4. Hal yang paling memalukan

217 95 57
                                    

Iris mata yang indah itu mengingatkanku pada seseorang yang pernah terlintas di hidupku.

***

"Terus gimana Ren?"

Waktu istirahat dipakai seluruh siswa SMA Perdana untuk berburu makanan di kantin ataupun sekedar mengobrol. Sama halnya dengan Rena dan kedua sahabatnya, mereka kini tengah berbincang-bincang di taman sekolah membicarakan tentang Fathir dan Rena.

"Ya chatting biasa sih, awalnya sih gue kira chat gue cuma di read eh ternyata dilanjut," jelas Rena dengan senyum yang menyungging di wajahnya.

"Tuhkan bener apa kata gue, pasti lanjut."

"Lo yakin sama ka Fathir? Dia kan-"

Nisya memutar bola matanya malas,
"Mau kaka kelas, mau adik kelas kalo jodoh sih apa boleh buat?"

"Iya deh iya, asal lo seneng gue juga ikut seneng kok Ren, ya kan Nis?"

"Sahabat kita bentar lagi ga akan jomblo nih," goda Dara.

"Ih apaan sih,"

Senyum kembali terukir di wajah polos Rena, mendengar candaan Dara. Mereka kembali terhanyut dalam canda tawa, membicarakan apa saja. Dari mulai acara lunch Dara dan Adam, Sampai acara arisan Bundanya Nisya.

Rena yang sudah kehabisan topik mulai bermain Dinner Dash di ponselnya. Memang sudah kebiasaan Rena bermain game dikala bosan menghantuinya.

"By the way gimana lo sama Radit Nis?" tanya Dara.

"Engga tau, deket aja engga. Yang penting ganteng sih."

Rena yang kini berkutat dengan game Dinner Dash di ponselnya, menimpa jawaban dari Nisya.

"Kata gue sih cowo gitu mah yang suka bolos, pemalasan, nakal, tukang ngerokok, berantem, sok ganteng, banyak masalah sama guru gapantes disukai cewe," tambah Rena, dengan santai nya ia meminum soft drink dan membuka layar ponselnya.

Suara Rena yang seperti toa masjid itu membuat seseorang menatap ke arahnya dengan pandangan yang sangat dingin. Kata yang di ucapkan oleh Rena membuat singa menyadari perkataannya.

Saat Nisya sedang mengedarkan pandangannya ke lain arah, ia melihat Radit dari kejauhan. Nisya berusaha menghentikan setiap kata yang Rena lontarkan kepada Radit, sama halnya dengan Dara. Nisya dan Dara saling melempar pandang lalu berusaha menghentikan ucapan Rena.

Dara dan Nisya berusaha menutup mulut Rena,"Udah Ren,"

"Apaan sih,"

Rena menghindar, tidak memperdulikan perkataan sahabatnya, dan berkutat pada ponsel miliknya.

Manik mata milik Radit bertemu dengan manik mata milik Nisya, Nisya yang kelagapan membeku di tempat. Dara yang melihat ke arah yang sama sepertu Nisya memilih untuk menunduk dan berpura-pura memainkan ponselnya.

Tak berselang lama Radit dan ketiga sahabatnya tengah berada tepat di belakang Rena, Nisya dan Dara. Rena yang melihat perubahan atmosfir di sekitarnya, juga tingkah kedua sahabatnya. Rena memberhentikan ucapannya dan terdiam melihat kearah kedua sahabatnya. "Kenapa sih lo pada?"

"Udah?" tanya Radit sarkastik, Rena tidak takut sama sekali saat Radit bertanya dengan dingin dan menusuk.

Rena membalikan tubuh menghadap Radit, tanda menantang. Nisya dan Dara ciut mereka lebih memilih diam.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang