gue tau part ini pendek, tapi gue bener bener capek hari ini, tugas sekolah benar benar menumpuk, Hate that shit tbh.

My Everything H.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang