Esok harinya, mereka sudah tiba di Jakarta dan menuju ke Museum Fatahilah. Sesampainya di depan Museum Fatahilah, Dika dan Erin bertemu Arif. Arif pun langsung memberitahu rencana paling aman untuk mengambil artefak tersebut.
"Oke gini, rencananya aku bakal menerobos masuk ke kantor petugas keamanan buat ngambil data sama nyadap komputer pengamanya. Caranya? Nanti aku sama Dika bakalan masuk duluan ke dalem museum. Kita seolah-olah jadi pengunjung biasa, nanti kita pura-pura liat-liat koleksinya gitu. Nah di titik dimana kita ketemu. Kita bakalan pura pura debat, seolah-olah ketemu musuh bebuyutan gitu, kita bakalan adu mulut, dan kalo itu belum cukup kita bakalan saling ngata-ngatain pake bahasa jorok. Hal itu bakalan mbuat petugas nangkep kita dan masukin kita ke kantor mereka untuk di interogasi. Kalo udah gitu, kamu Rin, masuk ke dalem kantornya, kamu bilang seolah-olah tas kamu habis di jambret,paling ngga itu bakalan ngasih waktu kita untuk ngehack komputer mereka. Erin acting yang lebai aja deh, seolah-olah tas kamu isinya cek, emas, duit apalah. Biar mereka keluar semua buat nyariin, Kalo udah selesai kumpul di depan mini & market itu ya. Dik paham?" kata Arif.
"Yoop" jawab Dika.
"Rin, paham?" tanya Arif.
"Sip jelas" jawab Erin.
"Oke kalo gitu, Ayo Erin masuk agak telatan, tetep intai kita berdua, biar tau ruanganya dimana" kata Arif.
Setelah mereka semua paham, mereka langsung melancarkan aksinya. Pertama, Arif dan Dika berpura-pura menjadi wisatawan biasa yang masuk ke dalam museum. Di sana mereka mulai berakting, mereka berpura-pura seperti orang yang sedang berkelahi, pertama-tama mereka hanya adu mulut, lalu mereka mulai berkata kasar dan jorok. Secara otomatis, petugas yang melihat langsung melerai mereka. Melihat datangnya petugas, Arif dan Dika justru memaki-maki mereka dengan kata-kata kasar. Melihat sikap Arif dan Dika yang dibilang tidak sopan. Para petugas menangkap mereka dan memasukanya ke dalam ruang petugas keamanan. Di sanalah Erin memulai aksinya. Ia mengetuk ruang petugas dan meminta bantuan, ia berpura-pura tasnya dijambret.
Tok tok tok...
"Ya tunggu sebentar" kata salah seorang petugas sembari berjalan kea rah pintu dan membukanya.
"Ada apa ya mbak?"
"Pak pak tolongin saya!! Tas saya dijambret!!!"
"Tenang mbak tenang, kemana arah pelakunya lari?" tanya si petugas.
"Dia lari ke sana pak, ke pintu keluar!" seru Erin sembari menunjuk pintu keluar.
"Oke mba tenang dulu" kata si petugas.
"Gimana mau tenang Paak!! Tas saya itu sisnya hp apel 7, tablet, notebook, cek, sertifikat rumah, kalung, cincin kawin, STNK lamborjini, sama tiket liburan pak!!" seru Erin.
"Buset dah mbak, itu isi tas apa hadiah kuis bu?" jawab si petugas.
"Buruan kejar!!! Suruh semua petugas ikut mbantuin pak!!" seru Erin.
"Oke mba, ayo petugas keluar semua kita cari jambretnya" kata si petugas.
"Tapi dua kampret ini gimana pak?" kata petugas lain sembari menunjuk Arif dan Dika.
"Borgol mereka dan kunci pintunya!" jawab si petugas.
Salah seorang petugas memborgol mereka berdua, karena terburu-buru. Si petugas memborgol mereka di bagian depan, jadi tangan mereka masih leluasa bergerak. Kemudian para petugas pun keluar dan mengunci Arif serta Dika di dalam ruangan tersebut. Tentu saja, mereka berdua tidak butuh keluar untuk melanjutkan aksinya. Begitu semua petugas keluar, Arif dan Dika sontak tertawa terbahak-bahak karena acting Erin yang sangat lucu. Kemudian dengan tangan masih terborgol, Arif berjalan menuju komputer pemantau di sudut ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Treasure
AventureSinopsis : Dika Martaputra, seorang mahasiswa kurang mampu yang ditempa musibah Ibunya sakit parah dan butuh uang segera untuk membiayai operasi Ibunya menerima bantuan berupa secarik kertas dari tukang becak yang menuntunya ke petualangan luar bia...