2. Second Meet Up

2K 157 67
                                    

Pagi hari tiba.

Kali ini Alina tidak berangkat sekolah dengan Hani, karena Hani dijemput lebih awal dengan Doni. Beruntung, hanya dengan waktu lima menit Alina menunggu angkot di pinggir jalan.

Alina sangat gelisah antara memikirkan akan telat, atau karena memikirkan buku diary-nya yang kini sedang dikuasai Andi.

Butuh waktu tiga puluh lima menit untuk Alina tiba di sekolah karena angkot yang ditumpanginya berjalan sangat lambat demi penumpang lainnya.

Sesampainya di sekolah, Alina tidak ingin membuang banyak waktu. Dia langsung masuk kelas mengingat dirinya sudah telat sepuluh menit.

Beruntung, Mang Udin, Satpam di sekolah sudah sangat akrab dengan Alina. Jadi Alina diperbolehkan masuk sekolah.

Di kelas, ramai dengan kebisingan anak-anak XII IPA 1. Ada yang berkumpul di pojokan kelas, ada yang duduk-duduk di bawah meja, ada pula yang tidur di atas meja.

Kelas begitu bebasnya karena Bu Cici, guru biologi yang super duper killer di SMAN 70 belum datang.

Suara Pak Hutama terdengar nyaring dari speaker sekolah yang terletak di setiap koridor.

'DIBERITAHUKAN KEPADA SELURUH SISWA DAN SISWI SMAN 70 JAKARTA, BAHWA HARI INI TIDAK ADA JAM PELAJARAN KARENA SEMUA GURU AKAN RAPAT.
YANG MENGIKUTI KEGIATAN EKSKUL DIPERSILAHKAN UNTUK LATIHAN DI MASING-MASING ORGANISASI EKSKUL.
DIHARAPKAN TIDAK ADA YANG KELUAR SEKOLAH HINGGA JAM PULANG TIBA.
TERIMAKASIH.'

Kalimat itu membuat seisi sekolah bersorak kegirangan. Memang sudah menjadi tradisi anak sekolahan, selalu berteriak kegirangan ketika ada pemberitahuan free class atau libur sekolah.

Mendengar pemberitahuan itu, Hani dan Alina lebih memilih ke kantin. Sebelumnya, Alina minta antar Hani untuk mengambil novel di perpustakaan. Mereka berdua berjalan dengan santai menuju perpustakaan.

Sesampainya di perpustakaan, Hani bergidik melihat tumpukan buku yang begitu banyaknya. Dari pertama masuk SMA, baru kali ini Hani mengunjungi perpustakaan.

"Elo ngga puyeng, Lin, liat buku segini banyaknya?"

Alina menggeleng, lalu melihat wajah Hani. "Kenapa? Mangkanya sekali-sekali nongkrong di perpus. Jangan pacaran mulu." Ledeknya sambil tertawa ringan.

Selesai Alina mengambil buku yang dicarinya, mereka berdua keluar dari perpus menuju ke kantin.

Di kantin cukup ramai dengan anak-anak cowok. Pilihan utama anak cowok jika tidak ada jam pelajaran memang simple. Kantin, toilet, gedung belakang sekolah, atau cukup tidur di pojokan kelas.

"Lo yakin, Lin, mau baca di sini? Rame banget gila. Orang kayak lo yang demen baca novel mana fokus baca di tempat rame kayak gini?"

Mata Alina menyipit, "Sejak kapan lo jadi perhatian gitu sama gue? Kesambet setan perpus lo?"

Alina geli melihat ekspresi Hani, lalu melanjutkan kalimatnya sambil tertawa kecil, "Udah, lo cukup pesenin kentang goreng Bu Marni aja, sama Es Teh. Kentang gorengnya pakein saos ya. Buruan! keburu ngantri noh."

Hani langsung memesan cemilan untuk Alina. Hani memang selalu memenuhi permintaan Alina ketika ia minta Hani untuk memesan makanan dan minuman di kantin. Salah satu hal yang membuat Alina sangat menyayangi Hani lebih dari dirinya sendiri.

Hani masih harus mengantri, karena kentang goreng buatan Bu Marni memang cemilan paling enak di kantin. Rasanya tidak jauh beda dengan french fries yang ada di foodcourt-foodcourt di Mall.

My True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang