Maaf kalo banyak typo:)
***
Selama perjalanan pulang, Radhin dan Larissa tak banyak bicara. Bahkan tak ada satupun dari mereka yang mengeluarkan suara.
Mereka berdua hanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Udah nyampe sa" ucap Radhin akhirnya.
Hening
Radhin menoleh ke arah Larissa lalu memegang pundak Larissa, "Larissa, kita udah sampe rumah kamu" Radhin tersenyum manis.
"Ha? E-eh iya" Larissa yang baru menyadari hal itu pun langsung gelagapan.
Radhin hanya bisa tersenyum melihat tingkah Larissa.
"Aku turun ya dhin" sesaat Larissa ingin membuka pintu, tiba-tiba Radhin memegang lengan Larissa ketika Larissa membalikkan badannya, Radhin langsung memeluknya.
Radhin mengusap kepala Larissa, "Aku tau kamu bisa ngadepin ini semua. Aku selalu disini kalo kamu butuh aku sa. Kamu ga sendirian"
Pertahanan Larissa pun langsung runtuh seketika. Tangis yang sudah di tahannya sejak di cafe akhirnya pecah.
Larissa membalas pelukan Radhin dengan erat.
"A-ku gakuat dhin. Aku gatau harus apa lagi" tangis Larissa semakin kencang hingga bahunya bergetar.
Radhin melepas pelukannya lalu menangkup wajah Larissa yang sudah dipenuhi air mata.
"Ssttt... Mana Larissa yang aku kenal? Larissa yang aku kenal gak kaya gini. Kamu harus kuat sa" Radhin tersenyum manis seraya menghapus air mata yang ada di pipi Larissa.
"... Masih ada aku disini. Aku selalu dukung kamu apapun keputusan yang kamu buat, selama itu baik" lanjut Radhin.
"Kamu gabakal tinggalin aku kan dhin?" Tanya Larissa sesegukkan.
Radhin menggeleng, "aku gabakal tinggalin kamu, sebelum kamu tinggalin aku"
Ya, itu kata radhin, untuk sekarang.
"Aku gabakal tinggalin kamu" balas Larissa.
"Yaudah, kamu masuk ya. Udah ditunggu orang tua kamu"
Larissa mengangguk.
Baru saja Larissa ingin membuka pintu mobil, lengan Larissa ditarik lagi oleh radhin.
Larissa memicingkan matanya tanda bingung, "kenapa?" Tanyanya.
Radhin menangkup wajah Larissa lagi dan mengecup kedua mata Larissa.
"Jangan nangis lagi ya, aku gamau liat kamu kaya gini lagi" Radhin tersenyum tulus.
Larissapun membalas senyum Radhin dengan senyuman. Larissa senang diperlakukan oleh radhin seperti ini. Manis, baginya.
"Iya, yaudah aku masuk ya"
Radhin mengangguk.
"Eh tapi" Radhin memegang lengan Larissa lagi.
"Apalagi dhin?"
Radhin cengengesan, "Engga hehe, cuma mau ngasih tau"
Larissa menaikkan sebelah alisnya, "ngasih tau apa?"
Radhin menunjuk mata Larissa, "hehehe, itu.. mascara kamu luntur"
Larissa yang mendengar hal itu hanya bisa bengong, setelah itu pipinya memerah.
Radhin mencubit pipi Larissa, "ih pipi kamu merah. Lucuuuuu"
Tak lama, Larissa tersadar dari lamunan nya dan langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Ihh kamu mah... Kalo luntur jangan dibilangin kek, diemin aja sampe aku sadar. Aku kan malu radhiiinnnn" teriak Larissa.
"Hehehe, aku boong kok"
Seketika tangan Larissa turun dari wajahnya dan menampakkan wajah Larissa yang sedang memelototkan Radhin.
Larissa memukul lengan Radhin, "bodoamat, aku marah" Larissa langsung membuka pintu mobil dan langsung memasuki rumahnya.
"Yah, ngambek" ucap Radhin dari dalam mobil.
***
"Yes, gue menang lagi!" Teriak Radhin seraya mengangkat kedua tangannya yang dipegangnya.
Dika beranjak dari duduknya dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur, "Lo curang dhin. Udahan ah, males gue" ucap dika.
"Hahaha, Lo lagian gabilang kalo gaboleh main curang. Salah lo sendiri kan?"
"Ya Lo nya aja gila! Namanya main tuh ya gaboleh curang lah" Dika melempar Radhin dengan bantal.
"Gausah berantakin kasur gue juga kali" ucap sakti yang sedang membaca buku
"Nah loh yang punya kasur marah"
"Hehe, maap ya sak" ucap dika yang memasang wajah tak berdosa nya itu.
Sakti hanya memutar bola matanya lalu menutup bukunya.
"Lo dari mana tadi dhin?" Tanya sakti.
"Abis main sama Larissa"
"Oohh"
Drrrtttt...drrrtttt...
Sudah berapa kali hp itu bergetar tapi sang pemilik tak ada niatan untuk mengangkat telfon itu.
"Hp Lo geter dari tadi. Berisik" ucap sakti seraya menyodorkan ke Radhin.
"Biarin aja, gue males angkat kalo gakenal nomernya" ucap Radhin yang masih memainkan ps nya itu.
"Angkat"
Radhin memutar kedua matanya, "ck, rese Lo"
Radhin merebut ponselnya dan langsung mengangkat.
"Lo dimana?"
"Siapa nih?"
"Abi"
Radhin mengernyitkan dahinya.
"Dapet nomer gue darimana?"
"Gapenting. Cepet kerumah gue kalo Lo masih mau dikelompok gue"
Tut.
Setelah sambungan terputus, Radhin langsung menyadari satu hal.
"Oiya, gue kan ada janji sama abi" Radhin langsung bergegas pergi dari rumah sakti.
"Kemana tuh orang?" Tanya dika.
"Au".
***
Radhin sudah sampai didepan rumah abi.
Drrttt... drrttt...
Merasa ponselnya bergetar, Radhin langsung membuka ponsel itu.
Abigail : Besok-besok aja kerumah gue. Gue mau pergi.
"Apaansi nih orang" ucap Radhin.
Radhin langsung menekan tombol call.
"Halo"
"Lo apa-apansi? Gue udah nyampe depan rumah lo. Terus dengan enaknya Lo nyuruh gue pulang?"
"Ya orang gue mau pergi. Lo pulang aja"
Tut.
Radhin langsung melempar ponselnya itu ke samping.
"Nyusahin!"
Dengan kesal, Radhin menyetir mobilnya untuk kembali kerumah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
Teen FictionPHO? Tentu itu tidak ada dalam kamus Abi. Tapi apa jadinya jika, Abi tiba-tiba masuk didalam hubungan Radhin dan Larissa? Dan mengubah semuanya? Abigail : "Gamungkin kan gue suka sama dia yang jelas-jelas udah punya pacar?" Radhin : "Ngapain sih gue...