2. Renatta Averlya

318 109 93
                                    

Sentuhan lembut darimu melemahkan seluruh saraf yang ada di tubuhku.

***

Rambutnya ala pony tiles, menyisakan sedikit poni yang sebagian menutupi wajahnya. Cahaya matahari yang masuk, membuat rambut yang hitam pekat itu seolah-olah bersinar. Dibalut dengan jam tangan Alexander Christine berwarna silver yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Telinga sebelah kirinya kini sedang, ia sumpal dengan earphone miliknya. Lagu jazz kesukaannya mengalun sesuai dengan ketukan tanggannya.

Rena menunggu sahabatnya di kantin sekolah, tak butuh waktu lama untuk Rena bisa menyelesaikan soal fisika yang diberikan pak Budiman. Ia memang 30 menit lebih cepat menyelesaikan ulangannya dibanding teman-temannya.

Tidak salah jika Rena menjadi murid kesayangan guru di sekolah tempat ia belajar, selain pintar dalam bidang fisika ia juga lihai di bidang sains maupun matematika.

"Woy!" ucap Nisya dan Dara bersamaan.

Rena melihat ke arah kedua sahabatnya, sambil menjitak kepala mereka berdua. "Lama anjir, gue keburu jadi perawan tua nunggu disini,"

Nisya dan Dara hanya terkekeh melihat perilaku Rena, karena sejak semalam tadi Rena sudah bersusah payah mengajari mereka, tetapi tetap saja sahabatnya ini tidak mengerti.

"Haha sorry kali Ren, lo baru aja dikasih soal langsung selesai dalam 15 menit."

"Iya susah banget, gue aja istigfar selama ngerjain."

Rena hanya terkekeh geli melihat tingkah kedua sahabatnya. Ia pun berkutat kembali pada ipod miliknya sambil memakan kentang goreng yang ia pesan sebelum sahabatnya datang.

Dara yang merasakan keheningan diantara Nisya dan Rena, membuka topik pembicaraan agar mereka bertiga tidak hanya diam dan berkutat pada ponsel masing-masing.

"Eh guys dari pada ngomongin si vector, impuls yang bikin otak gue mau pecah. Gue punya gosip baru nih." ucap Dara setengah berbisik.

"Apa Dar?"

"Tasya nembak Radit, tapi ditolak!"

"Sumpah? Cewe secantik dia ditolak Radit?" ucap Nisya yang setengah berteriak. Membuat seluruh mata kini tertuju padanya. Dara langsung menutup mulut Nisya dengan tangannya.

"Emang gila si Radit sok kegantengan, udah nakal, irit ngomong masih aja banyak yang suka. Gapaham gue," Rena dengan santainya mengucapkan kalimat yang sangat sarkatis untuk Radit. Memang sejak lama Rena tidak menyukai lelaki itu, ia tidak suka lelaki yang bertindak semena-mena apalagi sampai menyakiti perempuan.

"Tapi ganteng ih."

"B aja, masih juga ganteng ka Fathir." Nisya dan Dara memutar bola mata mereka, dan hanya mendengus kesal setiap kali Rena mengucapkan nama Fathir. Laki-laki yang Rena suka sejak kurun waktu 3 tahun terakhir.

Fathir anak XII IPA 4, pemain basket dengan tinggi badan 179 cm. Tubuhnya sangat ideal sampai-sampai ia memiliki 6 kotak di perutnya. Dengan model rambut Brushed up top membuat banyak para wanita yang menggilainya. Fathir berbanding terbalik dengan Radit, dia merupakan kapten basket terbaik yang dimilik SMA Pelita.

Rena telah mendambakan Fathir saat ia duduk di bangku SMA, Rena kerap kali memperhatikan Fathir dari kejauhan, dirinya tidak pernah berani untuk mengatakan perasaannya dan membocorkan kepada banyak orang. Menurutnya cinta dalam diam itu lebih asyik.

"Tipe cewe Radit kaya gimana ya?" Nisya memejamkan mata seolah-olah membayangkan bagaimana wajah Radit.

"Lo suka Radit jangan-jangan?"

"Ya sedikit sih, masih sedikit loh ya. Itung-itung move on dari Dave,"

Berbicara tentang Dave, ia merupakan mantan pacar Nisya. Dave merupakan lelaki blesteran Indonesia-Belanda. Karena kepindahan Dave ke Belanda yang cukup lama, membuat Nisya tidak tahan jika harus menjalan long distance relationship. Ia mengakhiri hubungannya tepat 3 bulan yang lalu saat Dave benar-benar memutuskan untuk tidak kembali Indonesia untuk waktu yang cukup lama.

Back to the earth

Dara dan Rena hampir tak percaya bahwa sahabatnya ini mulai terpikat pesona Radit, Nisya hanya cengengesan melihat tingkah kedua sahabatnya ini.

"Gue sih ya ogah suka sama Radit, ga ada di kamus gue suka sama cowo macam gitu."

"Iya sama gue juga ogah."

"Kenapa ya banyak cewe yang terpikat sama dia?"

"Termasuk lo kali Nis!" Dara menoyor kepala Nisya sembarangan dan mencomot kentang milik Rena.

"Hehehe lupa,"

Mereka kembali membicarakan topik-topik terkini di sekolahnya, dari mulai percintaan, masalah sama guru sekolah, memang hobi mereka adalah bergosip ria. Tak hanya mereka, mungkin anak-anak yang lain juga melakukan kegiatan yang sama dengan yang mereka lakukan. Tetapi tiba-tiba saja,

Byur

Rena langsung membulatkan matanya saat jus sirsak membasahi rok putih abu-abu miliknya. Rasanya ia ingin segera memaki-maki seseorang yang telah menumpahkan minuman yang membuat roknya lengket.

"Eh sorry-sorry," ucap lelaki itu sambil membersihkan rok milik Rena, dengan menggunakan sapu tangan miliknya.

Rena merasa tidak enak saat lelaki itu membersihkan roknya, ia memutuskan untuk meredamkan amarahnya "Eh udah biar gue aja," ia mengambil alih sapu tangan milik lelaki itu dan membersihkan roknya. Ya meskipun Rena sedikit pemarah, kalo urusan iba, dia paling engga tega.

"Beneran gapapa?" tanya lelaki itu sambil mendongakkan kepalanya.

"Engga ap-" Rena kaget bukan main saat melihat wajah lelaki itu, amarah yang memuncak kini berganti menjadi detak jantung yang berdebar sangat kencang.

Lidahnya kelu tidak bisa mengungkapkan apa-apa, rasanya ia ingin sekali loncat dari lantai tiga. Jantungnya tidak karuan, lebih dari menunggu hasil ulangan Matematika.

"Oh ya kenalin gue Fathir," Fathir menjabat tangan Rena tanpa aba-aba.

Rena yang mendapat sentuhan yang tiba-tiba itu, spontan tidak bisa berkata apa-apa. Rasanya ribuan kupu-kupa terbang menutupi pita suaranya.

"Hm gu-gue Renatta, panggil aja Rena." Ucap Rena gugup.

"Beautiful name, nice to meet you Rena."

Fathir memberikan senyum yang sangat khas, lesung pipi terbentuk di wajahnya. Membuat pesona Fathir semakin bertambah, selain itu keringat membasahi wajah Fathir yang membuat dirinya tampak cool.

Rena yang tidak bisa mengutarakan apa-apa hanya mengangguk sambil tersenyum. Lidahnya tidak bisa mengatakan apa-apa. Tubuhnya pun serasa membeku di tempat.

"Oh iya rok lo jadi gimana? Mau gue anter pulang dulu biar lo ganti rok?"

"Em gak usah ka gapapa kok,"

"Oh yaudah gue balik ke kelas duluan ya, bye."

Fathir melambaikan tangan ke arah Rena, begitu juga sebaliknya. Rena yakin kini wajahnya sudah memerah, berteriak sekencang-kencangnya ingin ia lakukan.

Dara dan Nisya hanya mematung di tempat mereka pun sama halnya dengan Rena, tidak percaya. Cowok se-terkenal Fathir bisa melakukan hal yang tak terduga kepada sahabatnya.

"Gue engga percaya Ren,"

Dara pun sama, ia menganga tak percaya, "Ini mimpi bukan sih,"

"Nis, Dar please pegangin gue sekarang juga, pengen terbang rasanya."

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang