Setelah aku dan Virla sampai di rumahnya kami langsung disambut oleh tante Seli. Yang pertama menyalami tante Seli adalah Virla, ya ialah kerena dia anaknya. Barulah disusul olehku.
"Kalian ke kamar Virla taruh tas, abis itu langsung ke meja makan, kita makan siang. Ingat langsung! Nanti makanannya dingin." Pesan tante Seli.
"Iya ma, iya" kata Virla.
Sedangkan aku menjawab dengan anggukan saja.Setelah sampai kamar Virla, aku masih saja memandang kagum dekorasi dan penataannya padahal aku sudah 2 kali kesini. Kamar ini didominasi warna hijau fastel. Mungkin dekorasi kamar ini dekorasi modern. Entahlah, aku tidak mengerti tentang jenis-jenis dekorasi dan penataan ruangan. Yang penting satu kata buat ruang ini "AMAZING"
Yang aku suka dari dekorasi ini adalah yang tidak terlalu feminim. Kamarnya besar tetapi tempat tidurnya jenis single bed. Semua tertata rapi dan paling mencolok dari barang-barang yang lain adalah meja belajarnya. Meja itu mungkin bergaya kalsik dan ada tempat khusus disampingnya untuk meletakkan laptop. Meja itu berdiri kokoh di pojok kanan. Bila seseorang masuk akan langsung melihat meja itu karena letakkan yang selurus dengan pintu. (Bayangin sendiri aja ya..)
Aku meletakkan tasku di meja belajar Virla. Kemudian duduk di kasur menunggu Virla yang sedang bersih-bersih dan mengganti baju. Sambil menunggu, aku terus-terusan mengangumi kamar ini.
"Buset, air liur lu tuh udah netes sangking nganganya mulut lu" kata Virla.
Dengan refleks aku mengelap mulutku.
"Hahaha.
Virla muka lu. Hahaha
Bego baget sih" katanya tertawa mengejekku. Ternyata dia sudah keluar.Karena sebal aku langsung masuk ke kamar mandinya. Malu kan kayak orang norak. Aku hanya membasuh wajahku yang lengket dan mencuci kakiku di kamar mandi.
Kami turun ke bawah untuk makan siang bersama tante Seli dan abang Virla, bang Gabriel. Sumpah abangnya Virla ganteng banget, 2 kali aku kesini hanya melihat sekilas saja, tidak kayak sekarang. Tetapi kayaknya orangnya dingin. Daritadi pasang muka datar terus kayak tembok.
Setelah makan siang selesai dan sedikit membantu tante Seli mecuci piring, aku dan Virla kembali ke kamarnya. Aku menceritakan yang saat aku tersandung tadi. Karena menceritakan kejadian itu, aku jadi mengingatnya kembali sehingga membuat wajahku merah malu. Virla yang mendengar itu pun ketawa. Sebal, awalnya aku tidak mau menceritakan tetapi dia maksa jadi begini kan. Aku memukul lengan tangannya dan menggerutu kesal. Bukannya berhenti dia malah tambah ketawa. Ihh dasar!
"Sumpah, muka lu merah kayak nahan berak. Lucu kayak pantat bayi" kata Virla di sela tawanya.
Aku menimpuk bantal yang sedang menjadi tumpuan tubuhku tadi. Karena belum juga berhenti ketawa, aku menimpuk bantal lagi yang berada di sekitarku. Ternyata Virla membalas dan terjadilah perang bantal. Kayak anak kecil yah? Hehehe
Setelah kelehan, aku dan Virla sama-sama telentang menghadap langit-langit kamar Virla. Aku mulai bercerita mengenai keanehan perasaanku saat awal pembagian kelas, dan hatiku yang berdetak kencang saat berada di samping Riel. Memang aku sudah pernah menceritakannya kejadian utamanya kepada Virla, tetapi aku sekarang menceritakan kejadian-kejadian kecilnya juga. Dan banyak hal aku ketahui tentang info pribadi Riel dengan cara menstalk media sosial Riel. Aku benar-benar terlihat seperti stalker. Saat aku bercerita, Virla tidak menyela sama sekali. Karena dia juga belum memberi respon perkatakaannya apapun. Jadi aku ingin melihat setidaknya respon wajah dia berikan. Tetapi tidak dapat, karena wajahku yang menghadap atas dan wajahnya yang tepat disebelahku jadi itu menyulitkan aku. Saat aku mau melihat wajahnya..
"Ros lu udah kasih tau orang tua lu kalau lu main di rumah gue?"
Katanya mengalihkan pembicaraan, sehingga aku tidak jadi menatapnya. Aku menyadari bahwa ada sesuatu yang mengganjal saat dia mengalihkan topik pembicaraan itu. Entahlah, daripada aku memusingkan diriku sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/42269553-288-k844908.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Yours
Teen FictionSeseorang yang aku suka dan selalu aku cari mengenai diri-nya. Setelah aku mengetahui semua tentang-nya, di saat yang sama aku pun mengetahui sahabat-ku suka pada-nya juga. Akhirnya, aku merelakan-nya untuk menjadi milik-mu sahabat-ku. Walaupun ini...