(5)

18 6 6
                                    

Disini segalanya telah membuat logikaku yang memang sudah lemah semakin lemah saja. Dari kejadian ini sampai kejadian itu.
---
Menghabiskan beberapa waktu berlari akhirnya ‘garis finish’ yang kutuju terlihat. Hanya sepemanahan jauhnya.
Mataku terbelakak oleh yang mampu kulihat. Sebuah kota yang keadaannya jauh berkebalikan dengan kota mati. Terlalu signifikan dimana ada banyak orang berlalu – lalang, kendaraan, lampu – lampu iklan berukuran besar.

Sekilas aku lupa bahwa aku tidak berada di planet Bumi. Bahkan ini bisa disebut duplikat dari kota – kota besar Amerika. Memang tidak terlalu wah, tapi kalau di bandingkan dengan kota mati yang tidak jauh dari sini. Ini paradise.
Serasa pulang kembali ke rumah, aku langsung membaur ke dalamnya. Namun, sepertinya wisata ke kota mati tadi masih membekas terhadap style pakaianku. Bagaimana tidak, kemana aku melangkah ada saja yang memperhatikan aku, si aneh yang berpakaian compang – camping serta koyak sana – sini akibat gigitan anjing – anjing kota mati.

“Aku harus kemana?”
“Kau ada dimana?” suara yang familiar menjawab.
Sontak aku terkejut dan berhenti berjalan karena suara yang sama yang kudengar ketika aku di padang gurun tadi ada lagi entah darimana. Di dalam pikiran?
“Kamu lagi, kamu siapa, kau ada dalam pikiranku? Atau bagaimana?” sebelum terdengar jawaban, suara klakson yang memekak telinga langsung menginterupsi percakapan kami.
“Hey orang gila, terlalu sempitkah kota ini sehingga kau merenung di tengah jalan!” kata seseorang pria yang melongok dari dalam mobil.
Kulayangkan pandanganku kebelakang, rupanya memang antrian kendaraan sudah mengular di jalanan karena aku. Tak tahu harus kemana dan melakukan apa, dengan cepat aku berjalan kearah pria yang berteriak tadi lalu masuk ke mobilnya yang kebetulan tidak terkunci. Untunglah.
Aku masuk lalu duduk di kursi belakang dan tanpa basa – basi si driver menjalankan mobil ber-AC-nya ini melesat bersamaan dengan mobil lain juga turut berjalan. Si driver mengarahkan mobilnya dengan lincah seperti tahu saja aku hendak pergi kemana dan bahkan dia tidak menyuruh aku keluar dari mobil.

Dengan kelajuan konstan, tiba – tiba mobil yang ku identikkan dengan ferrari ini berhenti di punggung jalan. Apakah si driver berubah pikiran dan ingin menendangku keluar dari sini? Aku mempersipkan mental untuk hal terburuk.
Ternyata ada penumpang. Penumpang? Aku juga terkejut. Rupanya mobil super mewah ini dipergunakan untuk angkutan umun seperti taksi. Pantas saja si driver maksudku si supir tidak bereaksi apa – apa saat aku secara tidak sopan memasuki mobil yang dikendarainya.

Karena berhenti secara tiba – tiba, aku pun terlontar kedepan dan itu cukup berhasil untuk mengingatkan ku akan luka – lukaku ”Aww!!”
Mau tak mau aku harus mencari lagi posisi duduk yang nyaman. Tanpa peduli sedikitpun si supir kembali menjalankan mobil setelah penumpang tadi masuk. Dia duduk di belakangku. Sejak masuk ke dalam mobil. Penumpang ini sibuk dengan handphonenya. Entah dengan siapa, orang itu memenuhi mobil dengan keributan yang dibuatnya saat bercakap – cakap via telepon dengan seseorang. Lama – kelamaan aku terbiasa dengan keributan itu. Namun, ada hal yang ganjil kurasakan. Aku sepertinya mengenali suara orang ini. Familiar.
Kuberanikan diri untuk menoleh kebelakang. Sontak aku shock dan orang itupun mungkin sama. Walau tangannya masih di telinga tanpa berbicara lagi, aku tidak tahu harus bilang apa tapi yang pasti, WAJAHNYA MIRIP SEKALI DENGANKU. Kembaran?

Vommentnya mana? Jangan lupa tinggalkan vomment ya.
Biar rajin updatenya. 😣😱😜😊😋🙏👅👍👌✌👏

The Lucid AlteranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang