Mertua

3.6K 33 0
                                    



Setelah mandi dan ganti baju Hani mulai mentata kasur pergerakannya terhenti saat tiba-tiba ia teringat Aiman.

'Semalam itu bocah tidur dimana ya?.. Ahh mungkin juga tidur di sofa. Rasain lo Ai pegel pegel badan lo'. Batin Hani sambil terkikik

Saat Hani turun ke lantai bawah untuk sarapan, ia sedikit kaget melihat mertuanya sudah pulang. Tau gini kan dia bisa bangun pagi terus siapin sarapan. Dia jadi gak enak.

Perlahan dia mendekati ruang makan dan melenggos saat Aiman menatapnya. Lalu tersenyum waktu matanya jatuh ke ayah mertuanya tapi senyumnya pudar saat ibu mertuanya menatap Hani sengit.

"Selamat pagi pa" ujar Hani riang tangannya terulur untuk berjabat tangan lalu meletakkan tangan ayah mertuanya ke dahi. Salim.

"Oh.. Selamat pagi sayang"

"Selamat pagi ma" ia melakukan hal yg sama ke ibu mertuanya

"Baru bangun kamu" tanya ibu mertuanya sengit

"I..iya ma" kikuk Hani saat tiba-tiba mama Aiman bicara dengan nada ketus

"Kamu dulu sebelum nikah pasti juga gini kan, bangun kesiangan" cecar mama Aiman sambil mengambilkan nasi ke piring suaminya

"Gak juga kok ma, biasanya aku juga sering bantu ibu masak" saat ini Hani masih berdiri di samping ibu mertuanya

"Hani, udah kamu duduk dulu terus makan ntar keburu dingin" papanya menginterupsi percakapan antara ia dengan mama Aiman

"Iya pa" Hani hanya menurut. Sebenarnya dia merasa tidak enak berada di posisi seperti ini, jujur dari awal ia tidak suka dengan ibu mertuanya. Tatapan matanya yg berhias eyeliner dan celak warna hitam ditambah cara bicaranya yg ketus membuat Hani tidak betah berdekatan terlalu lama dengannya.

Dan orang yg paling malas ia dekati sekarang sudah menjadi mertuanya. Sungguh malang nasib Hani sudah dapat suami yg asudahlah plus mama mertua yg ganas.

"Emang kamu bisa masak?!" mama mertuanya menatap Hani dengan pandangan meremehkan

"Cuma masak air sama masak nasi" Hani berkata jujur tanpa memperdulikan mamanya yg geleng-geleng kepala lalu mengambil nasi dan lauk. Ia juga mendengar Aiman yg terkikik di sebelahnya tapi ia tidak perduli yg otaknya pikirkan saat ini hanya makan sampai kenyang. Persetan dengan reaksi mereka.

"Sudah mama duga, gadis manja kayak kamu ini bisa apa! Palingan juga ngerengek sama isi perut aja yg dipikirin. Gimana ntar kalo udah punya anak, bisa-bisa semuanya Aiman yg urus kamu tinggal enak-enakkan. Terus kalo udah tinggal serumah Aiman pasti sangat boros harus jajan di luar terus. Nanti kalo Aiman sakit siapa yg bakal urus dia kalo istrinya saja mengurus diri sendiri tidak becus" cercah mama mertuanya

"Mama!" bantah papa mertuanya. "Gak papa kok Hani kamu masih bisa belajar semuanya kan butuh proses. Papa yakin kamu bisa menjadi istri yg baik buat Aiman" ucap papa mertua sambil tersenyum ke arah Hani

Nafsu makan Hani yg besar mendadak ambruk karna mendengar celotehan mama mertua. Yg ia lakukan saat ini hanya mengaduk makanannya dengan sendok dan sesekali memasukkannya ke mulut tapi hanya sedikit. Ia sudah sangat malas berada di meja ini tapi ia masih memikirkan perasaan papa mertua yg sangat baik dan selalu membelanya bila ia langsung pergi dari sini maka papa mertua akan meminta maaf padanya karna sikap mama mertua. Dan Hani tidak suka mendengarnya karna papa mertua tidak pernah salah.

"Ma, biar aku yg cuci piring." setelah makan mama langsung membawa piring kotor ke pantry. Dan Hani yg sedang mencoba menjadi menantu yg baik pasti akan membantu mencuci piring.

"Gak usah. Kamu mana bisa cuci piring." ucap mama ketus lalu mengambil spons yg sudah di beri sabun

"Bisa kok ma. Sini biar aku aja, mama pasti capek kemarin pulang larut" Hani tetap memaksa mama mertua agar percaya padanya kalo dia bisa.

"Yaudah nih, awas jangan sampai pecah dan harus bersih. Ngerti kan! Mama gak mau ada noda sabun sedikitpun."

"Iya ma. Di usahain bersih pokoknya."

"Ok Mama tinggal dulu. Oh ya sekalian nanti nyapu halaman belakang Han, disana kotor banget mama gak suka ada tempat yg kotor. Paham kan ?"

"Pasti ma, nanti aku bersihin"

Hani sempat kagum dengan mamanya -hanya sedikit- walaupun rumah ini ada pembantunya tapi ia tetap menyempatkan diri untuk memasak dan mencuci piring.

Selesai mencuci piring Hani langsung menuju ke halaman belakang. Ia melongo melihat halaman yg cukup luas dengan 2 pohon mangga yg rindang dan daunnya yg sudah berserakan dimana-mana.

'Bussyet berapa tahun tempat ini gak pernah disapu. Mampus gue! Mau sampe 2 hari 2 malem juga pasti kagak selese'. Hani hanya terus berdiri dan melihat tanpa ada niat mengambil sapu lalu hendak berbalik karna melihat saja sudah merasa malas apalagi sampai membersihkan pikirnya biar tukang kebun saja yg membersihkan.

Tapi pergerakannya terhenti saat melihat mama mertua menghampirinya.

"Udah selesai cuci piringnya ?"

"Udah ma" jawab Hani sambil tersenyum manis andalannya agar mama mertua mengijinkan dia pergi tanpa harus bersih-bersih halaman

"Yaudah bersihin gih, kamu lihat kan ini kotor banget bikin sepet mata mama."

"Emmm.. ma, disini gak ada tukang kebun ya ?" tanya Hani hati-hati

"Ada. Cuma tukang kebunnya lagi pulang kampung katanya anaknya lagi sakit"

"Ohh.. Gitu.."

"Kenapa?? Kamu gak mau bersihin ya?"

"E..enggak kok ma, Hani mau" bantah Hani cepat walau dalam hati ia ingin sekali bilang iya

"Lagian juga sama, aku gak suka liat pemandangan yg kotor kayak gini bikin sarang nyamuk aja"

"Papa benar kamu ini memang anak yg baik Hani. Buruan dibersihin ya kamu gak mau kan tempat ini jadi sarang nyamuk. Mama mau ke kamar dulu."

Terpaksa Hani mengambil sapu dan mulai menyapu halaman dengan malas-malasan sesaat matanya bertemu pandang dengan Aiman yg sedang memperhatikannya di pintu.

"Ngapain lo disitu? Bantuin kek atau gimana gitu"

"Gue nyapu?" kata Aiman sambil menunjuk dirinya sendiri. "Ogah! Lagian lo habis kesambet apa pake acara nyapu segala"

"Yee.. Ini itu biar nyenengin hati mama lo."

Aiman melipat tangannya di dada dan menaikkan alisnya tanda ia heran dengan perkataan Hani lalu ia berjalan mendekat tapi saat matanya tidak sengaja menatap bibir Hani ia jadi gelagapan sendiri dan berbalik arah masuk ke dalam.

"Itu orang sehat gak sih? Bukannya bantuin malah lari ke dalem. Aneh persis mamanya." Hani menggelengkan kepala melihat kelakuan suaminya barusan.

▶▶▶

Aiman berjalan cepat menuju kamar sambil memegang dadanya. Gara-gara kejadian mengecup tadi pagi ia jadi salah tingkah dan bingung harus bereaksi seperti apa saat matanya tidak sengaja menatap bibir Hani. Jantungnya juga kenapa jadi ikut-ikutan salah tingkah karenanya. Padahal ia yakin Hani tidak tau kalo ia sudah mencicipi bibirnya.

Aiman terus menggelengkan kepalanya saat hatinya berkata ada perasaan berbeda untuk Hani.

"Woii" Aiman terkaget melihat orang yg saat ini mengobrak-abrik pikirannya membuka pintu sambil menatapnya aneh karna Aiman berdiri di pinggir pintu sambil melotot melihatnya.

"Kenapa lo?" tangan Hani terulur untuk memegang dahi Aiman

"Gak papa kenapa manggil gue" Aiman langsung mundur kebelakang sambil berlagak sok cool.

"Itu di panggil papa disuruh ke bawah nemenin dia nonton. Ai, gue rasa lo udah gila deh sikap lo aneh"

Aiman tidak menggubris perkataan Hani dan menyerobot pergi meninggalkannya. Dia tidak bisa ada di jarak yg terlalu dekat dengan Hani bisa-bisa yg dikatakannya tadi benar ia sudah gila, gila karna bibir Hani.

Tbc.

PASUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang