Aku dan Riel semakin dekat. Kami sudah saling bertukar tentang apa pun hal dari masing-masing kami tetapi hanya satu hal yang belum aku ketahui dan sangat ingin ku ketahui dari nya, tetapi sudahlah biar waktu yang akan menjawabnya.
Perasaaan yang aku rasakan ini, aneh tapi menyenangkan dan sekaligus takut, entah apa yang aku takuti.
Baru-baru ini aku telah menyadari bahwa perasaan ini sebenarnya adalah sebuah rasa CINTA atau entahlah karena ini Pertama Kalinya aku menyukai seseorang. Memang aneh sekali sih, aku baru menyukai seseorang di umurku 16 tahun. Sedangkan di zaman sekarang anak TK pun, sudah mengetahui apa namanya Cinta. Kids zaman now. Ckckck..
✳✳✳✳
Setelah bel pulang berbunyi, segera aku menuju kelas Riel. Sebelumnya aku sudah mengirim pesan ke Riel meminta dia untuk menemaniku ke toko buku melalui sebuah apps yang saat ini sering dipaki anak muda sekarang dan dia mengiyakannya.
Setelah tiba dikelasnya dan menemukan Riel di depan kelasnya, segera aku menarik tangan Riel menuju parkiran tempat motornya. Saat aku dan Riel berjalan banyak pasang mata yang menatap kami bahkan beberapa yang mengenal kami mengoda-goda kami dengar berbagai perkataan salah satunya berkata kami pacaranlah atau apapun itu. Setelah sampai parkiran segera aku suruh dia melajukan motornya menuju toko buku langgananku seperti ibu yang memerintah anaknya agar kami dapat kabur dari teman-teman kami. Fyuhh.. Aku bernafas lega setalah beberapa meter dari gerbang.
✳✳✳✳
Sekarang aku dan Riel sedang berada di sebuah toko buku karena aku ingin membeli beberapa novel untuk menambah koleksi novelku. Ya, aku sangat gemar membaca novel hampir semua gendre tetapi lebih tepatnya aku suka Teenfiction dan Romance, sedangkan Riel agak menyukai bergendre Horor dan sejenisnya.
Sampai disana, kita berpencar menuju rak novel yang kami sukai. Aku berjalan manuju rak novel bergendre romance terlebih dahulu sebelum ke rak Teenfiction dan Riel berjalan entah kemana.
Setelah memilih beberapa novel yang ingin aku beli, aku mencari keberadaan Riel untuk membayar semua novel dan pulang. Aku bawa uang sendiri kok, karena aku gak berharap kayak di novel-nevel yang sering ku baca yang biasanya lelaki membelikan ke perempuan.
Aku mencari di setiap lorong untuk menemukan keberadaan Riel. Lorong pertama, lorong kedua hingga tiba di sebuah lorong paling ujung. Tatapanku terkunci.
Tatapanku kosong menatap kearah lorong tersebut. Tanganku terasa lemah bersamaan dengan kebas yang menjalar di tanganku karena aku meremas novel yang aku bawa terlalu kuat, bahkan hampir saja aku menjatuhkan novel yang aku pegang bila aku tidak dapat mengontrol diriku.Dihadapanku Riel di rak novel Horor bersama Virla. Kalau karena hanya itu saja mungkin aku biasa saja tetapi yang membuatku kaget adalah tangan Riel sedang berada di atas tangan Virla yang ada di sebuah novel pada rak kanan lorong ini.
Pandangan aku mulai memudar karena ditutupi air mata yang mulai menggenang di pelupuk mataku. Air mataku mulai menetes satu per satu dan aku juga berusaha menahan tubuhku agar tidak ambruk. Segera aku membayar semua novelku di kasir dan meninggalkan toko buku itu secepatnya. Aku sudah tidak kuat melihat adegan itu.
Kenapa hatiku terasa sakit sekali? Apakah ini yang namanya sakit hati? Kenapa disaat aku pertama kali merasakan jatuh hati, dan langsung merasakan patah hati? Apakah benar yang dikatakan banyak orang bila sudah menyukai seseorang, harus siap merasakan sakit hati juga?
✳✳✳✳
Riel POV
Aku lagi menemani Rosla ke toko buku untuk membeli novel. Sampai di sana kami mamencar Rosla ke rak novel bergendre romance dan aku ke rak novel horor. Aku tidak menyukai novel bergendre romance karena teralu drama menurutku. Aku membaca beberapa novel dan pindah kesebuah novel yang ternyata sudah kedahuluan oleh seseorang. Jadi tanganku berada di atas tangan orang itu. Ku tengokkan kepalaku ke samping dan ternyata orang itu adalah Virla. Sempat aku kaget dan larut dalam kekagetanku. Setelah sadar segera aku turukan tanganku yang berada di novel tersebut. Demikian juga Virla.
"Virla?! Maaf gak sengaja" kataku.
"Gak papa kok. Lu mau novel ini? ambil aja, gue juga gak teralu tertarik ama novel ini kok" kata Virla. Sambil menyerahkan novel ini padaku.
"Gue cuma mau liat doang kok dan gak niat mau beli, jadi ini novel buat lu aja" kataku. Sambil mengembalikan kembali ke Virla.
"Oh.. Ya udah deh. Btw, lu datang ama siapa? Sendiri?" kata Virla sambil menengok celengak-celinguk kebelakangku seolah mencari orang yang bersamaku, tapi tidak ada.
"Enggak, ama Rosla" kataku. Sempat aku melihat perbedaan raut muka Virla yang kecewa tapi kembali ke semula lagi. Aneh. Entah lah, aku tidak mau memusingkan mengenai itu.
"Oh.. Ya udah, Gue duluan ya. Bye.." kata Virla. Yang aku jawab dengan anggukan. Dan novel itu menjadi miliknya.
Setelah itu, segera aku mencari keberadaan Rosla di lorong novel bergendre romance ,kemudian Teen Fiction, kemudian lorong berikutnya dan seterusnya hingga lorong terakhir tempat aku tadi tapi nihil Rosla sudah tidak ada di toko buku ini.
Aku berlari menuju parkiran motor dan melajukan motorku sangat cepat menuju rumah Rosla. Bahkan beberapa kali pengemudi lain menyumpah-serapahkan aku karena aku ambil jalan mereka dengan seenaknya. Entah mengapa, perasaanku terasa tidak enak seperti ada yang aneh.
Setelah sampai dirumah Rosla, langsung aku parkirkan motorku sembarangan di pekarangan rumahnya. Aku mengetuk pintu rumahnya, tetapi yang membukakan mamanya Rosla.
"Selamat siang, Tante" aku menyalim tangan mamanya Rosla.
"Siang, nak. Loh, kok kalian pulangnya pisah? Bukanya tadi Rosla telepon mau pergi bareng ke toko buku?"
"Iya, tante. Saya juga gak tau tiba-tiba Rosla pulang dan tinggalkan saya di toko buku"
"Aduh.. tante gak tega lihat kamu kayak begini. Biarinlah nanti kalo Rosla marah. Tadi tante lihat Rosla pulang sambil nangis, terus tante tanya dia malah langsung kabur ke kamarnya dan di kunci pintunya. Kalian kenapa? Kalau kalian ada masalah diomongin baik-baik dengan kepala dingin ya nak jangan kayak gini.."
"Iya tan? Saya juga gak tau kenapa Rosla ninggalin saya di toko buku tan.. Boleh saya ketemu Rosla, tante?"
"Ya pasti bolehlah nak Riel, kamu mau tunggu dimana? Di sini atau di dalam aja?"
"Gak usah, tante. Disini aja"
"Ya sudah, tunggu sebentar ya tante coba bujuk Rosla dulu"
"Iya tante"
Setelah menunggu beberapa menit, tenyata yang muncul kembali adalah mamanya Rosla.
"Rosla pura-pura tidur mungkin dia lagi tidak mau ketemu kamu dulu. Mungkin kalian ngobrol besok aja di sekolah" kata mamanya Rosla.
"Ya udah gakpapa tante. Maaf menggangu waktu tante, makasih. Permisi tante" kataku. Dan menyalim tangan mama Rosla dan pamit pulang.
"Iya, hati-hati nak Riel"
Aku berjalan lemas ke arah motorku terparkir. Hatiku terasa perih mengetahui Rosla menangis seperti sahabat yang gagal menjaga baik sahabatnya. Tetapi ada yang mengganjal saat mengatakan itu, apa ya? Entahlah, sekarang yang harus aku pikirkan apa penyebab Rosla menangis? Dan bagaimana menyelesaikannya? Bukan hal yang aku rasa aneh.
Aku melajukan motorku menuju rumahku dengan kecepatan sedang tetapi dengan pikiran yang masih tertinggal disana, di Rosla.
Hingga sampai rumah aku membersihkan diriku dan rutinitas lainnya serta terakhir merebahkan diriku. Aku menatap langit-langit kamarku. Sambil berharap semoga tidak terjadi apa-apa, sungguh aku saat ini merasa gusar seperti seseorang yang takut diputisin cewenya. Aneh memang. Dan aku pun terlelap dalam tidurku.
🌈✳✳✳✳
Terimakasih udah baca cerita aku. Jangan lupa like dan comment bila ada kata yang salah hehe :))

KAMU SEDANG MEMBACA
Yours
Fiksi RemajaSeseorang yang aku suka dan selalu aku cari mengenai diri-nya. Setelah aku mengetahui semua tentang-nya, di saat yang sama aku pun mengetahui sahabat-ku suka pada-nya juga. Akhirnya, aku merelakan-nya untuk menjadi milik-mu sahabat-ku. Walaupun ini...