Sebelas

1.6K 132 4
                                    

Hai, jangan kaget dan jangan bingung, ya. Ini part gak loncat kok, cuma harus follow, baru hapus ini cerita dari reading list, lalu add balik jadi reading list. Terakhir, siap untuk dibaca.

=================

"Sudah aman."

Azu tadinya sudah meneliti seluruh isi ruangan. "Hmm... Cocok untuk kita berdua tinggal disini."

"Hah?" Ai melongo.

"Kita tinggal disini. Hanya berdua," ulang Azu.

"Tempat ini...,"

"Aku yang akan membersihkan tempat ini. Kamu santai saja dan jangan kemana-mana," putus Azu seenaknya.

Ai mengekori Azu dari belakang. "Duduk saja disana," tunjuk Azu pada sebuah kursi kayu.

"Aku ikut bersih-bersih. Aku tidak ingin nantinya ada seseorang yang bilang aku ini hanya mau enaknya saja."

"Terserah," jawab Azu cuek.

Azu mulai mengangkat barang-barang yang sudah tak terpakai, lalu dijadikan sesuatu yang berguna. Sedangkan Ai, ia sedang menyapu sembari bernyanyi. Suaranya merdu, hingga menarik perhatian Azu. Azu menghentikan aktivitasnya.

Ai memang sesuatu. Ia beruntung memiliki kecerdasan dari Alie dan memiliki suara merdu dari Ai Ling. Sempurna, kecuali kaki Ai.

Azu yang terpegok sedang menatap Ai lama, langsung memalingkan wajahnya kearah lain -- saat mata mereka saling bertemu.

Ai diam-diam tersenyum. Rupanya ia lucu juga.

"Aaaaa!"

Suara jeritan mengejutkan Ai. Ai membuang sapu yang berada di tangannya dan dengan cepat ia menghampiri asal suara.

"Ada apa?" tanya Ai. Disana ia sudah menemukan raut wajah Azu pucat.

"Disana! Disana!" jerit Azu.

"Dimana?" tanya Ai bingung. Secara, Azu sedang menutup kedua matanya dan entah sadar atau tidak sadar, ia menunjuk diri Ai.

"Aku?" tanya Ai.

"Bukan! Bukan kamu." Azu sedikit mengintip, "itu... Yang ada di dinding dekat lemari."

Ai menghela nafas. "Ohh... Rupanya kecoa."

Ai sedikit terkekeh melihat ketakutan Azu. Ai mendekati kecoa yang di tunjuk Azu, lalu ia menarik kumis kecoa. Tiba-tiba ide jahil terlintas di pikiran Ai.

"Sudah tidak ada. Ayo, buka matamu," ucap Ai. Ia berjalan menghampiri Azu.

Azu membuka kedua matanya dan melihat apa kecoa itu masih hinggap di dinding atau sudah hilang.

Tapi, yang terjadi...

Ai mengayunkan kecoa itu, tepat di depan Azu. Sontak, Azu mundur ke belakang. "Aaaaa!"

"Hahahaha!" Ai tidak bisa menghentikan tawanya. "Astaga! Kamu takut dengan binatang semanis ini."

"Manis? Hitam, berkumis dan jorok. Yang seperti itu, kamu bilang manis?" ucap Azu dengan tatapan tak percaya.

"Singkirkan kecoa itu dari sini," perintah Azu.

"Tidak. Aku tidak mau."

Ai berpikir lebih jauh. Sepertinya aku keterlaluan.

Ai berjalan ke depan, lalu ia membuang kecoa yang itu. "Selamat tinggal, kecoa."

Ai kembali menemui Azu. "Sudah kamu buang kecoa itu?" tanya Azu penuh selidik.

"Sudah," jawab Ai singkat.

Azu yang merasa sudah aman, ia mendekati Ai. Lalu, ia membisikkan sesuatu yang membuat Ai terkejut. "Sudah senang main-mainnya?" tanya Azu. "Giliran aku sekarang."

Azu mengecup pipi Ai. Ia merasa Ai tengah gugup. Ia tersenyum penuh kemenangan.

Tidak... Belum saatnya Azu menang. Tanpa terduga, Ai mencubit pinggang Azu. Azu meringis. "Sejak kapan kamu jadi begini?"

"Sejak kapan kamu jadi mesum begini?" balas Ai.

Azu terdiam. Lalu, ia menyeringai. "Bukan sejak kapan, tapi dari awal memang sudah begini."

Ai membelalak. "Benarkah?"

"Tidak percaya?"

Azu kembali mendekat. Tapi, suara seseorang sudah menginterupsi dan menghentikan aksi Azu selanjutnya. "Menjauh darinya."

Azu menoleh ke asal suara. "Siapa kamu?"

"Harusnya aku yang bertanya. Siapa kamu?"

"Tidak sopan. Sembarangan masuk ke rumah orang."

"Rumah ini tidak ada pemiliknya."

"Hei, hei... Hentikan. Kalian berdua, lebih baik berkenalan, daripada ribut seperti ini." Ai berusaha merelai, namun sia-sia. Mereka berdua sekarang saling beradu tatapan.

"Kita pulang." Chen menarik tangan Ai, namun segera dicegah Azu.

"Siapa yang mengizinkan dia ikut denganmu?" tanya Azu tak suka.

"Apa hakmu untuk ikut campur?" tanya Chen tak mau kalah.

"Dia milikku."

"Cukup, pangeran Azu yang terhormat. Kalau mau mencari wanita, lihat-lihat dulu. Ai bukan orang yang kamu cari," ucap Chen datar. "Dan, dia bukan wanita yang selama ini kamu miliki," lanjut Chen.

Ai terperangah. "Jadi, kamu bohong padaku?"

"Kitty, bukan... Aku tidak bermaksud untuk--"

"Sudahlah, Ai. Mari kita pulang, sebelum shushu mencari kita."

Ai mengangguk. Sebelum benar-benar pergi, Ai masih sempat melihat raut wajah sendu Azu, kemudian menghilang di balik pintu.

==============
Bersambung >>>>

HUANG [Dreame/Innovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang