There's something in the way you look at me.
-
Hari ini adalah hari pertamanya di SMA Lion Star. SMA favorit yang jadi idaman banyak orang. Hari ini juga, tepat satu bulan ia resmi menjadi warga negara Indonesia lagi setelah tujuh tahun tinggal di London.
Gadis berbalut seragam abu-abu metalic dan putih khas Lion Star itu berjinjit di depan papan pengumuman. Berusaha mencari sela agar ia bisa lebih jelas melihat daftar nama yang terpampang di sana.
Perjuangannya untuk berdesak-desakan dan berusaha mencari cela, akhirnya berhasil. Ia sampai di depan papan pengumuman.
"Embun Paradina Adhisti... Embun.." gumamnya. Jari mungilnya menelusuri satu per satu nama yang ada. Hingga jarinya berhenti di kelas 11 MIA-A1.
Setelah menemukan namanya, Embun berbalik dan berusaha keluar dari himpitan para murid yang masih belum menemukan nama mereka.
Matanya menatap sekeliling, mencari keberadaan kelas 11 MIA-A1. Kakinya hampir saja melangkah masuk ke kelas barunya sebelum ia merasakan sesuatu yang keras dan berat menghantam tubuhnya.
"Aduh!"
"Jalan pake mata bisa?"
Embun langsung mendongak begitu kalimat itu meluncur dari orang yang menabraknya. Ekspresinya berubah jadi datar meskipun sebenarnya ia jengkel setengah mati.
"Maaf ya, yang nabrak itu anda. Kok malah nyalahin saya?" tanya Embun ketus. Matanya melirik name tag cowok itu. Namanya tidak terlalu jelas kaewna tertutup tas. Tapi ia sempat menangkap nama belakangnya. Atmanegara.
'Boleh juga namanya.'
Cowok dihadapannya hanya mengangkat sebelah alis dengan wajah meremehkan. Matanya melirik name tag yang menempel di seragam Embun, sama seperti yang dilakukan gadis itu beberapa detik yang lalu.
"Gue nggak punya waktu ngurusin elo, Embun Paradina Adhisti," jawabnya sambil memberi penekanan pada nama gadis yang sedang jengkel di depannya. Lalu melenggang pergi begitu saja.
"Eh, lo! Dasar cowok nggak tanggung jawab!"
Setelah berkata demikian, Embun melangkahkan kaki menuju kelas barunya.
Kelas itu terlihat ramai. Beberapa siswi terlihat asik ngobrol dan para siswa berteriak sambil lempar-leparan kertas.
Embun melangkah masuk. Mata coklatnya mencari keberadaan bangku kosong. Tatapannya jatuh pada sebuah bangku di pojok kanan belakang. Ia meletakkan tasnya lalu memasang earphone. Tangannya men-scroll list lagu. Lalu gadis itu menyentuh sebuah judul. Tanpa sadar, ia larut dalam lagu itu. Kepalanya bergerak sesuai irama dan bibirnya menggumamkan lirik lagu itu. Ia sedang asik menikmati pagi pertama di SMA barunya sampai seseorang datang dan mengejutkannya.
"Minggir," kata orang itu. Singkat dan dingin.
Gadis itu mendongak dan mendapati laki-laki yang tadi pagi menabraknya sedang berdiri tepat di sampingnya. Tasnya hanya dipakai sebelah dan rambutnya sedikit acak-acakan. Hidungnya tidak terlalu mancung, sorot matanya tajam dan berwarna abu-abu tua. Embun sempat terkunci dengan tatapan laki-laki itu. Tatapan itu tidak hanya tajam, tatapan itu tegas. Tapi Embun yakin, di balik ketegasan dan ketajaman mata itu, terselip sebuah luka. Lalu lima detik kemudian, ia seakan sadar dari mimpi.
"Emang lo siapa? Enak aja main usir-usir orang," balas Embun tak kalah dingin.
"Yang ngusir lo siapa? Minggir, gue mau duduk. Itu tempat gue," jawab laki-laki itu sambil menunjuk bangku di sebelah Embun. Mulut gadis itu membentuk huruf "o" lalu berdiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
That Eyes
Teen FictionKetika dua tatapan yang beradu, dua hati yang menyatu, membuka sebuah masa lalu yang terlupakan.