17. Walau terluka sangat parah.

4.9K 425 4
                                    



Tatiana memandang Baju zirahnya sejenak lalu mengambil dan memakainya. Ia memeriksa kondisinya dan melihat bekas tebasan pedang Michael. Itu yang paling parah yang di alaminya. Ia mengingat kembali pertama kali bertemu Pangeran itu. Wajahnya yang berkilau, sikapnya yang narsis namun punya hati yang lembut. Kepeduliannya..ya, walau mungkin tidak banyak di nampakkan Michael tapi Tatiana merasa bahwa Michael adalah orang yang sangat peduli pada orang lain. Tatiana juga masih merasa masih jelas ketika mereka makan malam bersama, berkuda, dan tentu saja pertarungan mereka.

Pandangannya kembali kosong. Setiap kali memikirkan pertarungan mereka, ia hanya mengingat bagaimana jantungnya terus berdetak dengan kencang. Dan kali ini ia merasakannya kembali.

" TATIANA ! TATIANA! "

Lamunannya buyar. Tatiana kembali memasang telinganya. Ia tak boleh ceroboh dan menunjukkan dirinya pada sembarangan orang. Apalagi dengan baju zirah di tubuhnya.

" TATIANA?"

Suara itu kembali terdengar dan ia sekarang sangat mengenal suara itu. suara yang sangat ia rindukan. Dengan cepat ia berlalu keluar. Wajahnya yang lusuh kini penuh dengan senyuman bahagia.

" ANNABETH!" Serunya. Tatiana menuruni tangga dan memeluk kakaknya itu. Tapi beberapa detik kemudian ia mulai berkomentar.

" Dapatkah kau melepas baju ini. Ini menyakitkan." Tapi Tatiana tak menanggapi komentarnya. Ia terus saja memeluk Annabeth dengan berlinang aiarmata. Annabeth yang tahu adiknya itu sedang menangis tidak lagi protes. Ia membiarkan Tatiana menangis sepuasnya. Lagipula ia sangat menyadari bahwa adiknya adalah seorang gadis.

Tatiana terus menangis bahkan tangisannya semakin keras. Ia merasa terlalu banyak beban di hatinya. Setidaknya dengan menangis ia merasa akan tetap bertahan walau sulit. Annabeth hanya bisa memeluk Adiknya tanpa pertanyaan. Ia juga tidak menangis. Ia, walaupun tidak sepenuhnya tetap mencoba mengerti kondisi Tatiana. " Tak apa Tatiana. Aku berjanji ini tak akan lama." bisiknya.

Tatiana telah melepas Baju zirahnya. Ia menyuguhkan segelas minuman kepada Annabeth. Annabeth menengok ke dalam cangkir lalu memandang Tatiana dengan wajah penuh tanya. Tatiana tersenyum.

" Itu teh herbal buatan Edward." Tatiana menjelaskan

" Oh. Bagaimana kabarnya doktermu? " Tanya Annabeth. Tentu saja ia tahu soal Edward. Ia dan Tatiana dalam waktu tertentu saling berkirim surat.

" Ia baik-baik saja. Tapi hari ini ia tak bisa datang." Jawab Tatiana. Annabeth mengangguk mengerti. Tatiana kemudian menyadari sesuatu.

" Bagaimana kau kemari ? " Ia bertanya. Annabeth tersenyum.

" Dengan ijin Raja." Jawab Annabeth sambil tersenyum dan menunjukkan sebuah plakat emas yang hanya di miliki oleh Raja.

" Dia mengijinkanmu? " Tanya Tatiana masih tidak percaya. Annabeth mengangguk.

" Tentu saja Tia. Lagipula dia tahu siapa kamu. Dan kau pasti sangat merindukan kami. Benarkan? " Tanya Annabeth sambil menggenggam tangan Tatiana.

" Tentu saja." Jawab Tatiana. Ia membalas menggenggam tangan Annabeth.

Raja Arthur memang tahu siapa Tatiana. Sebenarnya ketika ia sampai di Kerajaan ini, Raja Arthur menolaknya, namun sikap keras kepala Tatiana membuatnya tak ada pilihan lain. Dan supaya adil bagi semua Ksatria Tawanan. Siapapun dia statusnya hanya tawanan. Tidak lebih dari itu.

" Tia, apakah kau ingin pulang? " Annabeth bertanya. Wajahnya sangat serius.

" Aku akan pulang." Jawab Tatiana.

" Tidak. Maksudku, Apapun yang terjadi. Jika saja..kau kalah. kau akan pulang ? " Tanya Annabeth ragu. Ia tahu, Tatiana adalah gadis yang sangat keras prinsipnya. Apalagi demi membela kehormatan Kerajaannya. Pulang dengan kekalahan lebih menyakitkan daripada mati di medan perang. Itu adalah perkataan yang sering di ucapkan Tatiana di setiap suratnya. Ia selalu menyuruh keluarganya mempersiapkan hati mereka jika ada sesuatu yang buruk terjadi.

Tatiana masih terdiam.

" Kau tak akan pernah memilih bendera merah kan ? " Annabeth terus bertanya.

" Aku tidak akan kalah sampai separah itu dan memilih bendera merah.."

" Tapi lawanmu adalah Pangeran Michael. Dia pasti sangat kuat. Bagaimana kalau pertandingan kali ini yang kami takutkan terjadi?"

Tatiana belum menjawab.

" Tolong Tia, Ayah akan sangat membutuhkanmu nanti setelah –" Annabeth berhenti.

" Apa maksudnya? Kenapa kau berhenti?" Tanya Tatiana. Ia melepaskan genggaman Annabeth. Tapi Annabeth kembali menggenggam tangannya.

" Bukan hanya kau Putri Kerajaan Green. Akupun seorang putri. Kali ini biarkan aku yang melakukan sesuatu yang berarti."

" Apa maksudmu?" Tatiana semakin tidak mengerti. Annabeth menarik napas dalam mengumpulkan kekuatan.

" Aku dan Ayah telah membuat kesepakatan dengan Raja Arthur. Dan kau setuju atau tidak kami telah melakukannya untuk membawamu pulang setelah pertandingan terakhirmu dengan Pangeran Michael." Annabeth menjelaskan.

Jantung Tatiana berdegub kencang. Ia sedikit menebak maksud Annabeth. Tapi ia ingin memastikannya. " Kesepakatan apa? " tanya Tatiana

" Pernikahan... Antara aku dan Pangeran Michael." Jawab Annabeth.

Tatiana terguncang. Beruntung ia sedang duduk, jika ia berdiri pasti ia sudah jatuh karena kakinya yang lemas. Ia tak dapat berkata apa-apa. Lama ia tak dapat berkata apa-apa.

"Apa? Bagaiamana, dan apa kau akan bahagia?" Tatiana mencoba bertanya untuk menyembunyikan perasaannya. Annabeth menjawabnya setelah beberapa saat.

" Melakukan sesuatu yang tak kau inginkan bagaimana bisa bahagia."

" Kalau begitu jangan melakukannya."

" Tapi," Annabeth tetap melanjutkannya. " kalau mengingat bahwa aku melakukan ini untuk orang yang sangat aku sayangi, aku sangat bahagia, Tia. Aku benar-benar bahagia."

Tatiana terdiam. Annabeth menatapnya lembut. Penuh ketulusan. Bagaimana ia bisa menolak.

" Tetap hidup, Tia. Dan kau akan menyadari ada banyak jalan keluar yang ternyata kita lewati karena begitu putus asanya diri kita. Aku dan Ayah mohon padamu, tetaplah hidup. Kami berjuang bagimu, jadi tolonglah, prinsipmu sebagai ksatria bisakah kau abaikan demi kami ? " Pinta Annabeth.

Tatiana menatap Annabeth. Tentu saja mereka terluka ketika ia menjadikan dirinya Ksatria Tawanan, mereka juga pasti selalu gelisah ketika ia bertarung, tapi ia juga selalu bertahan bukan hanya karena demi kehormatan Kerajaannya. Tapi juga demi Ayah dan kakaknya. Dan untuk pertama kalinya demi pria yang di cintainya, Michael.

Tatiana mengangguk. Ia mengerti sekarang. Ia merasa terlalu memikirkan dirinya sendiri. Ia memandang Annabeth. Cantik, pintar dan sangat cocok sebagai seorang istri, setidaknya kulitnya masih baik dan tidak terdapat memar serta bekas luka dimana-mana seperti dirinya. Tak sulit bagi Michael untuk jatuh cinta padanya. Itu yang dipikirkan Tatiana sekarang.

" Aku berjanji." Jawab Tatiana akhirnya.

Annabeth bangun dan memeluk Tatiana. Tatiana membalasnya. Dengan keadaan saat ini Tatiana merasa sebagai pertanda bahwa ia dan Michael memang tak bisa bersama. Hatinya juga saat ini merasa sangat lelah untuk menanggung beban ini.

" Aku akan hidup Anna. Aku berjanji padamu." Ucap Tatiana. " walau aku akan sangat terluka." Lanjutnya dalam hati




 ( haloo.. trimakasih sudah membaca. berikan dukungan kalian dengan vote ya. tinggal klik tanda bintang yang ada dibawah atau diatas untuk setiap chapter yang di baca supaya penulis tambah semangat ya. nggak ribet kan? trimakasihhhh!! )  

Knight Prisoner of The Prince (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang