Chapter 14

3.3K 172 5
                                    

Minggu, 4 Oktober 2017

Ini adalah hari kedua Adit dirawat dirumah sakit ini. Rumah sakit yang dapat dikatakan rumah sakit terbaik di Jakarta. Memang rumah sakit ini telah menjadi andalan Lira dan anak-anaknya ketika sakit.

"Ra, kamu ke bawah gih cari makan, gantian biar aku yang jaga Adit." Dito tidak tega melihat Lira sangat lemas karena khawatir oleh keadaan Adit dan ditambah Ia dari pagi belum makan.

"Iya Dit, kamu ada yang mau dititip?"

"Gausah, biar nanti aku kebawah gantian."

"Dita gimana?"

"Gausah bun, Dita udah makan"

"Ohh yaudah bunda kebawah dulu ya sayang."

Lira pun menuju kantin rumah sakit. Dia sudah tau mana kantin yang murah tetapi dengan rasa serta kualitas bintang 5. Kantin yang berada ditengah.

"Bu, ayam tempe, kangkungnya sama nasinya ya bu." Ibu kantin pun langsung mengambilkan pesanan Lira.

"Ada lagi Bu?"

"Sama minumnya deh ya bu satu, ini saya ambil." Sembari mengambil pesanannya.

Setelah makan dan membayar makanannya, Lira kembali menuju ke kamar anaknya. Setengah perjalan, Ia melihat seseorang yang tidak asing.

"Loh om kok ada disini?" Lira menyapa Bapak yang sudah setengah baya duduk di depan salah satu ruangan rumah sakit.

"Mamanya Jo tadi pagi pingsan Lira" Ya, laki-laki tersebut adalah Ayahnya Lira.

"Yaampun tante, boleh Lira jenguk om?"

"ha? umm iya boleh Lira."

Lira pun melangkahkan kakinya menuju pintu ruangan Mama Jo. Hanya membuka pintunya sedikit, Lira mendengar percakapan kedua orang tersebut.

"Ma... jangan diemin Jo gini, untuk masalah itu nanti Jo pikirkan"

"Umur manusia gak ada yang tau Jo, mama cuma kamu ingin bahagia. Belum tentu mama bisa mendampingi kamu esok hari"

"Mama ngomong apa sih, mama harus ada buat Jo dan Jo pasti selalu ada buat mama" Jo meraih tangan mama dan menciumnya dan tidak tersadar meneteskan air mata.

"Kamu adalah anak mama yang paling penurut Jo. Untuk itu tolong jauhkan Lira"

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Mamanya Jo, ia pun menutup pintu. Tanpa sadar, terdengar loh Jo. Jo pun membuka pintunya kembali dan melihat Lira berjalan menjauhinya. Ia pun sontak mengejarnya.

"Ra, Ra tunggu." Jo menarik tangan Lira.

"Lepasin Jo."

"Kan bisa diomongin baik-baik Ra."

"Apa lagi yang mau diomongin? Lebih baik kamu ikuti kata-kata Mamamu"

"Gagitu Ra, aku juga gatau alasan mamaku buat ga setuju sama kamu tuh apa."

"Ya jelas lah Jo, aku cuma perempuan ga jelas punya anak dua tanpa status pernikahan dan kamu masih punya masa depan yang cerah tanpa ada aku dihidup kamu." Tanpa sadar ia meneteskan airmatanya.

"Gak Ra, mamaku ga seperti yang kamu pikir. Sekarang tenang dulu, ikut aku kita minta penjelasan mama."

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Akhirnya Lira mau mengikuti kata-kata Jo dan sekarang Ia berada di kamar Mamanya Jo. Duduk di sofa bersama Jo dan Ayah Jo.

"Pa, mungkin ini saatnya mereka tau semuanya." Mama Lira berbicara seperti itu, meninggalkan tanda tanya besar di benak Lira. Papa pun menjelaskan.

*flashback*

Seseorang mengetuk pintu rumah Pak Reza, ayah Jo berkali-kali.

"Sebentar" Seorang perempuan terdengar suaranya dari dalam. Ia pun membukakan pintu.

"Siapa ya?" Tanya perempuan tersebut.

"Pak Rezanya ada bu?"

"Ada didalam tante, lagi bobo, Papa baru pulang kerja." Seorang anak kecil berumur sekitar 4 tahun berbicara dengan sangat polosnya.

"Boleh dipanggilkan? Saya mau bertemu Pak Reza. Saya bawahannya di kantor."

"Iya, silakan masuk, duduk dulu ya. Saya panggilkan."

Taklama kemudian, Reza turun dari tangga dan menghampiri wanita tersebut.

"Ada apa?"  Tanya Reza dengan dinginnya.

"Pak... umm... in..ini sa..ya hamil dan ini anak bapak."

Mendengar kalimat tersebut, Ratih pun lemas tak berdaya, Ia mendudukan dirinya di kursi sebelah Pak Reza.

"Jangan bohong kamu!"

"Saya berani Pak untuk tes DNA ketika anak ini lahir."

Setelah keadaan Ratih membaik, mereka pun mendiskusikan jalan terbaiknya. Jadi, sampai dilaksanakan tes DNA tersebut, wanita tersebut harus tinggal di rumah ini agar dapat diawasi.

9 bulan kemudian ketika anak tersebut lahir test DNA dilakukan. Dan benar anak tersebut adalah anak dari Pak Reza.

Anak tersebut diberi nama Delira Putri Swara.

*flashback ends*

"Dan setelah mengetahui anak tersebut adalah anak Papa. Ia meninggalkan rumah kami, lalu menjalani hidupnya sendiri, tetapi papa tetap memberi uang nafkahnya sampai ada laki-laki yang akan menikahinya dengan membawa anak laki-laki seumuran Jo."

Lira pun menangis, ternyata ayah yang selama ini ia kenal, bukan ayah kandungnya dan kakak yang selama ini ia sayangi, bukan kakak kandungnya.

"Jadi om adalah Ayah Lira?"

"Iya Lira, ini Papa." Mereka pun berpelukan dengan agak canggung. Mamanya Jo, melihat keadaan tersebut ikut menitihkan air mata. Dan Jo memeluk mamanya, Ia sangat bangga dengan mamanya yang menjalanin hidup sangat tegar dan kuat. she is such a strong woman he ever known.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

STORY OF DELIRA : Finding OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang