16. Trying To Receive

1K 70 15
                                    

Sudah dua minggu Alina melajang. Hani dan Dodo memperhatikan sikap Alina yang berubah. Menjadi pendiam, sering melamun, dan tidak lagi pandai mengarang ketika ada tugas Bahasa Indonesia.

"Han, tulang rusuk lo itu kenapa, sih? Masih pagi udah begitu liat. Kayaknya belakangan ini bengong mulu," tanya Dodo menyikut lengan Hani saat melihat Alina melamun di koridor.

Pandangannya kosong dan lurus ke arah lapangan sekolah yang sepi.

Andi keluar dari kelasnya. Melihat Alina yang sedang melamun. Ingin sekali Andi menghampiri Alina, namun keadaan sudah tidak memungkinkan.

Terbesit beberapa adegan kenangan di koridor sekolah. Saat ia dan Alina bersenda gurau di depan kelas bersama Hani dan Dodo. Seutas senyum samar membentuk di bibirnya. Senyum kesedihan. Senyum yang menutupi luka dalam hati.

Dodo menoleh ke arah Andi. Ia melihat Andi yang menatap Alina dengan sendu dari kejauhan. Pandangan Dodo berkali-kali berbalik, kadang ke Alina, lalu kembali lagi ke Andi.

"Oh, gue ngerti!" Gumam Dodo.

Dodo menyuruh Hani ke kantin untuk membeli beberapa minuman, "Han, beli jajan gih di kantin."

"Duitnya mana?"

"Yaelah, lo medit banget!" Dodo merogoh sakunya, memberi uang sepuluh ribuan untuk Hani. Hani jalan sendirian ke kantin.

"Titip Alina ya, awas, tar dia loncat, lagi tuh."

Saat Hani sudah menuruni anak tangga, Dodo menghampiri Alina yang masih mematung di koridor.

"Lo kenapa, Lin? Berantem sama Andi?" Kata Dodo, tangannya mendarat sempurna di bahu kanan Alina.

Alina menggeleng, pandangannya masih lurus ke depan.

"Terus, lo kenapa?"

Alina menoleh. Menatap Dodo, menghela napas panjang lalu berkata, "Gue putus sama Andi."

Dodo tersentak, "Kok bisa? Kenapa?"

Alina melihat sekitarnya. Memastikan tidak ada orang lain selain dirinya dan Dodo di koridor. "Lo inget, waktu gue bilang gue mau cerita tentang ini ke Hani?"

Dodo mengangguk, Alina meneruskan ceritanya, "Gue ngga jadi cerita, Do."

"Kenapa?"

"Hani suka sama Andi. Dia cerita sama gue sebelum gue cerita ke dia."

"Ha? Seriusan lo? Ya ampun kisah cinta lo kayaknya ngga kelar-kelar dari kegalauan ya, Lin, dari dulu."

Alina kembali menarik napasnya. Menghembuskannya pelan. Kalau urusan cinta, Alina memang selalu bercerita dengan Dodo.

"Terus gimana sekarang?"

"Entahlah. Gue ngga tau harus gimana. Lo tolong bantu gue."

"Bantu apa, Lin?"

"Bantu gue buat..." Alina menahan kalimatnya, "Buat satuin Hani sama Andi." Sambungnya.

"Lo becanda ya, Lin? Gue tau Andi sama lo itu masih sama-sama sayang."

Alina dan Dodo melihat Hani dari kejauhan. Lalu Hani mengatakan permintaannya kembali, "Please, Do, demi kebahagiaan Hani. Bahagia dia, bahagia gue juga."

Dodo termenung. Ia mengagumi sosok Alina. Alina yang tegar, Alina mampu merelakan seseorang yang ia cintai, bahkan demi sahabatnya sendiri.

Hani menghampiri Dodo dan Alina, "Do, nih jajanannya."

Hani melihat Alina. Wajahnya memang rada pucat hari ini. "Lo sakit, Lin? Muka lo pucet?" Tanya Hani seraya mendaratkan punggung telapak tangannya di dahi Alina. Namun, belum sempat Alina menjawab, Teguh, ketua anggota Paskibra menghampiri Alina.

My True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang