Kabar Berita bersama dan . ·
'Emotion' [3]
***
"(Namakamu)," Iqbaal kalut saat melihat (namakamu) menatapnya penuh dengan kebencian. (Namakamu) belum pernah menatapnya seperti itu. "Gue,"
"LO LEBIH PENTINGI CEWEK ITU DARIPADA GUE! GUE NGGAK BUTUH BELAS KASIHAN LO!" Suara (namakamu) mulai serak beriringan dengan air mata yang mulai meluncur deras di pipinya.
"Gue nggak ada maksud kayak gitu, (namakamu)," Iqbaal memberanikan diri untuk mengusap air mata (namakamu), dia sungguh tidak tega melihat air mata yang membasahi wajah gadis itu. Tapi (namakamu) menepisnya.
"GUE NGGAK PEDULI SAMA SEKALI! MAU LO ADA MAKSUD ATAU PUN ENGGAK! GUE UDAH NGGAK PEDULI!!"
Iqbaal mengerang, dia tidak tahan melihat (namakamu) yang seperti ini. "Tapi gue peduli sama lo, dan sampai kapan pun gue bakalan tetap peduli sama lo," Iqbaal mengusap wajanya yang basah, bergerak mendekat pada (namakamu). Tapi tiba-tiba saja ponsel yang ada di saku celananya bergetar, membuat Iqbaal menghentikan gerakkannya dan lebih memilih meraih ponselnya.
Nama Salsha tertera di layar ponselnya, sekilas Iqbaal melirik ke arah (namakamu) yang hanya menunduk sambil sesekali terisak. Menghela napas pendek, Iqbaal bergerak beranjak dari posisi duduknya untuk keluar kamar, dia merasa tak enak jika mengangkat panggilan Salsha disini.
"Kenapa angkatnya harus di luar? Dulu lo nggak pernah kayak gitu, mau telpon dari siapa aja lo selalu angkat dimana pun, nggak pernah sok-sok rahasian. Kayaknya cewek itu udah ngeracuni otak lo ya,"
Iqbaal menghentikan langkahnya saat mendengar rentetan kata yang keluar dari mulut (namakamu). Rentetan kata-kata yang di bumbui dengan isakkan itu membuat Iqbaal terenyuh. Iqbaal memutar tubuhnya, melangkah mendekat pada (namakamu).
"Kenapa lo harus kayak gini, (namakamu)? Gue kangen sama lo yang dulu,"
"Lo bicara seolah-olah gue yang berubah! Apa lo nggak sadar kalau yang berubah itu elo! Lo kemana saat gue butuh lo, lo kemana?! Sama cewek itu kan?!! Ya! Sama dia! Lo ngerasa udah punya orang lain! Lo ngerasa gue udah nggak penting di hidup lo! Lo ngerasa cewek itu segala-galanya buat lo!" Rahang (namakamu) mengeras, urat-urat yang ada di lehernya itu tampak jelas menyembul. Air mata tak bisa di elakan dan kembali tumpah ruah di pipinya.
Iqbaal terdiam, hanya bisa menatap sendu dengan keadaan (namakamu) saat ini. Apa benar dia seperti itu? Apa yang di ucapkan (namakamu) itu benar kalau tanpa dia sadari, dia sudah membuat jarak antara dia dan (namakamu)? Iqbaal menggeleng, tidak, tidak pernah sedikit pun terpikir di kepalanya untuk membuat jarak dengan (namakamu).
"Kalau gue nggak peduli sama lo, gue nggak bakalan kesini," ucap Iqbaal seraya menunduk, di dapatinya tangan gadis itu terkepal kuat. Gadis itu benar-benar marah padanya.
"LO NGGAK PEDULI SAMA GUE! LO CUMA KASIHAN!!" Teriakan keras itu di susul dengan penolakkan. Tangan (namakamu) bergerak ke arah Iqbaal, menolak lelaki itu dengan sekuat tenaga. Iqbaal yang tak dalam keadaan siap pun terjatuh. "PERGI! Gue nggak mau liat muka lo disini! Gue muak sama lo! Gue jijik sama lo! Gue benci sama lo!" (Namakamu) beranjak dari tempat tidur, menudingkan telunjuknya ke wajah Iqbaal dengan kasar. Tingkahnya sungguh menunjukkan kalau gadis ini sedang depresi dan hanya butuh tempat pelampiasan. Dan lelaki malang inilah tempat sesungguhnya.
Mata mereka saling bertemu, tatapan berapi-api dan penuh kebencian (namakamu) lontarkan pada Iqbaal, sementara Iqbaal hanya balas menatap (namakamu) dengan tidak percaya. Tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang. (Namakamu), sahabat kecilnya yang dulu serba bergantungan dengan dirinya kini tengah berteriak marah padanya dengan wajah memerah dan air mata yang tumpah ruah. (Namakamu) mengatakan sangat benci padanya bahkan gadis itu muak dengannya. Kenapa rasanya sakit sekali saat beberapa kata yang sempat gadis itu lontarkan tadi teringiang ulang di kepalanya.
