Maaf buat late updatenya:')
Ah, iya, untuk mengurangi rasa kebingungan kalian (mungkin) karena ada beberapa kosakata yang agaknya ... gue mau kasih beberapa kosakata baru yang ada di kamusnya 'Denara'. /digeplak/
1. Ginone : Ginasha Number One. Ini kata awalan yang biasa mereka ucapkan saat yel-yel dan sebelum motto. /keju woi/
2. Ginasha : Gita Bhina Ganesha. Semacam singkatan dari nama marching band Deana. /apalagi ini/
3. Ge : Ini panggilan anak-anak Ginasha dari para pelatih marching band. /bunuh penulisnya/Okay! Selamat membaca!^^
============
3 - Jaring Penghalang
Tidak ada yang pernah memperkirakan bahwa rintik sejuk itu akan datang secara tiba-tiba, di hari yang cerah semenjak matahari mulai mengintip lewat gorden sang pemilik kamar. Namun siapa sangka semua itu akan berubah bahkan dalam hitungan menit sekalipun. Di tengah keramaian lapangan itu, anak-anak sibuk melakukan persiapannya masing-masing. Mengalunkan nada-nada dari berbagai alat musik dan sebagian lainnya menari indah dengan benda andalan mereka. Sementara satu sosok laki-laki berparas lucu namun tegas memimpin mereka berlatih.
Dan secepat rintik yang semakin deras itu datang, anak-anak tergopoh-gopoh menepi seraya membawa serta alat musik yang mereka gunakan. Lantas, tribun penonton stadion-tempat mereka biasa berlatih pun sesak dipenuhi anak-anak. Seolah sedang memainkan nada bersama-sama, serempak mereka mengembuskan napas berat seraya mengusap peluh yang membasahi wajah mereka. Mungkin, memang semesta menolak mereka berlatih untuk lebih lama lagi. Atau mungkin, semesta telah memberikan kepercayaan penuh pada mereka bahwa semua akan tetap sama-seperti lomba marching band beberapa pekan lalu yang berhasil mereka menangkan. Tidak, mereka tidak lagi berlatih untuk persiapan lomba pada kesempatan kali ini. Bukan itu.
Deana mendesah, rintik itu seakan tak ingin meninggalkan bumi secepat dia datang. Dia menjulurkan kedua telapak tangannya ke luar pagar pembatas tribun lalu menengadah. Langit kelabu sama seperti hari-harinya yang lalu. Namun, kini pekatnya awan tak seperti dua hari lalu. Ada secercah cahaya yang mengintip malu-malu, ada seberkas warna yang mengamati mereka dalam diam, memerhatikan mereka dengan seksama, dan seolah tengah menunggu sesuatu. Perlahan, ujung bibir Deana tertarik, membentuk lengkungan manis.
Tepukan ringan di bahunya sempat membuatnya sedikit terkejut kala tangannya masih ia julurkan untuk merasakan rintikan air hujan yang turun dan pikiran yang pergi entah ke mana. Dia melirik seseorang yang baru saja berdiri di sampingnya lewat ekor mata. Sekilas, dia melihat gadis itu ikut memerhatikan air yang turun ke bumi.
"Hujannya bakal awet kayaknya, hm ... lo gimana?" Suara Kayna terdengar sayup-sayup di antara obrolan dan tawa anak-anak yang memecah hujan yang bersendung ria.
Deana mengernyitkan keningnya. "Apanya yang gimana?"
"Pulangnyalah, De. Lo gimana baliknya? Bakal lama nih nunggu redanya," sahut Kayna sambil menyenggol bahu kanan Deana. "Gimana sih lo, sedih gue harus ngejelasin secara terperinci."
"Apaan dah, pertanyaan lo itu yang nggak jelas. Balik ya tinggal balik, susah amat sih hidup lo, Kay."
Kayna mencebikkan bibirnya, menatap malas teman satu esktrakulikuler juga kelasnya.
"Nggak pekaan amat sih lo, De! Masa semua harus dijelasin secara terperinci. Yang terlalu detail itu ribet. Dibawa gampang ajalah. Lo kan tahu, gue nggak suka yang ribet-ribet. Nyusahin tahu, nggak?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Denara
Roman pour Adolescents-November 2016- Ini hanyalah sepenggal kisah tentang rasa yang menyusup dalam keheningan. Tentang rasa yang pernah menggetarkan lalu redup. Ini hanyalah sepenggal kisah milik Sang Hujan di Bulan November yang menunjukkan pada kita bagaimana caranya...