Honeymoon

4.6K 39 0
                                    




Hani menatap Aiman curiga "kalo lo tanya gue pengen punya anak atau gak, ya pasti gue pengen lah. Gue juga wanita biasa yg pengen ngerasain sensasi ketika di dalem perut ada kehidupan waktu bayinya nendang-nendang terus sensasi saat ngelahirin"

"Jadi kamu mau punya anak sama aku?"

"WHAT!!" Hani membelalakan matanya kaget kenapa Aiman tiba-tiba berbicara topik anak dengannya

"Ahh.. Kamu gak mau ya" sedih Aiman saat melihat reaksi Hani

"Gini ya Ai, gue kesini pengen bujuk lo biar mau honeymoon eh nggak hmm.. Maksut gue lo mau nurutin perintah papa gitu"

Aiman tidak menjawab dan malah memilih berbaring di kasur menutup kepalanya dengan bantal.

Kepala Hani rasanya ingin pecah kenapa sih Aiman susah banget di bilangin. Ia bingung harus pakai cara apa lagi agar Aiman mau mendengarnya lalu saat ingat pertanyaan Aiman tadi ia malah tambah bingung. Jujur ia ingin punya anak tapi kalo punya anak dengan Aiman itu beda cerita, ia hanya ingin melakukan 'itu' karna ada rasa cinta bukan rasa kasihan dengan papa.

Hani menghela nafas panjang masih menimang apa ia ingin menjawab atau tidak. "Ok gue mau". akhirnya kata itu yg keluar di bibir Hani.

Aiman langsung duduk tegak sambil menatap Hani. "Serius?". Hani mengangguk

"Gak becanda nih?" Aiman masih belum puas dengan jawaban Hani

"Iih gue serius gue mau" Aiman tersenyum dan mulai mendekati Hani

"Eeehh mau apa lo!" spontan Hani mundur sambil menutupi tubuhnya

"Katanya tadi mau..?"

"Tapi gak sekarang juga kali Ai. Gue pengen nanya sama lo" Aiman memandang Hani bingung sebenarnya apa yg diinginkannya

"Lo kenapa jadi.. Ngebet.. Punya anak... Sama gue..?" cicit Hani pelan

"Aku juga gak tau kenapa"

"Maksutnya??"

"Setelah berantem sama papa tadi aku ngerasa permintaan papa pengen punya cucu itu penting. Entah kenapa juga aku ngerasa takut saat papa bilang dia sudah berumur dan gak tau berapa lama dia hidup. Walau sebenarnya dia sering ngomong gitu kalo lagi berantem sama aku"

Hani ingin menjawab tapi melihat Aiman yg membuka mulut ia membungkam mulutnya. "Tapi aku juga gak suka dengan sifat papa yg sering merintah aku seenaknya. Dari dulu aku selalu nurut sama dia dari mulai kuliah sebenarnya aku ingin ambil jurusan hukum tapi papa gak mau dia pengen aku jadi pebisnis sampai jodohpun diatur papa. Gimana gak kesel Han!"

"Iya aku tau Ai. Papa kamu begitu kan juga buat kebaikan kamu sendiri. Coba aja dulu kamu bangkang perintahnya belum tentu kamu bisa seberhasil sekarang"

Entah bisikan dari mana Hani memberanikan diri menggenggam tangan Aiman membuat Aiman kaget tapi membiarkan saja malah ia ikut menggenggam tangan Hani. "Kalo kamu ngerasa yg dikatain papa tadi penting ya kamu lakuin".

"Tapi Han....!."

"Aii..." Aiman menghela nafas dan mengangguk pelan

"Gitu dong. Huh capek juga ngebujuk kamu.. Eh kita kok ngomongnya jadi Aku Kamu ya"

"Cieee... Aku kamuuu" goda Aiman sambil menoel dagu Hani

"Heh apaan sih lo" balas Hani dengan melempar bantal di wajah Aiman.

▶▶▶▶

Sampai di bandara Ngurah Rai Hani yg terkantuk-kantuk hanya mengikuti Aiman di belakang berharap sampai ke hotel agar cepat tidur. Setelah memberitahukan kalo mereka akan honeymoon papanya heboh sendiri menyiapkan tiket pesawat hotel dan destinasi yg akan mereka kunjungi tapi Hani dan Aiman menolak tegas kemauan papa karna ini liburan mereka yg harus milih tempat mana yg akan di kunjungi ya mereka sendiri. Sementara mamanya hanya diam seperti tidak memperdulikan rencana honeymoon ini.

"Mobilnya mana sih" gerutu Hani

"Sabar" kata Aiman sambil melihat Hani sekilas

"Nah itu ada yg bawa kertas nama kita"

Mereka berjalan ke arah mobil setelah sempat berkenalan dengan sopir dari hotel tadi.

Kenapa memilih Bali ? Karna kalo paris kejauhan. sesuai kesepakatan mereka hanya berlibur 3 hari karna Aiman masih ngotot harus cepat balik kerja dan Hani juga harus mengurusi toko bunganya walaupun sudah ada yg bantu tetap dia harus mengontrol kemajuan hobi menjurus bisnisnya ini.

Sampai di hotel Aiman langsung masuk ke kamar mandi sebab ia orang yg tidak betah kalo sudah berkeringat bawaannya mandi terus. Sedangkan Hani ia hanya bermalas-malasan di ranjang sambil menonton tv.

"Kamu gak mandi?" tanya Aiman saat ia keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan handuk sebatas perut sampai pahanya dan membiarkan dadanya terekpos bebas. Berjalan santai ke arah koper yg ada di depan Hani.

"Nggak" Aiman memandang Hani yg mengubah tidurnya jadi tengkurap

"Kenapa?"

"Nggak papa"

"Kamu ini nyalain tv bukannya di tonton malah cuma di hidupin doang"

"Ai kamu udah pake baju belum sih!!"

Awalnya Aiman bingung kenapa Hani menanyakan hal itu tapi kemudian tersenyum saat sadar itulah alasan kenapa Hani tidur tengkurap sambil menyalakan tv.

Seketika pikiran jahil menggantung di otak Aiman. Dengan sengaja ia tidur di samping Hani dan memeluk pinggang Hani, ia dapat merasakan tubuh Hani yg menegang.

Sedangkan Hani yg mencium bau wangi di sampingnya dan merasakan ada tangan yg memeluknya erat meneguk ludah kasar dan bergerak menyamping kiri menghindar ia tau Aiman yg melakukannya saat tubuhnya akan bangkit tiba-tiba ia merasakan dagu Aiman bersandar di pundaknya dan membuat tubuhnya kembali terbaring. nafas Hani sudah beradu ia bahkan sudah berpikir yg tidak-tidak saat tangan Aiman mulai mengusap lengan tangannya pelan sangat pelan sampai membuat tubuh Hani merinding. Lalu setelah jemari Aiman sampai di ujung jarinya Hani sudah pasrah dengan apa yg akan mereka lakukan selanjutnya sebelum Aiman hanya mengambil remote tv yg ada di sebelah tangannya dan kemudian dia duduk sambil tertawa kencang.

Hani bangkit dan menatap Aiman kesal. "Gak lucu tauk!" lalu berlalu ke kamar mandi membersihkan tubuhnya lebih tepat pikirannya.

"Bodoh bodoh bodoh!! Lo emang bodoh Haniiiii!!" rutuk Hani pada dirinya sendiri setelah menutup pintu kamar mandi

"Apa-apaan sih ini otak kok jadi porno!" Hani masih merutuk kali ini sambil mengacak rambutnya. Sementara di luar ia masih bisa mendengar tawa Aiman yg menggelegar. Sungguh ia sangat malu!!!.

Tbc.

PASUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang