BAB 8

208 25 0
                                    

"Serius Gam, lo mau pindah ke sekolah gue?" Tanya Biana penuh selidik pada cowok yang ada dihadapannya.

"Iya Bi, soalnya selain gue bosen sekolah di sekolah yang gue tempatin sekarang, gue juga lagi nyari orang." Jawab Agam sembari meneguk minumannya yang sudah tinggal seperempat gelas itu.

"Siapa yang lo cari?"

"Rana. Namanya Rana. Tapi gue gak tahu jelasnya tu cewek yang mana."

Biana menyerngit bingung. Lalu memijit keningnya pelan. Tidak mengerti dengan apa yang dipikirkan Agam saat ini. Gimana dia mau nemuin orang yang dia cari, kalau Agamnya pun tidak tahu apa-apa.

"Gue terpaksa nyari orang yang namanya Rana. Kakak gue, Azam yang minta. Rana adalah cewek yang kakak gue sayang dan dia cinta. Hubungan mereka sangatlah baik-baik saja. Sampai suatu saat. Tepat ketika ayah tahu Azam pacaran sama Rana, ayah marah besar. Pasalnya ayah sudah terlanjur janji pada teman semasa kuliahnya. Jika anak pertama ayah dan temannya berlawan jenis, maka mereka akan menjodohkannya bagaimana pun caranya. Terdengar klise, memang. Tapi itu kenyataannya. Gue yang saat itu ada di Bandung, nerima pesan kalau Azam dipindah sekolahkan oleh ayah ke Bandung. Dan gue pun dipindah sekolahkan ke Jakarta. Padahal saat itu Azam sebulan lagi akan UN." Sesaat Agam menghentikan ceritanya. Dan meminta gelasnya diisi minuman kembali pada pelayan cafe disana.

"Saat itu, Gue diminta untuk menjaga Rana dari jarak jauh. Rana yang cantik, manis, lugu dan sangat feminine. Gue bisa dengan mudahnya melacak keberadaan Rana dari kalung liontin yang ia pakai dari Azam. Tetapi, 1 tahun 6 bulan yang lalu. Gue gak bisa ngelacak keberadaannya, liontin yang dipasang GPS itu tidak berfungsi. Rana hilang. Azam jelas membenci gue. Bilang gue gak bisa diandalkan. Dari situ, gue selalu berpindah sekolah hanya untuk mencari Rana. Dan saat ketemu lo disini, Bian. Gue sadar kalo selama ini gue selalu berpindah sekolah ke sekolah negeri. Bukan swasta. Kesempatan gue buat nyari Rana tinggal satu bulan. Karena tahun ajaran depan gue lulus SMA, begitu pun Rana. Dan kalau gue gak bisa nemuin Rana. Maka Azam, akan sangat membenci gue." Lanjutnya dengan kembali meneguk minumannya.

"Gue gak nyangka hidup lo penuh drama juga Gam. Haha" Ujar Biana yang disertai gelak tawa mengejek.

"Ya, ya, ya serah lo mau mandang hidup gue kayak gimana Bi, karena sebenernya pasti hidup lo juga penuh drama." Balas Agam dengan senyum mengejeknya.

"By the way, lo gak salahkan Bi nyuruh gue nanti malem balapan sama temen cewek lo siapa itu namanya?" Kali ini Agam mengalihkan pembicaraannya.

"Abil. Begitu orang-orang memanggilnya. Dan gue serius nyuruh lo. Satu lagi, jangan lo pandang Abil sama kayak cewek lainnya. She is different dia punya apa pun yang mereka inginkan. Dia cantik, sexy, kaya, pinter meski tidak jarang meperlihatkan tampang bodohnya di kelas sih, banyak pengagumnya, banyak pula hatersnya. Dan masih banyak lagi kelebihan yang dia punya termasuk jago dalam hal adrenalin baik motor maupun mobil. Tapi satu yang gak dia punya. Cinta. Kadang gue sedih liat dia yang tiap hari masang muka jutek, belaga gak peduli, menyendiri di atas rooftop sekolah sambil ngisep nikotin dan masih banyak lagi kepalsuan juga kenakalan yang dia perbuat dengan percuma." Jelas Biana panjang lebar, Agam yang ada dihadapnnya hanya manggut-manggut dengan tampang muka yang seolah mengerti.

Setelah percakapan itu, mereka kembali menikmati hidangan yang ada dihadapannya masing-masing sembari berceloteh ria. Biana berpikir baru kali ini dia menggebet cowok yang bertampang playboy tapi hatinya baik. Entah kali ini ia harus mempertahankan Agam meski nanti malam kalah taruhan dengan Kiera atau meninggalkannya seperti cowok sebelumnya. Entahlah. Biana bingung. Mungkin mereka benar. Tunggulah, maka kau akan tahu bagaimana akhirnya. Jangan tergesa, atau kau akan kehilangan.

DIFFERENT PROMISESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang