CHAPTER 4

38 21 12
                                    

Alya sedang asyik menonton channel favoritenya itu, diruang TV, sendirian. Nasib jomblo.

Tidak lama, datanglah Bryan, kakak kandung Alya, yang amat sangat jahil,

"Eh ratu alay, sendirian aja lu. Jomblo ya." usik Bryan, sembari memindahkan channel TV-nya itu.

"Eh alay, ganggu mulu ni bocah, kagak di sekolah kagak dirumah. Mau lu apa si?" tanya Alya dengan nada yang dinaikkan 1 oktaf.

"Lu bisa nonton di kamar kan? Tanpa ganggu gue? Yatuhan, kenapa gue punya abang kayak gini amat." sambung Alya.

"Dari pada lu bawel ga jelas kayak sekarang ini, mending lu bikinin mie buat gue dek." jawab Bryan dengan santai.

"Di meja makan masih banyak banget makanan bang, udah si gausah aneh-aneh, elah. Awas gak, gue mau nonton." teriak Alya.

Bryan menghiraukan Alya, ia tetap santai di sofanya itu, sembari menonton tv.

Tiba-tiba,

PLETAK

Satu jitak-kan sudah mendarat tepat di jidat Bryan,

"Awwww, songong banget lu. Serius ini sakit banget." ucap Bryan sembari mengelus jidatnya yang sedang kesakitan itu.

Alya hanya tertawa terbahak-bahak ketika melihat kakaknya yang sedang meringis kesakitan akibat ulahnya itu.

***

Keesokan harinya,

"Kacamata gue dimana?"
"Kacamata gue kagak ada di mobil."
"Kegantengan gue bakalan ilang 2% nih kalo tanpa kacamata hitam itu."

Kalimat itu sudah beberapa kali terulang dari mulut Bryan, sehingga membuat Alya risih mendengarnya.

"Lu cari pake mulut sih bang, pake mata makannya!" bentak Alya.

"Nih, gue nemuin kacamata lu di laci kamar lu. Cari yang bener makannya." sambung Alya sembari memberikan kacamata andalan Bryan itu.

"Buset, sakti bener lu, bisa nemuin kacamata gue, gue aja kagak tau kacamata gue dimana."

"Lebay. Udah buruan masuk mobil, takut telat." ujar Alya, sembari melilitkan jam di lengan kirinya itu.

***

Bryan dan Alya sudah sampai di parkiran sekolahnya.

Keluarlah mereka dari mobil kesayangan Bryan itu.

"Nath, mereka berangkat bareng Nath." ucap Faranisa sembari menepuk bahu Nathania.

"Sumpah maunya tu anak apaan si, pake deket-deket kapten basket segala." balas Nathania.

"Lu akan tau akibatnya, dik." sambung Nathania.

Saat Bryan dan Alya sedang berjalan menuju koridor sekolah, tiba-tiba.

"Eh Bryan, lu tambah ganteng aja ya." ucap perempuan dengan style rambut sebahu itu.

Bryan hanya mengernyitkan jidatnya, dalam hati ia berbicara,

"Lah, ngapa ni cewek?"

"Thank's." balas Bryan, dengan singkat.

"O-oh i-iya Bryan. Sama-sama." ucap gadis itu dengan nada gemetar.

Bryan langsung meninggalkan Nathania dan Faranisa, sembari merangkul Alya.

"Far, serius? Gu-gua abis ngobrol sama dia? Bryan? Kapten basket yang gantengnya tiada tara itu? AaaaaaAAaaaa gue seneng banget!!" alay? Hm, bisa dibilang seperti itu. Tapi, yasudahlah.

When Hate Into LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang