9. Hari yang panjang

165 28 29
                                    


Terkadang hati dan otak sulit untuk dikendalikan. Begitu pula saat di dekatmu, ketika hati merasakan kebahagiaan, otak menyuruh jantung berdegub lebih kencang.

***

Rena dan Fathir baru saja tiba di rumah bernuansa putih itu, dengan senyum yang tak luput dari wajah Rena sedari tadi.

Di belakang Rena terdapat Fathir yang tengah melihat-lihat rumah Rena yang cukup megah itu.

"Eh Fath, ayo masuk!" pinta Rena.

Gadis itu mempersilahkan lelaki itu untuk masuk ke rumahnya, sementara itu Rena menyuruh lelaki ini untuk duduk, dia berjalan menuju dapur untuk mengambilkannya segelas minuman dan beberapa cemilan.

Tak berselang lama, tangan mungil gadis itu dipenuhi dengan minuman botol dan beberapa cemilan. Fathir yang melihatnya langsung membantu Rena membawa barang yang kini ada di tangan Rena.

"Cewe tuh engga boleh bawa yang berat-berat," ucap Fathir yang secara tidak langsung membuat kulit keduanya bersentuhan. Perlakuan yang tak terduga dari Fathir membuat kupu-kupu yang ada di dalam perut Rena berterbangan.

Ya ampun kenapa jantung gue. Batin Rena .

"Hey Rena!" ucap Fathir yang melambaikan tangannya di hadapan Rena.

"Eh iya Fath mau mulai darimana?"

"Jangan ngelamun, kaya orang lagi jatuh cinta aja lo," Fathir tertawa ringan, dan mengeluarkan seluruh buku-buku yang ada di dalam tas nya. "Mulai dari buku ini aja ya," tambah Fathir.

"Apasih Fath garing banget deh lo,"

"Garing juga lo tetep senyum-senyum sendiri kan?" Goda Fathir.

"Udah ah mulai Fath," ajak Rena yang langsung memukul bahu Fathir pelan.

Tak menghiraukan Fathir, Rena mulai berkutat pada buku Fathir yang setebal batu bata itu, mudah bagi Rena untuk memahami soal itu karena materi itu sesuai dengan pelajarannya. Fathir sedari tadi hanya melihat Rena yang berkutat pada buku miliknya. "Ah udah paham ginian mah!" teriak Rena yang langsung menyambar botol minuman berasa miliknya.

"Udah ngerti Ren?"

"Udah dong, sini deh gue jelasin." Rena mulai menuliskan beberapa di buku milik Fathir "Jadi gini-"

"Ren tunggu dulu deh," Secara tidak langsung Fathir menghentikan ucapan Rena. Ia menatap ke arah Rena sangat intens "Gue engga akan fokus belajar kalo gue liatin bibir lo,"

"Hah?" ucap Rena gelapan.

Fathir pun mendekatkan dirinya pada Rena, yang secara tidak langsung Rena langsung menatap Fathir tak percaya. Ibu Jari milik Fathir langsung menghapus susu yang berlepotan di sekitar bibirnya. "Nah gini kan enak diliatnya, yang bener dong kalo minum." Ucapan Fathir dan tindakan Fathir ini hampir saja membuat tubuh Rena membeku di tempat.

"Eh Fath gue ke kamar dulu ya," ucap Rena yang langsung berlari menuju ke kamarnya. Ia menutupi wajahnya dan berteriak sekencang-kencangnya.

Tenang Renatta jangan terlalu berlebihan deh. Ucap Rena menenangkan diri.

Setelah menormalkan detak jantungnya Rena kembali menghampiri Fathir dan menjelaskan materi yang sudah ia pahami sebelumnya.

45 menit berlalu, akhirnya Rena selesai mengajari Fathir. "Udah ngerti?"

"Em udah sih, tapi ini masih ada satu buku lagi yang gue engga ngerti."

"Yaudah biar gue aja yang kerjain, besok gue jelasin caranya. Takutnya kemaleman." Ucap Rena.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang