Tigapuluh

1.3K 94 26
                                    

"Lancang sekali kalian!" jerit Alie.

Azu yang masih dalam keadaan bingung hanya bisa terdiam di tempat. Gadis di sampingnya tersenyum penuh arti.

"Kamu melanggar apa yang sudah kamu ucapkan di depan leluhur! Lihat saja nanti!" ucapan Alie semakin tajam sembari menunjuk Azu penuh amarah.

"Aku tidak ingin kerajaanku menjadi kotor karena kalian berdua. Silahkan pergi dari kerajaanku!" usir Alie.

Gadis itu bergelayut manja pada Azu. Azu memijit keningnya, lalu ia sadar dengan posisinya sebelum dan sekarang. Dilihat dari mana pun, memang posisi sebelumnya mirip orang yang sedang berciuman dan posisi sekarang seperti ketahuan sedang berselingkuh.

Raja Alie pasti salah paham!

"Raja, ini semua salah paham. Aku bisa jelaskan semuanya," ucap Azu.

"Tidak perlu! Lihat, Ai sudah pergi. Aku kecewa padamu," ucap Alie dingin, lalu berbalik dan meninggalkan Azu bersama gadis itu.

"Siapa kamu?!" bentak Azu.

Asia terperanjat. "A-aku--"

Azu menariknya dengan paksa dan wajahnya menyiratkan amarah yang sudah lama tidak ia keluarkan.

Di lain sisi...

Ai tengah menangis sendirian di taman. Ia tidak menyangka di hari pernikahannya, semua ini terjadi. Pria yang baru saja mulai ia percayai, langsung hilang diterpa angin.

Hancur... Hancur yang ia rasakan. Sesak rasanya, hingga seluruh organ tubuhnya terasa kaku. Ia ingin menghilang saja sekarang.

Suara sepatu menyuarakan bahwa seseorang hadir dan berjalan mendekat, masih kalah dengan tangisan dan kesedihan Ai.

Tap!

Pas, berhenti di samping Ai. Ai masih belum menyadari ada seseorang di sampingnya. Ia hanya terus menangis, hingga sang pemilik sepatu mendekati telinga Ai dan bersuara. "Jangan menangis, Putri."

Ai menoleh. Kaget dengan kehadiran seseorang dengan jarak yang cukup dekat. Ai sama sekali tidak mengenal sosok pria yang memiliki wajah polos seakan takut tersakiti dan ia berpakaian cukup aneh menurut Ai. Baru pertama kali Ai melihat pria mengenakan bunga di atas kepala.

 Baru pertama kali Ai melihat pria mengenakan bunga di atas kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Sumber foto : Googling]

Aan, pria itu mengelap sisa air mata Ai dengan kedua tangannya dan Ai kaget untuk kedua kalinya.

Pria ini begitu lembut, pikir Ai.

"Siapa kamu?" tanya Ai penasaran.

Aan tidak menjawab, melainkan ia berjalan mendekati bunga-bunga yang bermekaran di taman, lalu ada satu kupu-kupu datang dan hinggap di tangan Aan.

Ai yang melihat keindahan di depan mata, ia tersenyum. Jarang sekali ada kupu-kupu datang dan menerima seseorang di taman kepunyaannya.

"Sudah bisa tersenyum, hmm?" tanya Aan.

Ai segera mengubah mimik wajahnya dan tersipu malu karena ketahuan sedang menatap lekat Aan.

"Tersenyum lebih cocok untuk Putri semanis dan secantik kamu," puji Aan. Lalu, ia mendekati Ai. "Tapi, lebih indah kalau kamu tersipu malu di hadapanku."

Entah mengapa, dengannya aku bisa selembut ini, batin Aan.

Aan menatap Ai penuh cinta. Tapi, di hati kecil Aan, ia sedikit ragu. Apa yang kulakukan ini benar? Entahlah.

*****

"Siapa kamu?!"

"Aku Lim Ching Sia."

[Sumber foto : Googling]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Sumber foto : Googling]

"Apa maumu berbuat seperti tadi?" tanya Azu dingin.

"Aku ingin membatalkan acara pernikahanmu," balas Asia santai.

"Kenapa begitu?!"

"Karena aku mencintaimu."

"Kamu gila!"

"Ya, aku gila karena mencintaimu sejak kecil."

"Apa maksudmu?" tanya Azu bingung.

"Lupa padaku?"

Azu menautkan alisnya dan mencoba mengingat-ingat dan hasilnya nihil. Ia lupa atau mungkin... Ya, karena telah banyak kaum hawa yang berbondong-bondong datang dan pergi dari hidupnya.

"Dulu, pernah sekali kamu datang menolongku dari omongan kejam orang-orang," ucap Asia, mencoba membuat Azu mengingatnya kembali.

"Papa dan mama sudah meninggal dan kamu yang berhasil membangkitkan semangatku untuk terus maju, hingga aku bisa menjadi seperti sekarang ini. Semua... Semua berkat kamu, Pangeran Azu," jelasnya lebih detail.

Azu baru teringat seorang anak kecil sedang diganggu oleh orang-orang kerajaan yang merasa dirinya begitu sempurna. Azu yang tidak menyukai segera menolong dan memberi semangat untuk anak kecil itu dan rupanya sekarang anak kecil itu ada dihadapannya.

"Jadi, itu kamu?"

"Iyaa, itu aku. Pangeran sudah ingat padaku?" tanya Asia bersemangat.

Azu mengangguk, lalu mengelus kepala Asia. "Kamu sudah besar dan berubah banyak rupanya," ucap Azu melembut, tidak seperti tadi yang ingin memakan seseorang hidup-hidup.

Azu berhenti mengelus kepala Asia. Ia menatap Asia tajam, "tapi, caramu tadi sangat salah dan aku tidak suka."

"Maafkan aku, Pangeran."

"Hancur sudah semuanya," ucap Azu lirih.

"Masih ada aku, Pangeran," ucap Asia dengan penuh harap.

"Maaf, aku hanya mencintai seorang gadis dalam hidupku dan itu tidak akan pernah berubah. Meskipun, telah banyak gadis yang ada di dekatku, cintaku tidak pernah pudar untuknya. Jadi, tolong lupakan cintamu."

Azu melangkah pergi, namun suara Asia membuat Azu berhenti. "Sudah terlambat untuk bersama Putri Ai. Koko aku sedang bersama dengannya."

Azu berbalik dan mendekati Asia dan mencengkram erat kedua bahu Asia. "Apa maksudmu?"

Asia meringis. "Koko aku sudah lama menyimpan perasaannya untuk Putri Ai. Aku tahu, Putri Ai masih bimbang denganmu. Jadi, bisa saja koko aku yang mendapatkannya."

Azu semakin kuat menekan bahu Asia. "Aw! Sa-sakit."

Azu melepas kasar tangannya dari bahu Asia. "Aku tidak akan pernah menyerahkan dia kepada siapapun. Dia hanya milikku dan untukku. Tidak boleh ada seorang pun yang memilikinya," ucap Azu. Ia benar-benar pergi dari hadapan Asia. Tanpa peduli, Asia yang tengah menahan kesakitan yang teramat di bahu dan hatinya.

==================
Bersambung>>>

HUANG [Dreame/Innovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang