Hai, Gilang! Aku, sekarang ingin kita kembali mengingat saat kita masih satu kelompok, dulu. Kamu ingat tidak? Kalau-kalau kamu lupa, aku akan mengingatkan. Karena, di sinilah tugasku, mengingatkan kamu disaat kamu lupa. Ahaha.
***Kamu ingat tidak, saat kelompok kita mendapat tugas untuk mengelilingi sekolah dan mencatat nama setiap ruangan dalamm setiap gedung yang kita lewati dalam satu lembar kertas berisi denah? Ya ampun, itu menyenangkan, tahu. Saat itu, kamu begitu antusias dan bawel denganku. Karena, kebetulan yang menyenangkan, lagi-lagi aku harus bertugas untuk menulis segala seuatu.
Sesekali, aku menatap punggung kamu saat kamu berjalan cepat di depanku, loh. Tapi, sepertinya kamu tidak mengetahui itu. Mengingat, kamu terlalu sibuk membaca plang nama tempat yang di pasang di atas pintu masing-masing ruangan. Dan juga sesekali berhambur ke kelompok lain untuk mencari jawaban. Kamu itu seperti anak kecil tahu, Lang. Begitu menggemaskan. Selalu bersemangat atas segala hal.
Dan, karena saking bersemangatnya, kamu juga jadi terlalu putus asa jika kamu gagal. Seperti saat panitia sudah mengumumkan bahwa waktu kita hanya sedikit lagi, kamu tiba-tiba berjalan pergi dan duduk di pelataran depan gedung salah satu jurusan. Aku lupa jurusan apa itu.
Kamu duduk sambil menunduk. Terus menerus menggerutu, menyesali kenapa masih ada kolom yang belum terisi.
Kamu bahkan masih sempat-sempatnya mencuri kesempatan untuk mendekat ke ruangan yang belum kita kunjungi dan melihat nama ruangan tersebut ketika panitia lengah. Beberapa kali, bahkan kamu harus ditegur, karena berulang kali kedapatan mencuri kesempatan untuk pergi. Kamu juga sempat dengan berani atau cerdiknya melihat lembaran denah sekolah kita yang entah kenapa tertempel erat pada jendela salah satu ruangan.
"eh, kamu, yang item kurus, itu!" kakak pembina memanggil kamu sambil menunjuk-nunjuk diri kamu yang sedang membaca plang nama ruangan di salah satu bagian sekolah.
Kamu yang sedang meyuruhku mencatat, menolah, lalu celingak-celinguk memastikan apakah yang dipanggil itu kamu apa bukan.
"Itu elu, bego." Ucapku, membuat kamu membulatkan mulutmu dan mengeluarkan suara vokal o yang cukup panjang.
Kamu berjalan santai menghampiri kakak pembina tersebut, padahal, sudah terlihat jelas bahwa kakak pembina itu sedikit gemas dengan tingkah kamu yang menyebalkan itu, Lang.
Terjadi perdebatan yang sedikit memakan waktu. Membuat beberapa siswa yang kebetulan lewat dan bahkan mengenal kamu melihat kamu dan kakak pembina. Bahkan ada beberapa yang terang-terngan menertawakan kamu yang terlihat begitu tolol dan polos. Duh, maaf, Gilang, aku memang memiliki perkataan yang kasar. Jadi, wajar bila aku sedikit mengumpat. Habis, kamu seperti itu. Sok polos, dan lugu. Seperti orang idiot yang pura-pura pintar, tahu. Menggelikan.
Aku ingat saat kamu kembali dengan bibir membentuk cengiran lebar yang mengelikan. Lalu beberapa kali ceniran itu mengeluarkan tawa yang khas. Seolah tidak ada apa-apa sebelumnya, kamu kembali berjalan sambil celingak-celinguk melihat seisi sekolah."kalo jadi junior tuh nurut sama seniornya, de. Kamu itu masih baru di sini. Kamu masih belum fix jadi siswa sini. Jangan macem-macem kamu," kamu hanya membalas perkataan kakak pembina dengan cenngiran lebar. Lalu kembali berjalan santai ke depan.
"Eh, ayo, eh. Nanti dimarahin sama kakaknya loh!" entah disengaja atau tidak. Kamu malah mengucapkan dengan lantang ajakanmu. Membuat anggota cowok di kelompok kita ikut cekikikan sedangkan aku menjadi tegang. Apalagi ketika melihat kakak pembina tadi menatap padamu tajam. Menyeramkan.
***
Aku ada pesan untuk kamu, Gilang. Tolog, berhenti untuk main-main. Kamu juga jadilah murid yang penurut, Lang. Jangan buat reputasi kamu jelek di mata semua orang. Menyebalkan boleh, tapi menjadi pembangkang, sebaiknya jangan.
Dadah.
Aku selalu sayang kamu.
Sampai ketemu besok!
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Gilang [ON HOLD]
Novela JuvenilApa yang lebih istimewa dari sebatas kenal? Desember 2016