Group Chat dan Tanaman Hias

282 26 18
                                    

Selamat malam, Gilang. Duh, Sabtu malam yang cerah, ya? Pasti menyenangkan bila di Sabtu malam ini kita mengobrol bersama.

Membahas segala hal tentang masa depan kita. Menyenangkan sekali.
***
Kamu ingat tugas kelompok untuk mencari tanaman hias? Tugas yang membuat aku meminta Id LINE mu? Ah, itu saat-saat yang mungkin bisa di bilang masih sangat kaku. Apalagi saat Gede, membuat group chat di LINE dan Blackberry Messengger untuk kelompok kita. Kamu jarang muncul.

Anda bergabung dengan obrolan.
Sidiq bergabung dengan obrolan.
Gilang bergabung dengan obrolan.
Rina bergabung dengan obrolan.

Gede: woy, tanaman hias yang bawa siapa nih?

Sidiq: ktanya pete pete goceng

Rina: gua gbisa, rmh gua pelosok.

Gede: yang lain mana? Rara? Gilang? Bisa nyari gk? Rmhnya dkt toko taneman gk?

Rmh gua jauh dri tukang jualan tanman hias. Yg rmhnya sekitar Ciwidey siapa? Kt emak gua dsitu bnyak yg jualan tanman hias,

Gilang: rmh gue disitu. Tapi kata ayah gue gk ada.

Ish, kata emak gua ada. Di pinggir jln.

Gede: disini gk ada yg punya id line bayu apa?

Gk

Gilang: nggak,

Sidiq: dia gapunya line katanya.

Gede: yelah, ketua malah gaada line. Gmn si.

Dan percakapan demi percakapan mulai muncul di notifikasi smartphone ku. Aku hanya memperhatikan, dan sesekali ikut menimpali jika ada yang perlu untuk ku jawab. Tapi lebih banyak memperhatikan. Apalagi, sadar atau tidak, aku selalu menunggu namamu yang muncul di notifikasi layar hapeku. Selalu ingin melihat apa reaksi yang kamu berikan dalam setiap percakapan yang muncul.

Yang ku tahu, kamu itu pendiam di grup, Lang. Berbeda seratus delapan puluh derajat dibandingkan di dunia nyata. Kamu di dunia maya itu sangatlah irit bicara. Berkata seperlunya. Sangat di sayangkan, Gilang. Karena kamu menjadi sulit untuk lebih di kenali. Aku jadi bingung sendiri, sebenarnya, kamu itu pendiam atau terbuka? Atau, kamu memiliki kepribadian ganda?

Oh iya, omong-omong soal grup, aku jadi ingat saat kamu menyebut namaku di grup BBM waktu itu. Kamu tahu rasaku bagaimana saat itu? Ya ampun, itu menyenangkan entah kenapa. Kamu tahu? Ucapanmu di grup waktu itu bahkan sampai aku screenshot. Aku simpan di galeri ku. Sebagai pengingat bahwa kamu pernah memanggil namaku. Meskipun bukan di dunia nyata. Tapi aku tetap terharu.

Kamu itu sudah manis, matanya indah, baik pula. Aku jadi ingat saat itu kamu ke sekolah membawa satu pot tanaman hias berukuran besar. Padahal, di kelompok kita sudah ditentukan, siapa yang akan membawa tanaman hias. Yang jelas, itu bukan kamu. Dan, saat itu, kamu yang tidak tahu, hanya mengedikkan bahu dan tetap menyerahkan tanaman hias itu ke guru pembimbing kita. Kamu menyerahkannya begitu saja. Tanpa meminta ganti rugi atas uang yang dipakai untuk membeli tanaman hias itu. Kamu baik loh, Gilang. Sungguh, sampai-sampai saat itu aku merasa tidak enak dengan kamu, lalu akhirnya aku memberikan uang sedikit untukmu sebagai ganti rugi tanaman hias itu. Tapi, kamu menolaknya. Ah, Gilang, kamu benar-benar mengagumkan!

"Lu ngapain bawa tanaman hias, Lang?" tanyaku yang sadar kamu masuk kelas dengan menenteng pot besar.

Kamu menoleh,"Buat kelompok, lah. Dikumpulin."

"Kan, yang bawa si Gede. Bukan elo," ucapku.

"Iya apa? Kok gue nggak tahu?"

"Kan udah dikasih tahu di LINE semalem, Lang. Gimana, sih? Nggak baca ya lo?"

"Nggak lah. Orang gue nggak punya kuota."

"Terus, itu tanaman mau lo apain sekarang? Gede tadi udah ngumpulin tuh tanaman."

Kamu berjalan menghampiri Bu Guru, lalu meletakkan pot millikmu diantara pot-pot yang lain. Lalu berbalik kembali.

"Nih, buat patungan duit tanaman lo." Ucapku menyodorkan uang lima ribuan kepada kamu.

"Nggak usah, salah gue juga. Ikhlas gue. Selow bae."

Lalu kamu melangkah pergi meninggalkanku yang berdiri sendiri sambil tersenyum melihat perbuatanmu.
***
Jangan tersenyum begitu, Gilang. Aku tahu, kamu pasti sedang membanggakan diri sendiri saat kamu membaca ini.

Oh iya, tadi aku sikat gigi pakai pasta gigi rasa stroberi, loh. Rambutku juga kuberi shampo berperisa anggur.

Jangan bilang-bilang ya, Lang. Itu semua milik adikku. Nanti dia marah jika tahu.

Untuk Gilang [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang