Bagian l 4

1.2K 107 0
                                    

Gadis itu tersenyum kikuk. Cepat-cepat (namakamu) menutup—membanting—pintu. Lalu bergeser sedikit untuk membuka pintu belakang, tapi sebelum itu, (namakamu) sempat melemparkan tatapan tidak suka pada Iqbaal, tatapan yang seolah-olah berkata; DULU GUE YANG DUDUK DISITU!

Beberapa detik kemudian mobil melaju sederhana. Keheningan tercetak jelas di ruangan kecil ini. Masing-masing sibuk dengan pikirannya. Salsha hanya menatap keluar jendela sesekali fokus pada ponselnya, Iqbaal fokus pada jalanan, lelaki itu hanya menyetir dengan satu tangan, sedangkan (namakamu) menatap hampa kedepan, tatapannya kosong seperti menerawang, kepedihan mulai terasa saat matanya tanpa sengaja mendapati tangan Salsha dan Iqbaal saling bertautan, terlebih saat Iqbaal balas menggenggam.

(Namakamu) menunduk menahan air mata yang mulai berlomba-lomba ingin keluar, dia merasa pandangan di depannya tidak bagus untuk kesehatan jantungnya. Mendadak isi kepala (namakamu) teraduk, memutar kejadian beberapa hari yang lalu, saat lelaki itu menyerahkan ciuman pertamanya pada (namakamu), saat lelaki itu mengambil ciuman pertamanya.

Tak lama mobil berhenti, (namakamu) melihat Iqbaal keluar dari dalam mobil, berjalan memutar untuk membukakan pintu untuknya. (Namakamu) yang masih larut dengan kesedihannya buru-buru tersadar dan menyambut uluran tangan Iqbaal. Setelah itu Iqbaal mengeluarkan koper miliknya di bagasi, menyerahkannya pada (namakamu) dengan senyum kikuk. (Namakamu) menunduk, menerimanya dengan malas.

"Gue anter sampe sini aja ya," kata Iqbaal seraya mengacak-ngacak lembut puncak kepala (namakamu). "Jaga kesehatan lo, jangan lupa makan, kalau ada apa-apa hubungi gue," sekali tarikan (namakamu) sudah berada dalam dekapannya.

Ketika Iqbaal merenggangkan pelukkannya, (namakamu) merasakan air matanya terjatuh membasahi pipinya, Iqbaal yang melihat itu pun segera menyeka air matanya. (Namakamu) tak memberontak, dia membiarkan lelaki itu melakukan itu, entah jenis perasaan apa yang tiba-tiba menjalar ke seluruh tubuhnya. Perasaan yang tiba-tiba hadir saat dia melihat genggaman tangan mereka (Salsha dan Iqbaal) saling bertautan, perasaan seperti takut kehilangan, ya, mungkin seperti itu. (Namakamu) takut kalau Iqbaal tidak akan memperdulikannya lagi.

Iqbaal melirik jam yang ada di pergelangan tangannya, kemudian beralih memandang (namakamu). "Jaga diri lo," katanya, sebelah tangannya mengusap bahu (namakamu), sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkan (namakamu) sendirian.

Volvo itu kian menjauh, (namakamu) hanya bisa menatapnya penuh dengan ketakutan.

*

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, (namakamu) berpikir kalau menangis tidak akan ada gunanya sama sekali, menangis tidak akan mengubah apapun, menangis tidak bisa mengembalikan sesuatu yang pergi akan kembali. Dulu (namakamu) selalu berpikir dengan menangis dia akan melepaskan beban dalam dirinya, tapi kenyataannya detik ini (namakamu) tidak merasakan itu. Kenyataan akan tetap selau menghantui, kenyataan tentang hilangnya kedua orang tuanya dari hidupnya.

Ketika menghabiskan sarapan yang di berikan Aldi tadi pagi, (namakamu) merasakan kelopak matanya begitu berat sampai akhirnya dia memutuskan untuk tertidur, dan terbangun pukul setengah enam sore.

Aldi meminta maaf pada (namakamu) kalau dia di suruh oleh kedua orang tuanya untuk menaruh obat penenang di makanan (namakamu), hal itu di karenakan jenazah kedua orang tua (namakamu) tak layak untuk di lihat. Aldi pikir, (namakamu) akan berteriak marah padanya tapi apa yang di takutinya selama berjam-jam itu lenyap begitu saja saat melihat reaksi (namakamu) yang hanya diam. Cukup buruk memang. Tapi setidaknya Aldi merasa gendang telinganya aman.

Dan detik ini, (namakamu) sedang berjongkok di antara pusara papa dan mamanya. Tak ada air mata, tak ada teriakan histeris, seolah tangisannya yang kemarin sudah mewakili semua perasaannya. (Namakamu) hanya menatap kosong dua pusara itu, sesekali berbicara pelan seakan-akan dia sedang mengobrol dengan kedua orang tuanya. Semua orang sudah pulang, hanya menyisahkan (namakamu) seorang diri, tapi dari sudut matanya, (namakamu) bisa melihat mobil Aldi dan Iqbaal masih ada di ujung jalan, tentunya juga ada Salsha.

EmotionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang