1. Dia Radit

359 112 161
                                    

Jatuh cinta bukanlah perkara yang mudah, ketika kita senang akan rasanya mencintai kita juga akan merasakan bagaimana rasanya patah hati.

***

"Gue suka sama lo Radit! Lo mau engga, jadi pacar gue!?" teriak wanita berambut sebahu tersebut.

Dengan tangan yang bergetar, dan keringat yang membasahi pelipisnya, ia menyodorkan sebucket bunga mawar berwarna hitam di kombinasi dengan warna putih.

Tasya sengaja memilih bunga mawar berwarna hitam yang melambangkan cinta yang murni, dan mawar berwarna putih yang melambangkan cinta yang suci.

Tangan yang satunya lagi meremas roknya. Lelaki tersebut tidak mengubris apa yang wanita itu katakan, ia hanya berjalan dan melirik wanita tersebut dengan sudut matanya. Dingin,menusuk, dan sangat tajam. Membuat atmosfir disekitarnya seketika berubah.

Seluruh mata kini tertuju kepada Tasya, wanita yang telah di tolak mentah-mentah oleh Radit. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Tasya saat di tolak pujaan hatinya, hatinya sakit seperti dijatuhi ratusan batu yang datang dari langit.

Suasana yang riuh, kini berubah menjadi sangat sunyi, sangat sunyi sehingga hanya suara desiran angin saja lah yang mungkin terdengar. Dengan lembut angin membelai rambut milik Tasya, yang memperlihatkan wajah berwarna merah tomat itu.

Banyak yang merasa iba, ada juga senang atas apa yang telah Tasya dapatkan dari Radit. Tasya menatap punggung Radit yang pergi menjauh, matanya memanas tak kuat menahan tangis yang akan pecah.Ia melempar bunga yang akan di berikan kepada Radit asal, dan menginjak-injaknya.

Wajahnya memerah menahan malu, air mata itu membasahi blush on yang menempel pada kedua pipinya. Ia berlari meninggalkan lapangan. Sambil menutup wajahnya sambil terisak dan menangis sekencang-kencangnya.

"Lo nolak Tasya?"

"Lo kok bego si Dit, dia bodynya juga mantap, ketua cheers lagi."

"Sampai kapan lo terus-terusan nolak cewe?"

Pertanyaan tersebut dilontarkan secara bergantian oleh Andi, Nata, dan Gilang, saat mereka baru saja tiba di warung bi Imah. Warung yang biasanya dipakai oleh anak-anak SMA Perdana untuk bolos jam pelajaran.

Lelaki itu mengenakan gelang yang bertuliskan nike yang melingkar pas di pergelangan tangannya. Dirinya hanya mengedikkan bahunya, menghisap sebatang rokok miliknya dalam-dalam tanpa menghiraukan ketiga sahabatnya.

Radit mengeluarkan sebungkus rokok miliknya dan mengambil satu batang lagi, ia menyodorkan rokok miliknya kepada ketiga temannya. Dengan senang hati Andi, Nata, dan Gilang menerimanya.

Seperti biasa, Radit dan kawan-kawan nongkrong di warung bi Imah sampai jam pelajaran selesai. Mereka biasanya mengobrol, bercanda, bahkan hanya menumpang wifi saja.

Radit membuka ponselnya, dan melihat banyak sekali notifikasi dari banyak wanita yang menginginkan bisa dekat dengan dirinya.Tidak hanya Tasya tetapi, hampir 60% wanita di SMA Pelita ini menyukai dirinya. Ia hanya memutar bola matanya dan melemparkan ponsel miliknya kepada teman-temannya.

Radit membuang puntung rokoknya asal, dan meneguk es jeruk miliknya. "Risih," Ia menyandarkan punggungnya ke tembok dan menutup matanya rapat-rapat.

Laki-laki yang berperawakan acak-acakan ini adalah 1 dari ratusan siswa di SMA Perdana yang bisa dikatakan 'most wanted' di sekolahnya. Wajahnya yang tampan, memiliki kharisma yang siapa saja bisa tergila-gila padanya. Tidak aneh jika Radit menjadi lelaki yang di idam-idamkan banyak wanita.

Andi yang terkesiap itu langsung mengambil ponsel Radit dengan cepat, penasaran dengan apa yang ada di ponsel milik Radit. Memang diantara mereka berempat, dialah si biang gosip.

"Dit, ini sih bukan banyak lagi." Andi dan Nata membulatkan matanya tak percaya, Gilang yang penasaran, dengan cepat merebut ponsel milik Radit dari tangan Andi. "Anjir, Dit, ini mah Lo tinggal pilih, cantik-cantik lagi anjir."

"Mau dong satu," goda Andi.

"Ogah, ambil sono."

"Sampe kapan lo mau terus-terusan gini dit?"

"Sampe gue jatuh cinta sama orang yang tepat."

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang