Cerita Cinta Monsta X

Late Night Cafe [Shin Wonho]

Waktu menunjukkan pukul 20.00 tepat saat Jungmi baru saja sampai di sebuah kafe daerah Hongdae. Dengan langkah kakinya yang ringan, ia mengikuti seorang pelayan yang membawanya kepada sebuah meja yang telah ia pesan dari jauh-jauh hari. Tentu saja, mengingat ia akan merayakan hari yang amat penting baginya hari ini.

Setelah ia duduk, pelayan tersebut menyerahkan buku menu padanya namun ia menolak. "Nanti saja saya baru pesan. Saya masih menunggu teman."

"Kalau begitu pesan minum dulu saja." tawarnya pada Jungmi dengan senyum yang ramah.

Jungmi memperhatikan pelayan tersebut, dengan surainya yang berwarna hitam kecoklatan, ia terlihat terlalu tampan untuk menjadi seorang pelayan. Bukannya berniat mengejek, tapi dengan wajahnya yang seperti itu ia bisa saja menjadi seorang model atau kalau bisa seorang aktor.

"Hmm, Peach Ice Tea-nya satu." jawab Jungmi.

"Baik." Dengan senyumannya yang ramah, pelayan itu pergi meninggalkan Jungmi, membuat Jungmi bisa mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kafe dan melihat-lihat isinya. Kafenya lumayan ramai, banyak orang yang datang terutama pasangan kekasih yang ingin menghabiskan malam minggunya di sini.

Jungmi mengikat rambutnya yang lumayan panjang menjadi kuncir satu, lalu mengecek penampilannya melalui kamera ponsel miliknya. Jungmi merupakan perempuan yang jarang sekali bisa berpenampilan seperti ini. Biasanya hanya kalau ada acara yang penting saja, termasuk hari ini. Orang-orang mengenalnya sebagai perempuan tomboy yang galak dan juga jutek. Anehnya juga masih banyak yang ingin berteman dengannya, mungkin karena sifat Jungmi yang asik.

"Permisi, Peach Ice Tea-nya." Pelayan itu kembali dengan pesanan milik Jungmi dan meletakkannya di atas meja.

"Terima kasih." ucap Jungmi singkat.

Pukul 20.45, Jungmi mulai merasa bosan dan kesal. Pasalnya orang yang ditunggu-tunggu tidak juga kunjung datang. Di luar, rintik-rintik hujan mulai menampakkan bentuknya dan menghiasi kaca kafe. Jungmi melihatnya tanpa arti, karena kedatangan orang yang ditunggunya lebih penting daripada hujan yang turun sekarang ini. Tapi kalau hujan turun seperti ini, itu artinya bisa saja membuat orang yang ditunggunya semakin lama datang, bukan? Jungmi duduk dalam keadaan gelisah dan kembali menyeruput minumannya yang kini tinggal setengah.

Ia meraih ponsel dari tas kecilnya, memutuskan untuk coba menghubungi orang itu. Nihil. Panggilan itu berujung pada suara operator dikarenakan ponselnya yang tidak aktif. Jungmi merasa semakin kesal. Pikirannya melayang kemana-mana. Ia mulai berpikir kalau pasti orang tersebut sedang melakukan hal itu lagi. Tiada hari tanpa melakukan hal itu. Jungmi menghela napasnya dan mencoba untuk menunggunya lebih lama lagi.

Ketika ia mengecek jam tangannya beberapa saat kemudian, ternyata sudah pukul 21.27. Ini sungguh keterlaluan. Sudah hampir 90 menit orang itu telat dari waktu yang seharusnya. Apakah mungkin saja orang itu lupa? Jungmi berpikir bahwa itu tidak mungkin, karena hari ini adalah hari yang penting untuk mereka berdua. Atau mungkin yang menganggap penting itu hanya Jungmi saja? Sial, Jungmi menggerutu kesal. Ia tidak bisa berbuat banyak untuk melampiaskan kemarahannya, hanya sebatas menghentak-hentakkan kakinya dengan geram. Ia membuat keputusan, kalau sampai pukul 22.00 orang itu tidak datang juga, ia akan angkat kaki dari sini dan tidak akan mempedulikan segala alasan yang akan orang itu berikan.

Tepat saat itu juga, pintu kafe terbuka. Seorang lelaki dengan pakaiannya yang cukup basah karena air hujan muncul dan berjalan menuju meja Jungmi tanpa menunggu lama. Lelaki itu segera duduk di hadapan Jungmi, seraya menyeka rambut dan juga wajahnya yang basah.

"Min Jungmi...."

"Dari mana saja kamu?" Belum juga lelaki itu selesai bicara, Jungmi tanpa ampun segera melayangkan berbagai macam pertanyaan yang terbilang tajam dan membuat si lelaki hanya bisa diam.