Chapter 15

3.6K 157 4
                                    

Senin, 5 Oktober 2015

Hari ini adalah hari ketiga Adit dirawat di rumah sakit, suhu badannya sudah tidak panas.

"Dit kata dokter hari ini Adit udah boleh pulang loh" Lira memberitahu dengan suka cita, praduga dokter mengenai Adit terkena DBD salah, Adit hanya kelelahan biasa.

"Wah iya bun? Ayah ga ikut jemput Adit bun?"

"Ayah kan kerja Dit, nanti Ayah jemput Dita juga. Ayah sama Dita tunggu dirumah sama opa dan oma."

"Om Satria?"

"Kerja."

"Oooh okedeh bun."

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"SELAMAT DATANG DIRUMAH KEMBALI ABANG" Dita lari dari kejauhan ketika pintu rumah mereka terbuka, disusul Dito dibelakangnya, tak lupa Oma dan Opanya ikut tersenyum melihat Adit yang sudah ceria. Perlakuan dan itikad baik Dito yang semakin hari semakin terlihat tulus mampu meluluhkan hati Ibu Ratih. Ia telah menerima Dito sebagai ayah dari kedua cucunya. 

"Hey jagoan Ayah, jangan sakit-sakit lagi yaa.. Harus kuat"

"Siaaap Ayah"

"Yuk masuk yuk, bunda mau mandi dulu yaaa"

"Adit mau main sama ayah. Ayuk Yah kita main."

"Main apa yaa dit?"

"Main masak-masakan aja yuk?" Dita menyaut

"Gamau ah, Abang gasuka."

"Yaudah yuk kita main ditaman belakang aja. Ikan Adit kan belum dikasih makan."

"Ohiya Yah, yuk"

Selesai Lira mandi ia turun dan menuju taman belakang. Melihat kedua anaknya dan Dito bermain serta tertawa bersama, ia sangat terharu. Seperti inilah momen-momen yang ditunggu oleh Lira. Sangat bahagia.

"Dit aku mau ngomong sebentar, bisa?"

"Bisa Ra, disana aja yuk duduk. Adit Dita kamu main dulu ya, Ayah mau kesana sebentar sama bunda" Dijawab dengan anggukan oleh mereka.

Lira pun menceritakan kejadian dirumah sakit,bagaimana ia dan Jo menjadi adik kakak. Sama dengan Lira, Dito pun kaget mendengarnya, tetapi terselip kesenangan di hati Jo bahwa kesempatan untuk mendapatkan Lira semakin besar.

"hm aku bingung harus respon apa Ra but you deserve to know the truth. I'm glad that he told you so."

"Iya Dit, aku juga lega mengetahu ini. Mungkin nanti aku akan membicarakan ini ke mama dan papa."

Ketika waktu menunjukan pukul 19.30 mereka semua termasuk Dito sudah bersiap untuk makan malam. Mereka memang dibiasakan sedari kecil untuk makan bersama setidaknya satu kali sehari.

"Bi Mus, Adit mau susu Bi." Adit yang sudah duduk rapi dimeja makan turun menyambangi Bi Mus yang sedang di dapur.

"Iya den nanti bibi buatin."

"oke deh Bi, Adit tunggu di meja makan yaa. Jangan lama-lama ya Bi"

"Oke Den. gasampai 5 menit!"

"Sip deh Bi, makasih yaa. Adit sayang bibi. Dadaahh." Adit berlari kembali ke meja makannya. Sebenarnya semua makanan sudah tertata di meja makan dengan rapi, hanya Adit yang meminta untuk meminum susu. Ketika semua sudah di meja makan, sang Ayah yang dituakan memimpin Doa.

Ada satu ritual yang diterapkan dikeluarga ini, ketika makan jangan ada yang bermain gadgets. Setelah selesai makan. Lira membuka pembicaraan.

"Ma, Pa, Bang Lira mau bicara."

"Ada apa Lira?" Mama Ratih menjawab dengan nada yang tenang

"Lira sudah tau tentang Ayah Lira kandung Lira."

"Ngomong apa kamu Ra?" Mama Lira berusaha untuk mengelak pernyataan Lira. Ayahnya yang sudah mengetahui maksud Lira memegang tangan Ibu Ratih untuk menenangkannya.

"Sudah Ma, sudah tidak perlu berkelit kemarin waktu dirumah sakit.........."

Akhirnya Lira menceritakan semua kejadian di rumah sakit tersebut. Dan ternyata selama ini Satria sudah mengetahui semuanya, hanya saja di rahasiakan dari Lira karena ia tahu ketika ini dibahas akan membuka luka lama mama nya yang sekarang, dan ia juga mempunyai batasan untuk membicarakan hal yang sangat sensitif ini.

"Iya Lira, maafkan mama, bahkan mama tidak tau kalo Jo itu anak dari Ayah kamu juga. Maafkan mama."

Ibu Ratih pun mendekati Lira dan memeluknya lalu dibalas oleh Lira. 

"Tidak apa Ma, Lira tau mama pasti mempunyai alasan dibalik ini semua. It's fine."

"Ra, walaupun kamu bukan anak Papa kandung, tetapi kamu sudah Papa anggap sebagai anak Papa sejak Papa masuk ke kehidupan mama kamu. Papa sangat sayang Lira." Papa Lira pun memeluk putri sematawayangnya. Terharu dengan suasana ini Satria ikut meneteskan air mata.

"Dan kamu Satria, apapun keadaannya kita ini keluarga walaupun tidak satu darah tetap kami akan tetap selalu menjadi rumah kalian untuk kembali."

"Kamu Dito, kamu ayah kandung dari cucu-cucu saya, selalu jaga mereka, jangan pernah sakiti mereka."

"Pasti om, Dito janji." Setelah mereka kembali ke tempat duduknya masing-masing. Dito memluai pembicaraan.

"Ehm.. karena situasinya sedang berkumpul juga, ada beberapa hal yang ingin Dito sampaikan. Pertama Dito mau minta maaf terutama pada om dan tante yang emang udah kecewa sekali sama Dito. Dito gabisa jaga amanah tante dan om. Mungkin kata maaf Dito belum bisa menghapus rasa malu untuk keluarga ini dan untuk Lira, aku bener-bener minta maaf Ra. Tolong kasih aku kesempatan untuk tembus kesalahan aku selama ini."

Tidak ada yang mengeluarkan suara sampai akhirnya Ayah Lira yang pertama membuka suaranya.

"Nak Dito, masa lalu adalah masa lalu jadikan pelajaran bukan menjadi penyesalan." Ibu Ratih membalas dengan sangat bijak.

"Iya tante. Dan mungkin Dito juga mau minta restu ke tante dan om untuk menikahi Lira." Lira yang mendengar kalimat ini keluar dari mulut Dito, langsung menatap tajam.

"Sebelum saya merebut kembali hati Lira, saya mau minta restu dulu ke om dan tante." Sambung Dito

"Kalau dari saya, terserah Lira baiknya bagaimana. Ia yang tau keadaan sebenarnya, Ia yang mengenal Dito. Kami hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kalian berempat." Jawab Ayah Lira

"Tante sebagai perempuan yang selalu memakai perasaannya, begitu juga dengan Lira. Tante tau, kamu tidak perlu merebut kembali hati Lira, karena tante yakin hatinya tidak pernah kembali semenjak pertama kali bertemu Dito. Hatinya masih untuk kamu."

Lira yang saat itu masih kaget dengan sitauasi yang tidak pernah ia sangka-sangka akan terjadi hanya bisa tediam di tempat duduknya.

"Terimakasih tante om. Dito sangat berterimakasih untuk membukakan pintu hati om dan tante untuk menerima kembali Dito di keluarga ini."

Ibu Ratih dan Ayah Lira pun tersenyum mendengarnya sedangkan Satria sudah lega dengan keadaan seperti ini. Dia tidak akan menghalangi jalan Dito untuk menjadi suami Lira, toh keponakannya adalah anak-anak kandungnya yang masih butuh kasih sayang dari kedua orang tuanya. 

"Ra, mungkin logika kamu belum bisa terima aku kembali, aku yakin itu. Tolong Ra kasih aku kesempatan kembali."

"Kasih aku waktu To untuk memikirkan semuanya. Ini terlalu cepat untuk aku mengetahui segala-galanya dalam beberapa hari ini."

"Iya Ra aku ngerti."

---------------------------------------------------------

Jadiii, menurut kalian Lira lebih baik terima Dito demi anak-anaknya atau tidak yaa??? Comments dibawah yaaa😊😊

Vote & komen kalian sgt sgt berpengaruh pada semangat aku menulis. Terimakasih readers!🙏🙏

STORY OF DELIRA : Finding OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang