CHAPTER 2

71 26 8
                                    

Alya dan Nayla nampaknya sangat asyik sekali, saat sedang melihat-lihat ruangan yang ada di sekolah barunya itu.

"Luas banget ya, Nay."
"Bersih banget ini sekolah."

Sudah beberapa kali kalimat itu keluar dari mulut Alya, memang sekolah yang Alya tempati saat ini memang sangat lah luas dan bersih.

Saat Alya melewati kelas XII nampak disana ada segerombolan anak famous sedang berkumpul. Dan ternyata Bryan pun ada di sana, bersama anak famous disekolahnya.

"Oh, jadi abang gue termasuk anak laki-laki yang famous disini. Baru tau gue." ujar Alya dalam hati.

Tidak jauh dari gerombolan anak famous laki-laki, ternyata disana pula ada segerombolan geng primadona disekolahnya, tatapannya sungguh tajam, sesekali salah satu anggota dari geng primadona itu pun mendelikkan matanya ke arah Alya dan Nayla. Huh, mungkin ia merasa tersaingi oleh Alya dan Nayla.

***

BEL PULANG SUDAH BERBUNYI,

Alya menunggu kakaknya di parkiran sekolahnya,

15 menit sudah berlalu, tetapi Bryan belum menghampiri Alya sama sekali.

"Gue jadi pengen teriak manggil abang gue, lama banget si." gerutu Alya sembari memasang muka juteknya itu.

20 menit sudah berlalu, dan akhirnya Bryan menghampiri mobilnya yang di belakangnya sudah ada seorang gadis yang sedang duduk dengan muka juteknya itu.

"Al lu nunggu lama? Kenapa ga nyamper ke kelas gue aja sih. Tadi gue lagi maen game dikelas, dan gue gak denger kalo bel pulang udah bunyi dari tadi." ucap sang kakak, sembari mengelus rambut sang adik kesayangannya itu.

"Terserah, udah cepet buka pintu mobilnya. Gue udah nahan lapar dari tadi." balas Alya dengan tampang juteknya, sembari menepis tangan Bryan yang sedang mengelus rambut adiknya itu.

"Al, maaf ya." ucap sang kakak sembari membukakan pintu mobilnya untuk Alya.

"Tumben ni anak baik banget, mau bukain pintu mobil buat gue lagi. Biasanya kan kagak." ujar Alya dalam hati.

Alya tidak menjawab sama sekali,

Selama di mobil pun Alya hanya memainkan laptopnya yang disimpan di dalam mobil kakaknya itu.

"Alya, maaf ya."
"Gue gak sengaja kok."
"Gue tadi pake earphone makannya bel pulang kagak kedenger sama sekali."
"Al, mau gue beliin pizza? steak? atau apapun yang lu mau, asal lu mau maafin gue dek."

Sedari tadi Bryan meminta maaf kepada Alya tetapi tidak ada respon apapun dari sang adik yang sedang marah itu.

"Kacang sekarang mahal dek." ujar sang kakak, sembari memijit klakson mobilnya yang membuat Alya menjadi terkejut.

Bryan langsung tertawa terbahak-bahak ketika melihat Alya dengan tampang terkejutnya itu.

Alya semakin marah kepada Bryan. Ia mendelikkan matanya kepada Bryan, sehingga membuat Bryan berhenti tertawa.

***

Sampailah mereka, didepan rumah yang megah itu. Alya pun langsung turun dari mobil Bryan, tanpa mengucapkan sepatah dua patah kata terhadap kakaknya itu.

Sebelum pintu mobil Bryan ditutup oleh Alya, tiba-tiba lelaki berbadan tinggi, berkulit putih, dan memiliki rambut dengan style brushed up top dengan warna cokelat tua itu mengucapkan 1 kalimat,

"Gua disini, gua bukan patung." kalimat itu keluar dari mulut Bryan, mungkin itu kode agar Alya mengucapkan sepatah dua patah kepada Bryan.

Alya hanya menoleh ke belakang sembari mendelikkan matanya kepada Bryan.

SAMPAILAH ALYA DIKAMAR KESAYANGANNYA ITU YANG PENUH DENGAN PERNAK-PERNIK BERWARNA PASTEL,

"Capek banget hari ini." kalimat itu keluar dari mulut Alya saat ia masuk di kamarnya itu.

10 menit sudah berlalu, akhirnya Alya memutuskan untuk makan siang.

Alya menuruni satu demi satu anak tangga yang terdapat di rumah mewahnya itu, dengan jalan perlahan Alya akhirnya sampai tepat di depan meja makan,

"Yipiiii, ayam bakar kesukaan-ku!" ujar Alya.

Alya menyantap makanannya itu dengan sangat lahap,

Setelah selesai makan, Alya mencuci tangannya di wastafel yang terdapat di pojok ruang makan itu.

Alya kembali menaikki satu demi satu anak tangga itu untuk kembali ke kamar kesayangannya.

***

Tidak lama, terdengar suara ketukkan pintu dari luar kamar Alya,

"Siapa? Masuk aja, pintunya gak di kunci kok." ujar Alya sembari memainkan gadget-nya.

Dan masuk lah seorang lelaki berbadan tinggi, dan memiliki rambut dengan style brushed up top dengan warna cokelat tua. Yap, dia Bryan. Dengan membawa satu buah box yang didalamnya sudah terdapat makanan favorite Alya, yaitu pizza. Lalu, Bryan menghampiri Alya,

"Nih, pizza buat lu. Jangan cemberut terus dong. Dimakan ya al pizzanya." ucap Bryan sembari mengelus rambut Alya.

"Iya, makasih bang." balas Alya.

"Al, gue minta maaf tadi gue gak sengaja, serius. Gue minta maaf ya." ucap Bryan.

"Iya bang, maaf juga ya bang tadi Alya cuek ke abang. Abisnya Alya lapar bang." kalimat itu sontak membuat Bryan tertawa dicampur rasa senang karena ia dan sang adik sudah kembali seperti biasanya.

Memang, Alya dan Bryan seperti itu. Bertengkar karena hal sepele itu sudah biasa bagi mereka. Tetapi pertengkaran itu tidak akan berjalan lama, hanya dengan hitungan jam pun mereka sudah bisa tertawa bersama lagi.

Next???
Ditunggu vote&commentnya yaa:D

When Hate Into LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang