Hari Terakhir MPLS

207 16 0
                                    

Selamat malam, Gilang! Duh, sebenarnya aku malas mengingatkanmu tentang ini. Karena MPLS kita kenal, jadi, ya aku juga harus mengingatkan kamu tentang hari terakhir MPLS, ‘kan?
***
Saat hari terakhir itu adalah saat aku sedang suka-sukanya dengamu. Itu saat dimana aku sedang memikirkan tatapan kamu saat kegiatan MPLS itu.  Tapi, nyatanya di hari terakhir MPLS, aku justru jarang bertemu kamu. Terpisah karena segala kegiatan yang ada di hari itu. Bazaar, lah. Pengenalan ekstrakulikuler, lah. Ya ampun, itu semua membuat aku jadi tidak bisa melihatmu di mana-mana.

Kamu tahu, Gilang? Di setiap kegiatan hari itu, yang selalu aku cari ialah kamu. Yang selalu aku harapkan untuk berjalan lewat di hadapanku adalah, kamu. Tapi, kamu tidak ada di mana-mana. Saat menonton pertunjukan yang di lakukan oleh anak-anak ekskul japanese club kamu tidak ada. Bahkan sampai di pertunjukan drama oleh perwakilan PMR, pun, kamu tidak terlihat di mana-mana. Membuatku tidak bersemangat saat itu, kamu tahu.

Beruntung saat setelah upacara penutupan selesai, kakak pembina mengumpulkan kita. Sehingga aku bisa melihatmu. Omong-omong, Gilang, di hari itu, kamu kelihatan murung sekali. Mukamu sering terlihat datar, tanpa ekspresi.

“Eh, mepet ya, biar kelihatan semua di kamera,” ucap kakak pembimbing.
Aku yang kebetulan berdiri di paling ujung merapatkan diri ke Putri, begitupun semuanya. Sedangkan kamu, terlihat berjarak tiga orang dariku.

“Eh, hitungan ketiga, bilang tiga, ya. Satu, dua..”

“...tiga!” ucap semua serentak.

Aku tertawa sebentar, cukup menyesal kenapa bahagia baru muncul saat MPLS sudah berakhir. Dari awal MPLS bahagiaku hanya bersumber dari satu orang, yaitu, kamu. Tidak ada yang lain. Lalu kembali dengan sesi foto bersama, akibat gaya foto yang beruba-ubah, entah kenapa malah membuat semua orang menjadi berpindah posisi. Aku hanya bergeser sedikit ke kiri. Sedangkan yang lain sudah berpindah jauh dari posisi awal mereka. Berpindah sana-sini.

Aku yang hanya fokus pada kamera yang tetap memotret tidak sadar dengan posisi diriku sendiri, yang tiba-tiba di himpit oleh dua cowok. Dan kalian pasti kaget dengan ini, karena aku juga kaget. Bagaimana mungkin, kamu yang awalnya berjarak tiga orang dariku bisa tiba-tiba berdiri di sebelahku begini? Dengan posisi menyamping menghadapku, lalu bergaya idiot melihat kamera tanpa peduli. Itu saat paling mendebarkan menurutku, tahu, Lang. Bahkan tanganmu bersentuhan dengan lenganku. Itu sangat amat mendebarkan sekaligus menyenangkan. Membuat aku beberapa kali menggunakan tanganku untuk sekadar membetulkan jilbab atau bergaya saat di foto.

Ya ampun, Gilang. Hari itu benar-benar hari yang sangat amat berharga untukku, tahu. Ingin rasanya setiap hari seperti itu denganmu.
***

Oh, iya, Gilang. Selamat tahun baru!! Resolusiku di tahun ini salah satunya mendapatkan kamu, loh. Kamu resolusinya apa? Apa, sama denganku? Hi, seru kali, ya, kalau kita bisa bersama selamanya.

Untuk Gilang [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang