27. All For Alina

1.2K 54 31
                                    

-Yang sayang, ngga akan pernah pergi walau seburuk apapun keadaan pasangannya, walau sejelek apapun tabiat pasangannya.-
-author-

***

"Om, gimana Alina? Alina bakalan sembuh kan, Om?" Hani kali ini yang bertanya.

Anton mengelus puncak kepala Hani sambil tersenyum samar.

"Alina bakalan sembuh kok," Jawab Anton masih dengan senyumannya. Ia berusaha untuk tetap tenang dalam menyampaikan kabar ini.

"Tapi....." Anton menahan kalimatnya.

Sesekali Anton menarik dan menghembuskan napasnya pelan.

"Tapi kenapa, Om?" Kali ini, Reno yang bertanya.

"Ada kerusakan pada kedua kornea mata dan ginjal kanan Alina." Jawab Anton sambil menunduk. Betapa tidak? Ia sangat terpukul atas apa yang telah terjadi pada anak kesayangannya itu. Sofi, sudah jangan ditanya. Rasanya Sofi ingin sekali menjerit-jerit, tapi ia sadar, jeritannya tidak akan membuat Alina sembuh cuma-cuma.

Hani benar-benar hancur mendengarnya. Ia sudah seperti kehilangan separuh nyawanya. Ia lemas, begitu pula dengan Ipank.

Andi yang mendengar pernyataan itu, tak mampu berkutik lagi. Ia hanya bisa berdiam, membisu. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Intinya, ia juga sama hancurnya seperti Hani, Ipank, dan kedua orang tua Alina.

"Kecelakaan itu sangat tragis. Menurut penelitian Dokter, Alina terkena benturan pada bagian wajah, terutama matanya. Benturan-benturan itu juga menyebabkan tulang kaki dan leher Alina retak, maka dia harus di-gips. Ginjal. Alina terbilang cukup telat dibawa ke Rumah Sakit. Ia kehabisan banyak darah, itu menyebabkan ginjal Alina bermasalah karena aliran darah ke ginjal berkurang."

"Dokter bilang...."

Anton menghela napas sejenak. Tiba-tiba saja, dadanya terasa sangat sesak.

"Dokter bilang, kemungkinan untuk Alina sembuh dan bertahan sangat kecil. Sekalipun Alina sembuh, Alina akan buta dan akan menderita gagal ginjal." Sofi semakin kuat menangis. Harusnya Anton menceritakan ini semua tidak di depan Sofi.

"Engga, Om, Dokter itu pasti salah periksa! Engga, Alina ngga mungkin buta!" Bantah Hani. Lagi-lagi Hani merasakan sakit pada ulu hatinya, kali ini sakitnya merembet ke kepala dan perutnya. Tangan kanannya meremas bagian ulu hatinya, sedangkan tangan kirinya meremas perut bagian kanannya. Tiga detik kemudian, Hani tumbang di pelukan Ipank. Semuanya gelap. Hani pingsan. Ada apa sebenarnya dengan Hani?

Semua orang jadi makin panik.

"Pank, gue rasa Hani mending dikasih perawatan aja. Gue takut dia lagi kambuh. Soalnya tadi, dia kayak kesakitan gitu sambil megangin bagian ulu hatinya." Saran Andi ke Ipank.

Kali ini suasana sedang bersahabat sepertinya. Ipank setuju dengan saran Andi. Ia meminta seorang perawat untuk memeriksa adiknya.

Ya Allah, sembuhkan Alina dan Hani. Sembuhkan dua orang yang bersahabat itu. Andi bergumam sambil menatapi Alina dari balik jendela.

"Jadi maksud Om, Alina butuh transplantasi kornea dan ginjal?" Tanya Andi.

Anton tersenyum samar, "Iya. Kita harus menunggu sampai tiga hari karena Rumah Sakit belum ada persediaan kornea dan ginjal untuk di-transplantasi-kan. Pihak Rumah Sakit masih harus mencari bantuan dari Rumah Sakit lain."

Andi mengangguk lemas. Reno dan Edo hanya bisa menabahkan hati Anton dan Sofi, walaupun sebenarnya, Reno sangat khawatir pada Alina. Namun Reno enggan menunjukkan rasa khawatirnya di depan semua orang.

My True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang