~ Berburu di Cetha ~

151 7 0
                                    



Keesokan harinya, Dika langsung berangkat menuju Surakarta dengan kereta api. Ia membeli tiket perjalanan pagi. Sampai di Stasiun Balapan, Dika segera keluar dan mencari tumpangan menuju Karanganyar, kota tempat candi Cetha berada. Setibanya di Karanganyar, Dika kembali mencari tumpangan menuju candi Cetha. Setelah menemukan tumpangan dan melakukan perjalanan selama 1 jam, Dika diturunkan di tepi hutan. Supirnya berkata Dika harus berjalan kurang lebih 1 km jika ingin mencapai candi Cetha. Baru beberapa langkah dika memasuki hutan tersebut, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

"Halo Dik" sapa Erin.

"Lho kamu kok bisa disini? Kamu ke sini pake apa? Adekku gimana?" tanya Dika keheranan.

"Tenang tenang... Adekmu aku titipin ke Ibukku, katanya dia lagi ngga ada kerjaan, makanya aku titipin ke dia. Aku gamau kali kamu kelayaban sendirian" jawab Erin.

"Kamu ngikutin aku ya?" tanya Dika.

"Iya, hehe. Aku pake kendaraan yang sama persis kaya kamu. Kamunya aja yang gak nyadar" jawab Erin.

"Buset, aku dibuntutin ternyata. Sekarang mending kamu pulang deh" kata Dika.

"Kejem amat sama temen. Udah bela-belain ngikutin kesini pake duit sendiri juga" jawab Erin.

"Siapa suruh? Hahaha" kata Dika.

"Ya udahlah, nggak kasian aku apa? Lagian aku jamin adekmu aman Dik" jawab Erin.

"Ya udah deh kamu boleh ikut. Yuk jalan" kata Dika.

Setelah berjalan menyusuri hutan selama beberapa menit, tibalah mereka di depan sebuah candi. Dika yang tak tau petunjuk apapun berjalan masuk menuju candi Cetha, ia dan Erin melihat-lihat kawasan candi yang sudah sepi lantaran waktu yang sudah sore. Dika kebingungan karena tak tahu apa yang harus ia lakukan. Erin datang menghampirinya dan memintanya untuk keluar candi tersebut.

"Dik, keluar yuk bentar" pinta Erin.

"Mau ngapain coba, kita baru sampe, aku juga belum nemu apa-apa" jawab Dika.

"Ayo cepetan" pinta Erin sembari menarik tangan Dika.

Sesampainya di pintu masuk Erin menyuruh Dika berbalik badan dan menghadap kearah candi. Terlihat sebuah candi yang lurus sejajar dengan pintu masuk.

"Mungkin Cetha yang dimaksud itu jelas, lurus" kata Erin.

"Hmm, pinter juga kamu" jawab Dika.

Mereka berdua langsung menuju candi tersebut dan mencari-cari petunjuk disekitarnya. Ia menemukan keanehan di bagian belakang candi tersebut dimana batu-batu yang tersusun terlihat tidak saling menyatu seperti pada bagian candi lainya. Batu-batu berbentuk segitiga sama kaki itu arahnya tidak beraturan, ada yang mengarah ke atas, samping, dan juga bawah.

"Eh Rin, liat nih" kata Dika.

"Apaan Dik?" tanya Erin.

"Liat batu-batu segitiga ini, mereka gak keliatan nempel sama batu belakangnya. Lagian arahnya juga nggak genah" kata Dika.

"Iya ya Dik" kata Erin.

"Hooooow, aku inget kata Pak Budi dosen sejarah kita. Inget filosofi tumpeng?" kata Dika.

"Iya inget, tumuju pangeran kan?" tanya Erin.

"Pangeran yang dimaksud kan Tuhan. Coba kalo batu-batu ini aku arahin ke atas semua" kata Dika.

"Pinter juga kamu Dik, yaudah gih coba" jawab Erin.

Maka ia mencoba memutar batu-batu tersebut, dan ternyata berhasil. Ia mengarahkan semua batu tersebut kearah atas. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh batu dari dalam candi. Mereka berdua langsung masuk ke dalam candi tersebut. Mereka melihat sebuah meja batu yang bagian tengahnya terbuka, padahal sebelumnya tertutup.

The Lost TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang