1. First Meet Up

3.4K 167 114
                                    

"Lin, bangun Lin! Kita kesiangan nih! Lo ngga masang alarm ya, Lin?" Teriakan Hani masih belum bisa membuat Alina terbangun dari tidurnya. Hani mengguncang-guncangkan tubuh mungil Alina yang masih telungkup memeluk guling. Namun tetap saja Alina tidak membuka matanya. Hani sangat kesal, dan opsi terakhir yang dipilih adalah air.

Hani memercikkan air ke wajah Alina, membuat dia bangkit dari tidurnya sambil mengusap wajahnya yang terkena percikan air dari Hani, "Elo apaan sih, Han?! Lo kira gue taneman, lo siram begini pagi-pagi?!"

Hani menyodorkan jam mungil bentuk hellokitty tepat ke depan wajah Alina, "Liat nih udah jam berapa?! Kebo ih, susah banget dibanguninnya, pantes nyokap lo nyuruh lo tidur di rumah gue terus, ngga sanggup kali bangunin elonya."

"Yee, kebo jadi sasaran. Dosa loh nge-dzalimin si kebo." Kata Alina dengan santainya sambil kembali merebahkan tubuhnya.

"Bodo deh kalo elo mau tidur lagi, gue mau mandi duluan. Gue ngga mau disuruh Bu Iin buat nyikatin toilet sekolah yang iyuwhhh itu, pagi-pagi. Bhay!" Dengan cepat Hani melangkahkan kaki ke kamar mandi yang terletak di depan kamar tidurnya itu.

Alina memang sering menginap di rumah Hani, mengingat orangtua Hani seringkali pergi ke luar kota untuk urusan bisnis. Orangtua Hani mempercayai Alina untuk menjaga Hani, sekaligus menjadi alarm pengingat untuk rutin check-up dan minum obat saat penyakitnya menyerang.

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang kenaikan kelas. Alina dan Hani sudah menjadi siswi kelas XII sekarang. Mereka berangkat sekolah dengan wajah yang sedikit ditekuk karena harus naik angkutan umum dengan waktu yang benar-benar mepet.

"Elo sih, bukannya bangunin gue, udah tau nyokap bokap lo lagi pada ke luar kota, nyokap bokap gue juga udah berangkat ngantor, sopir gue masih di kampung, udah tau bakalan naek angkot, lo malah telat bangunin gue, mandinya lama banget lagi." Ujar Alina dengan polosnya tanpa merasa berdosa kepada Hani sambil menguncir kuda rambutnya.

"Wait wait.... What do you say, Alina? GUE TELAT BANGUNIN ELO? Emang dasar elonya aja yang kebo! Kasur udah gue gubrak-gubrak masih aja engga bangun!" Protes Hani sambil merapikan poninya. "Terus sekarang gimana ini? Udah jam setengah tujuh, kita pasti telat kalo naek angkot, tau sendiri angkot mah ngetem-nya aja sejam. Naek ojek gue takut dibawa kabur, na---" Dengan cepat tangan Alina membungkam mulut Hani yang sedari tadi terus mengoceh tanpa koma.

"Kenapa elo ngga telpon cowok lo? Gue yakin jam segini dia masih di rumah." Alina memberi saran untuk Hani. Lebih tepatnya agar Hani tidak lagi mengoceh panjang lebar seperti tadi.

"Oh iya, ya! Elo pinter juga, bukannya dari tadi kasih tau gue. Eh tapi kalo gue sama Doni, nanti elo gimana? Ngga mungkin kan kita cengtri?" Kalimat Hani barusan membuat Alina menoleh ke arahnya. Yang benar saja mereka harus bonceng bertiga? Biasa disebut 'cengtri' di kalangan anak-anak remaja seusia mereka.

"Yeee gila aja cengtri, lo kira dedek-dedek gemes yang hobi cengtri? Udah gampang gue mah. Buruan telpon si Doni keburu dia berangkat!"

Dengan cekatan Hani mengambil handphone di saku seragamnya. Lima belas menit setelah menelepon, Doni tiba di hadapan mereka berdua.

"Lin, elo gimana? Sopir sama motor lo emang ngga ada?"

"Sopir gue masih di kampung. Motor gue dua-duanya mogok, lupa di service. Udah gampang gue mah. Gih buruan lo berdua jalan. Entar tuan putri lo nyerocos lagi. Puyeng gue denger dia ngoceh mulu." Sindir Alina dan dibalas muka sinis oleh Hani.

"Yaudah duluan ya, Lin." Ujar Doni seraya menghidupkan mesin motor matic kesayangannya itu.

Tinggal Alina sendiri berdiri di depan komplek menunggu ada keajaiban yang bisa mengantar Alina ke sekolah. Berkali-kali Alina melihat jam yang melingkar di tangannya. Namun belum ada juga keajaiban yang bisa membawanya ke sekolah.

My True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang