Chapter 8

8.5K 394 16
                                    

Tiba-tiba terdengar suara mama Lira, ternyata Mama Lira menyimak dari awal pembicaraan mereka.

"MAMA TIDAK SETUJU PUNYA MENANTU SEPERTI DIA"

"Ma....hiks hiks" Lira berlari ke pelukan mama Ratih

"Pa mama tidak sudi mempunyai menantu seperti anak ini" Dengan emosi yang memuncak, Mama Ratih menekankan pada kata sudi.

"Tante........"

"Sebaiknya kamu pulang Dito, biar Papa yang berbicara kepada Mamanya Lira."  Dengan nada yang tenang, Papa Baskoro meminta Dito untuk pulang dan kembali lagi setelah situasi kembali normal.

"Baik Om saya pulang, sebelumnya terimakasih banyak dan maaf. Permisi." Hanya kata-kata itulah yang bisa diucapkan olehnya.

Ada perasaan campur aduk di dada Dito. Antara sedih karena penolakan yang di lontarkan Mama Ratih dan Lira dan senang menyadari bahwa Papa Baskoro berada di pihaknya.

"Lira, kamu keatas dan temui anak-anak kamu."

"Iya Pa"

Tinggalah kedua orang tua tersebut diruang keluarga.

"Mama gak habis pikir sama Papa, bagaimana bisa membela dia" Dengan tangan bersilang didada, emosi Mama Ratih semakin memuncak.

"Sabar dulu Ma, Papa tidak akan bicara mengenai ini jika mama masih emosi"

"Ok Fine. Mama tenang, mama diam. Tapi jelaskan kenapa bisa, Pa?!"

"Kamu tau ayah aku udah gaada? Kamu tau Lira tidak punya kakek?"

Mama Ratih terdiam.

"Jawab Ma"

"Jelas Mama tau, bahkan ketika detik-detik mereka meninggal, mama ada disana"

"Dan kamu kan tau ibu dan ayahku bercerai dan aku punya ayah tiri?"

Ratih pun mengangguk.

"Rasanya berbeda, hidup dengan ayah tiri dan dengan ayah kandung. Rasa cinta mereka berbeda kepadaku begitu pula kasih sayang yang mereka berikan. Aku tidak mau cucu-cucu kita nanti merasakan apa yang aku rasakan. Dan ketika ayahku tiada, rasa yakin ku atas pentingnya peran ayah kandung semakin meningkat. Rasa menyesal ketika dulu separuh hidupku dihabiskan tidak dengan ayah kandungku. Dan sekarang Dito tetaplah ayah mereka, dia berhak atas si kembar."

"Tetap saja Pa, untuk saat ini Mama masih belum menerima keberadaannya. Mama sulit untuk memaafkannya."

"Ya semoga saja Mama dibukakan pintu hatinya"

"Jika Dito meminta kesempatan lagi. Untuk saat ini Mama tetap bilang tidak menyutujui mereka Pa"

"Baiklah. Semuanya butuh waktu Ma. Begitupun Lira. Papa mengerti"

----------------------------------
Selasa, 22 September 2015

Waktu menunjukan pukul 19.00 ketika Lira pulang kerumah. Ketika  baru sampai ruang tamu, mama nya sudah menatapnya dengan tajam.

STORY OF DELIRA : Finding OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang