14. A New Feeling

1.1K 70 19
                                    

Masa depan gue masih panjang. Gue nggak boleh terus terpuruk. Gue harus bangkit. Mencari kebahagiaan yang lain.
-Someone-

***

Hari demi hari.
Minggu demi minggu.
Telah berlalu.

Hani mulai bangkit dari keterpurukan. Hani mencoba untuk melupakan semua kesedihannya karena Doni.

Doni yang sudah mengkhianatinya selama bertahun-tahun. Doni yang sudah membohonginya. Doni yang sudah pergi dengan cinta yang lain.

Hani ingin melupakan itu.

***

Pukul 15.00 di Hutan Mangrove, Jakarta Barat.

Alina, Andi dan Hani sedang me-refresh pikiran mereka.

"Tahun baru, jalan kemana nih ya?" Alina yang berada di posisi paling depan, berjalan mundur sambil bertanya pada Hani dan Andi.

Buk!

Aw!

"Eh, mbak! Kalo jalan liat-liat dong! Jangan maen tabrak-tabrak aja!" Celoteh seorang pengunjung lainnya yang secara tidak sengaja tertabrak tubuh mungil Alina.

"Ya, maaf mbak. Saya ngga sengaja gitu kok, saya juga jatoh nih." Balas Alina sambil menepuk kedua telapak tangannya yang kotor karena bersentuhan dengan tanah saat terjatuh.

Hani terkekeh melihat tingkah Alina. Andi membantu Alina bangun dari jatuhnya.

"Elo sih, kalo jalan ngga usah kayak binatang undur-undur makanya." Kata Andi sambil mengulurkan tangan kanannya.

Bibir alina membulat sempurna, pipinya menggembung. Menggemaskan.

"Oh iya, tahun baru, ke Puncak gimana? Nginep di Villa tante gue?" Tawar Hani.

"Villa tante lo?"

"Iya, Lin, Villa-nya Tante Lena. Yang waktu kelas satu SMP lo ikut ke sana."

"Oh, iya gue inget. Boleh tuh boleh."

"Ajak Dodo seru kali ya?" Andi usul kali ini.

"Haha, iya bener. Si Dodo kita ajak aja." Hani menyetujui usul Andi.

Sejak putus dari Doni, Hani memang lebih sering menghabiskan waktunya dengan Alina dan Andi.

Tawa membahana. Seakan tempat wisata itu milik mereka bertiga.

"Eh, ada tukang es krim. Lo mau ngga?" Alina menawari Andi dan Hani saat pandangannya mengarah pada seorang bapak tua yang menjual ice cream dengan gerobak sederhananya.

Hani mengangguk begitu semangat.

"Elo, Ndi?"

"Boleh deh. Gue aja deh yang beli."

"Engga, gue aja. Lo sama Hani tunggu aja di situ." Kata Alina mengarahkan telunjuk kanannya ke arah bangku taman di belakang punggung Andi.

Alina berlalu dengan lari kecilnya menuju penjual ice cream.

Sementara Hani dan Andi menunggu Alina sambil berbincang.

"Gimana, Han?"

"Gimana apanya?"

"Udah move on dan move up?"

Hani hanya mengangkat kedua bahunya saat mendengar pertanyaan Andi. "On process, Ndi."

"Kadang, melupakan seseorang itu emang sulit. Tapi ada yang lebih sulit daripada sekedar melupakan. Lo tau apa itu?"

Hani menggeleng.

My True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang