~ Kertas Antik ~

358 12 1
                                    

Di suatu siang yang terik, seorang mahasiswa bernama Dika Martaputra atau yang akrab disapa Dika sedang berjalan dengan sahabat karibnya, Erin di universitas mereka. Dika adalah mahasiswa jurusan sejarah bersama dengan Erin. Ayahnya meninggal sejak ia berusia 10 tahun. Sementara itu, Ibunya sering sakit-sakitan. Hal ini menjadikan Dika sebagai tulang punggung keluarganya. Ia memiliki pekerjaan sampingan sebagai kurir di salah satu tempat laundry di kotanya. Dengan penghasilan kecil itulah, ia menghidupi Ibu, serta Adiknya yang masih duduk di bangku SMP.

"Tugas dari Dosen yang suruh nyari artikel tentang huruf palawa udah kamu Dik?" tanya Erin.

"Udah dong, tinggal diprint doang. Susah ya, aku gak paham babar blas." Jawab Dika.

"Iya Dik, semalem aku nyoba ngapalin, lumayan udah dapet 10 huruf, eh paginya udah lupa, hahaha" sahut Erin.

"Denger-denger, minggu depan ada tes itu tentang huruf palawa, siap lo?" tanya Dika.

"Kaga lah gila, eh aku nitip print artikelnya sekalian ya" pinta Erin.

"Mager ah" jawab Dika

"Buset sama temen juga, ayo lah Diiiik" rayu Erin.

"Ya udah mana sini flashdiskmu, nanti pulang aku mampir warnet" Jawab Dika.

Kemudian, Dika menyudahi obrolan dan pulang. Setiap harinya, Dika selalu menggunakan transportasi umum karena ia tidak punya cukup uang untuk membeli kendaraan bermotor. Saat sedang di bis, ia ditelfon oleh adiknya.

"Halo cah ayu" sapa Dika.

"Mas! Penting mas!" seru adik Dika.

"Ada apa dek?" tanya Dika.

"Ibu mas!!, Ibu barusan dibawa Pak RT ke rumah sakit!" seru adik Dika.

"Hah?!, oke gini. Mas nanti telponin mba Erin tak suruh nemenin kamu. Mas mau langsung nemui Ibu di rumah sakit" jawab Dika.

"Yaya mas, cepetan ya!" sahut adik Dika.

Dika langsung menelpon Erin dan memintanya menemani adiknya di rumah. Hubungn adik Dika dengan Erin memang sudah cukup dekat karena Erin sering berkunjung ke rumah Dika. Setelah selesai menelfon, Dika bergegas turun di perempatan depan rumah sakit dan langsung masuk mencari Ibunya. Dika bertemu dokter yang berada di depan kamar ICU Ibunya. Ia bertanya pada Dokter tersebut.

"Dok, Ibu saya kenapa?" tanya Dika.

"Gini mas, Ibu anda mengalami kelainan pada hatinya, saran saya mas segera cari bantuan untuk melakukan operasi transplantasi hati, hatinya sudah rusak mas, banyak lukanya" jawab dokter.

Dika menunduk memegangi dahinya, ia tak tahu harus berbuat apa. Setelah beberapa saat, ia sadar yang dapat ia lakukan hanyalah mencari pinjaman uang ke teman-teman dan saudara jauhnya.

"Oke dok, terima kasih infonya" sahut Dika.

Tanpa masuk menemui Ibunya terlebih dahulu, Dika langsung berlari keluar rumah sakit, orang pertama yang ia cari adalah pamanya yang berada di Papua. Dika menelponya dan meminta pinjaman uang darinya. Namun pamanya tidak mampu untuk memberi pinjaman dengan jumlah yang sebegitu banyaknya. Kemudian ia menelpon saudara jauhnya yang lain. Namun, jawabanya selalu sama. Lalu Dika datang mengunjungi rumah teman dan dosenya satu per satu. Namun lagi-lagi tak ada satupun yang bersedia. Orang terakhir yang ia tuju adalah bos nya di perusahaan laundry. Namun sayang, ia juga menolak untuk memberinya pinjaman uang sebanyak itu.

Di tengah keputusasaanya, Dika duduk termenung di depan kantor laundrynya. Ia dihampiri oleh tukang becak tua bernama Pak Marjan yang tingal tepat disamping rumah Dika.

"Ada apa dek Dika? Kok kayaknya sedih banget" tanya Pak Marjan.

"Anu pak, Ibukku sakit parah, kata dokter harus dioperasi, tapi aku gak punya uang sebanyak itu Pak. Aku udah cari pinjaman sana-sini gak ada yang mau ngasih Pak" jawab Dika.

"Ooo, saya ikut prihatin ya dek, Ibumu sakitnya apa ta?" tanya Pak Marjan.

"Liver Pak, kata dokter hati Ibu sudah gak fungsi lagi. Harus diganti" jawab Dika.

"Ooo, yang sabar ya dek, terus usaha demi Ibumu. Hidup gak selamanya mulus dek" jawab Pak Marjan.

"Iya pak, lha Pak Marjan kok udah sore begini belum pulang narik ta?" tanya Dika.

"Iya dek, Bapak ada urusan tadi, eh pulangnya ketemu dek Dika" jawab Pak Marjan.

"Ya sudah Pak, kayaknya udah sore, saya tak pulang, mandi, terus lanjut cari pinjeman lagi mbuh kemana pak" jawab Dika.

Dika yang berniat pulang di hentikan oleh Pak Marjan, ditariklah tanganya dan disuruhnya untuk duduk kembali. Pak Marjan berjalan kebecaknya, diambilah secarik kertas kecil dari bawah kursi becaknya. Ia memberikan kertas itu kepada Dika, dengan suara lirih ia berkata,

"Kertas ini mungkin bisa mbantu dek Dika" kata Pak Marjan.

"Apa ini Pak?" tanya Dika.

Rejeki wontene sekang panggonan sing Cetha

"Kertas ini Bapak dapat dari kakek buyut Bapak waktu Bapak masih kecil, kata beliau kertas ini akan menuntun kita menuju rejeki yang amat sangat besar, tapi ingat kertas ini ada bersama dengan para pemburu lain yang selama ini mengejar kertas ini, Bapak sudah berjanji pada mereka untuk ngasihkan kertas ini seminggu lagi. Kalau dek Dika tidak mendapatkan apa yang dek Dika cari, tidak cuma Bapak yang bisa hilang nyawa, kemungkinan Ibumu juga." Kata Pak Marjan.

"Oooh, terima kasih banyak ya Pak, saya tak pulang dulu." Kata Dika.

"O iya dek, ati-ati ya!"jawab Pak Marjan.

Dika dengan segera pergi menghubungi Erin untuk meminjam laptop yang akan digunakanya untuk mencari-cari tentang legenda harta karun itu.
"Halo Rin" sapa Dika.
"Iya Dik, ada apa? "tanya Erin.
"Kamu masih dirumahku kan?" tanya Dika.
"Iya, ini masih sama adekmu" jawab Erin.
"Kamu bawa laptop gak Rin? " tanya Dika.
"Bentar, aku liat tasku dulu... Iya Dik aku bawa" jawab Erin.
"Oke sip, kamu jangan pulang dulu, aku kesana sekarang" kata Dika.
"Siap Dik" jawab Erin.

Dika pun bergegas pulang ke rumahnya dan bertemu Erin. Di sana ia menceritakan apa yang terjadi pada Ibunya, ia juga menceritakan siapa saja yang sudah ia mintai pinjaman. Lalu yang terakhir Dika menceritakan mengenai kertas kecil pemberian Pak Marjan itu. Setrlah itu, dika langsung mengambil laptop dan mencari-cari artikel mengenai legenda harta karun itu. Setelah beberapa menit mencari, Ia menemukan sebuah candi yang bernama candi Cetha, dimana kemungkinan besar misteri kertas itu akan terungkap.
"Erin! Sini deh bentar" seru Dika.
"Iya Dik emang ada apa? "tanya Erin.
"Liat nih, ada candi namanya candi Cetha, tulisanya sama persis sama yang ada di kertas ini. Lagian panggonan kan artinya tempat, jadi mungkin di candi ini harta karun itu disimpan" jawab Dika.
"Wow, mungkin aja sih, tapi kamu mau kesana sendirian gitu? " tanya Erin.
"Ya begimana lagi Rin? Kayaknya emang harus gitu deh. " jawab Dika.
"Aku ikut boleh? " tanya Erin.
"Jangan jangan jangan... Kalo kamu ikut adekku sama siapa? Lagian bisa jadi candinya ditengah hutan, bahaya buat kamu" jawab Dika.
"Tapi.. "
"Ssssshh, udah kamu dirumah aja" sahut Dika.
"Oke deh, tapi kmau ati-ati lho ya! " seru Erin.
"Siap Dan Laksanakan! " jawab Dika.

Pada saat kuliah, dosennya sendiri pernah memberitahunya bahwa ada sebuah tempat misterius peninggalan majapahit yang menyimpan banyak sekali harta rampasan perang yang hingga saat ini belum juga ditemukan.

...

The Lost TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang