DuapuluhEmpat

1.2K 115 8
                                    

"Ai! Ai, bangun!"

"Ai!"

"Errr..."

"Bangun, Ai."

Ai mengerjap-ngerjap beberapa kali. "Umm, papa?"

"Akhirnya kamu bangun, Ai. Kamu ngigau dan meracau tidak jelas."

"Maaf, pa. Tapi, pa, aku seperti bertemu dengan mama."

Alie terkejut. Pasalnya, selama ini ia belum pernah bertemu Ai Ling dalam mimpi. Padahal, ia selalu berdoa supaya bisa bertemu dengan Ai Ling. Meskipun malaikat pencabut nyawa tidak meminta nyawanya, tapi ia rela memberikannya secara cuma-cuma, asal ia bisa bertemu dengan Ai Ling.

"Pa, papa."

Alie tersadar dari lamunannya. "Seperti apa mamamu di dalam mimpimu, Ai?"

"Mama terlihat persis seperti aku dan masih tetap muda. Aneh, kan, pa?"

Alie tersenyum, "baguslah, bisa bertemu dengan mamamu dalam mimpi."

"Papa juga ingin memimpikan mama?" tanya Ai.

Bahkan, papa ingin ikut bersama mamamu, batin Alie dalam hati. Ia tidak mungkin mengungkapkannya pada Ai.

"Iya. Tapi, mamamu tidak ingin masuk ke dalam mimpi papa."

"Papa pasti kangen dengan mama."

"Tentu saja. Tapi, biar bagaimana pun sekarang kamu dan EnEn yang harus papa lindungi, selagi papa masih bisa."

Ya, tentu saja. Meskipun aku ingin ikut dengan Ai Ling. Tapi, Ai Ling juga akan marah, kalau aku membiarkan Ai hidup sendirian.

Ai memeluk Alie. "Aku sayang papa." Alie membalasnya, "papa juga sayang, Ai."

"Ai," panggil Alie.

"Hmm..."

"Kalau nanti, akhirnya kamu memilih salah satu, antara Chen atau Azu, papa tidak akan melarangmu."

"Papa berubah pikiran. Kebahagiaanmu lebih berharga buat papa. Papa tidak akan memaksamu," lanjut Alie sembari tersenyum penuh kehangatan.

"Papa." Ai terharu dan tanpa dicegah, ia meneteskan air matanya, lalu ia kembali memeluk Alie. "Makasih, papa. Papa memang yang terbaik. Aku beruntung punya papa. Tapi--"

Alie mendorong Ai pelan, "tapi apa, Ai?"

"Tapi, papa pasti sedih punya aku. Aku terlahir cacat dan aku selalu menyu--"

"Berhenti, Ai. Papa tidak ingin mendengar lebih jauh lagi. Papa tidak pernah berpikir seperti yang orang lain pikir dan apa yang ada di pikiran cantikmu ini. Papa selalu bersyukur, meskipun papa tidak punya mamamu di samping papa, tapi papa senang, mamamu memberikan papa seorang Putri cantik, baik dan pintar sepertimu. Bagi papa, Ai sempurna dan Ai yang sudah menghilangkan kesedihan papa menjadi sebuah kebahagiaan."

"Papa." Ai tidak mampu membalas ucapan Alie, ia hanya bisa menangis tersedu-sedu sembari memeluk Alie.

"Makasih. Makasih, papa."

HUANG [Dreame/Innovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang