Part 4 - Kanina

400 15 1
                                    

Langit Desember ke dua puluh tujuh.

Cukup cerah untuk dinikmati,
cahaya matahari pagi ini juga tidak terlalu menusuk jika melihat kearah sang surya. Membiarkan sengatan hangat memasuki setiap rongga dikulit.

"Kamu masih marah..?" Sentuhan lembut yang menjalar di tangannya dari tanganku yang menyentuhnya untuk meminta sedikit perhatian,
Perhatian yang tersita oleh kaca yang menjadi satu-satunya batas untuk menyentuh setiap gumpalan putih yang terhampar begitu luas.

"Aku tak pernah marah, sayang.." Senyumannya yang membuatku memujanya untuk kesekian kalinya,

Erick memiliki ribuan cara untuk membuatku terpesona, mungkin bukan hanya aku. Tapi setiap pasang mata yang melihat juga tahu, seberapa indah pesonanya.

Erick bisa membuat setiap kaum adam cemburu akan kharismanya dan membuat setiap kaum hawa meleleh dibuatnya.

Aku tahu. Aku tahu.

Sangat beruntung bukan?

Aku tersenyum kembali padanya, tapi pandangannya lagi-lagi tersita oleh gumpalan- gumpalan putih yang tergantung di udara, dengan langit berwarna biru cerah.

Mungkin awan di langit terlihat lebih cantik.

Cemburu benar aku.

Aku mengedarkan pandangan kearah Vino. Lelaki yang memakai kaus putih dan membiarkan otot di lengannya telihat lebih membentuk.

Tak lepasnya iris matanya dari gadis yang duduk disebelah, yang tak henti- hentinya berbincang dengan nada yang lebih bersemangat dari biasanya.
Tapi masih terdengar sangat lembut.

Dari nada bicaranya yang memburu dan lebih aktif dari biasanya sangat terlihat kalau gadis manis itu sedang bersemangat. Dan Vino disampingnya hanya menatapnya dengan hangat dan lembut, dan sekali-kali melayangkan tangannya keatas kepala Asla gemas.

Aku harusnya senang. Iyakan?

Asla sudah menyukai Vino dari pertama kali laki-laki yang telah kuperkenalkan keseluruh dunia sahabat itu, menjemputku di kampus. Matanya yang bulat dan hitam semakin membesar ketika melihat Vino datang dengan gayanya yang 'seadanya''

"Dia siapa? Kenal darimana? Kok gak ngasih tau aku? Ih kenalin ya ya ya" dengan bersemangat aku berusaha untuk membuat mereka menjadi satu pasang yang saling mencintai, orang bilang, kekasih.

Karna aku tahu Asla adalah perempuan terbaik, termanis, terhangat yang pernah aku temui, Asla adalah tipe perempuan yang tidak berhak merasakan sakit, tipe perempuan yang memiliki hati yang lembut dan itu berhak untuk dilindungi satu juta pangeran.

Dia tidak butuh satu juta pangeran,
Hanya satu Vino.
Itu sudah lebih dari satu juta pangeran untuknya.

Pesawat dengan salah satu nama burung yang menjadi lambang negara ini mendarat, senyumku tak bisa disembunyikan. Merasakan satu pasang mata menatapku daritadi,

"Apa?" Dia menggeleng sambil mempertahankan bibirnya melengkuk ke atas membuat senyum yang tak tertahankan menawannya "Tidak, hanya kau sangat manis tersenyum seperti itu."

Rasanya ingin menggulingkan tubuhku dari ujung pesawat ke ujung lainnya.

Sialan kamu , Erick.

"Kau sudah mengenalku cukup lama untuk melihat senyum ku," Erick masih tersenyum "Tetap saja aku belum puas," aku mencibir, memajukan sedikit bibir bawahku "Nah  jangan begitu... " aku menatapnya bingung.

"Kau membuatku susah untuk tidak mencium mu"

Pipiku merah padam, Erick memang selalu bersikap manis tapi kali ini agak sedikit beda tapi tetap saja wajah merah ku tak peduli. Mau beda, mau tidak, aku tetap suka.

Can't Get Enough of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang