Sampai kapanpun hati yang dingin itu tidak akan bisa mencair.
***
Pagi ini, matahari menyinari SMA Perdana tak terlalu terik. Suara riuh dari para siswa dan siswi membuat suasana di SMA Perdana menjadi sangat ramai.
Pertandingan basket antar kelas yang sudah biasa dilaksanakan di SMA Perdana setiap seminggu sekali menarik perhatian banyak siswa, termasuk Rena dan sahabatnya.
Jika para siswa lelaki melihat trick permainan basket, berbeda dengan kalangan perempuan. Para siswi di sini tidak memperdulikan taktik, mereka duduk di pinggir lapang hanya memperhatikan wajah tampan dari setiap pemain basket. Ada yang rela sampai dandan demi menarik perhatian, ada juga yang membuat spanduk bertuliskan 'Semangat Ganteng'.
Rena pun sama halnya dengan siswi lain, tetapi hanya 1 lelaki yang ia perhatikan sejak permainan basket dimulai, Fathir. Dirinya memperhatikan dari mulai saat Fathir menggiring bola, melakukan dribble, passing, bahkan ia memperhatikan wajah Fathir yang basah akibat keringat.
"Woy ngeliatinnya biasa aja," Dara menepuk ringan pundak Rena.
"Hehehe ganteng sih,"
"B aja sih gue mah, ganteng juga Radit."
"Radit aja terus bosen gue denger namanya, mending juga ka Fathir." ucap Rena sambil terus memperhatikan Fathir.
Kedua sahabatnya hanya mendengus pasrah ketika Rena selalu menyebut nama Fathir."Nis, si Radit kelas mana sih, kok gue jarang liat ya." tanya Dara
"XI IPA 5, kenapa? hayoloh mulai suka ya lo!"
"Enggalah ya kali, ya cuma kaya jarang liat dia aja. Gue udah punya Adam ini,ngapain suka Radit."
"Awas aja ya kalo lo suka!"
Mata mereka kembali terfokus kepada pertandingan basket yang riuh itu, karena score seri membuat para suporter dari masing-masing kelas berteriak. Saling memberikan semangat.
"Eh eh gue kebelet pengen ke WC," Nisya menggeliat, dan berlari menuju kamar mandi.
"Aaaaaa yes,"
Baru saja Fathir memasukkan bolanya ke dalam ring, membuat para suporter termasuk Rena berteriak. Bola yang Fathir masukkan tanda kemenangan untuk kelasnya. Fathir melakukan selebrasi, ia memeluk para pemain yang lain. Senyumnya tersungging di wajahnya, lesung pipi yang terbentuk membuat Rena semakin tergila-gila.
"Udah gue bilang Fathir itu emang keren," Rena memegang wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Ah terserah lo, by the way si Nisya mana ya?"
"Iya kemana ya, ga balik-balik dia,"
"Cari yuk!"
Rena menarik tangan Dara dan mengajaknya mencari Nisya. Mereka memutuskan untuk melengangkan kaki ke kamar mandi. Memanggil nama Nisya berulang kali.
Setelah beberapa menit mencari,tetapi nihil, mereka berdua memutuskan untuk ke kantin. Pemandangan yang sangat tidak di sangka-sangka muncul di hadapan Rena dan Dara.
Nisya kini tengah berhadapan dengan Radit, tangannya bergemetar dan bibirnya sedikit pucat. Rena dan Dara mengetahui bahwa kini Nisya tengah dilanda ketakutan. Karena memang jikalau Nisya tengah takut tubuhnya akan bergemetar dan bibirnya pucat pasi.
Rena dan Dara tidak menghampiri Nisya, mereka berdua memutuskan untuk melihat sahabatnya dari kejauhan. Nisya semakin lama menunduk dan berjongkok di hadapan Radit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa
Teen FictionBerawal dari pertengkaran yang terjadi antara Rena dan Radit, mereka bagaikan air dan minyak yang tidak dapat bersatu. Akan tetapi Tuhan berkehendak lain, dan menyatukan dua insan ini dengan cara yang tak terduga. Bagaimana bisa seorang lelaki cuek...