Jakarta, 4 Juli 2011.
saat itu, matahari sangat terik sekali. aku merasakan seakan-akan matahari berada tepat diatas kepalaku. hanya berjarak beberapa centimeter. katakan aku lebay, tapi itu kenyataannya.
Aku berjalan sendirian menuju halte untuk menaiki angkot agar sampai dirumah. sesampainya dihalte, ada banyak anak laki-laki disana. sedang nongkrong sepertinya. atau mungkin menggoda murid baru? Ahh.. apa peduliku. Aku ingin cepat sampai rumah.
saat aku sedang menunggu angkot, ada seorang anak laki-laki yang sedang nongkrong dia menegurku. katanya :
"Meiliana?" tanyanya.
Aku menoleh dan memperhatikan dia dengan jidat yang mengkerut.
"Ya? siapa ya?" aku bertanya padanya.
"oh kenalin, Saya Tito. temannya Dimas." jawab dia.
dalam hati, aku berkata : mau temennya Dimas kek, temennya polisi kek, temennya supir angkot sekalipun aku gak peduli. mau mu apasih?
tapi hanya dalam hati. tidak aku ungkapkan.
"ada apa ya mas?" tanyaku.
Aku rasa, dia heran kenapa aku memanggilnya mas. sebenarnya aku juga gatau sih kenapa aku manggil dia mas hehe. itu reflek begitu saja.
dia menggaruk kepalanya, yang aku rasa dia banyak kutunya. aku harus jauh-jauh dari dia.
"ini ada titipan buat kamu. dari Dimas." Dia, si Tito itu memberikan sebuah amplop kepadaku. dan langsung pergi.
aneh!
karna keasikan ngobrol dengan Tito, aku lupa bahwa angkot yang tadi aku panggil sedang menungguku.
"neng! jadi naek kagak? kalo kaga jadi bilang daritadi penumpang yang laen pada protes nunggu situ doang lama banget!" kata abang angkot dengan suara khas betawinya.
ah aku jadi merasa bersalah. "eh iya bang saya naik kok"
setelah aku naik, aku merasakan hawa tidak enak. jelas saja, orang-orang didalam angkot semua pada melototi aku. aku takut kalau-kalau mata mereka keluar nantinya. apa gak takut ketuker kalau semua mata pada lepas dari tempatnya? hih
aku akui, aku memang mempesona. makanya mereka pada memelototi aku. hihihi
YOU ARE READING
Seandainya
Teen Fictionseandainya aku bisa meminta permintaan, aku akan mengulang waktu saat besamamu. seandainya kejadian itu tidak terjadi, pasti aku masih bersamamu saat ini. seandainya ... seandainya ...