12. Kehangatan rey

62 26 1
                                    

"bangun rey.. " kata fany seraya memercikan air ke wajah rey. "kok rey gak bangun bangun? " tanya fany sedikit panik.

"ini ramuan gak bertahan lama kan? " tanya george menatap fany yang sedang membangunkan rey.

Mereka kini sedang berada di tepi danau. Sedari tadi mereka berusaha membangunkan rey yang masih dalam mimpinya itu.

Kenapa mereka disini?.

Itu karena mereka berhasil menidurkan putri zove. Bukan berarti di nyanyiin nina bobo yah.. Melainkan menyiramkan ramuan yang membuat orang tidur itu ke wajah putri zove dan monyetnya. Ramuan itu fany temukan di kereta putri zove.

"kapan sih nih anak bangunnya" gerutu fany kesal. Wajahnya yang tadinya panik berubah menjadi kesal. Entah kenapa ekpresinya berubah secepat itu.

Semoga saja fany tidak mengguyur rey dengan air danau. Saat fany marah, ia bisa melakukan apapun.

Byurrr..

Sepertinya harapanku tidak terkabul. Fany ternyata malah mengguyur rey dengan air satu ember dari danau. Embernya sudah tersedia di danau. Mungkin milik warga.

Hal tersebut membuat tubuh rey yang terbaring basah kuyup. "teganya kakak ini" sindir george. "kalau dia kakakku, sudah kubunuh dia" lanjutnya.

"bunuh gue kalau berani!" bentak fany yang masih kesal, menatap george tajam.

Sepertinya usaha fany tidak sia sia. Walaupun itu bukanlah usaha. Tapi, rey terlihat mengerjapkan mata. Dan kini mata rey sudah terbuka seutuhnya.

"kenapa aku di sini? " tanya rey, bangun dan duduk.

"kau lupa? " tanya george.

Rey mengingat ingat kejadian yang telah menimpanya. "bagaimana aku bisa lolos? " tanya rey.

"ceritanya sangat panjang" jawab george.

Rey berdiri, ia berjalan ke pinggir danau. Kemudian menatap fany, fierce, dan george satu persatu. "kenapa aku jadi basah?" tanya rey. "apa ini ada hubungannya? ".  Tanyanya lagi.

Semua terdiam. Mata fierce dan george mengarah ke fany. Dan fany membalas tatapan mereka. "sebaiknya tanya kakakmu rey" kata george. "ialah yang tahu semuanya".

"aku hanya mencoba membantu" elak fany. "dari pada mereka, tidak membantu sama sekali".

"siapa bilang kami tidak membantu" seru george. "kami membantumu. Dan tidak membuatmu basah kuyup"

"membantu?" ketus fany "kau hanya berdiri dan melihat saja" katanya sambil menunjuk wajah george.

"itu tidak benar-" perkataan george terhenti ketika terdengar suara benda besar jatuh ke danau. Suara tersebut cukup besar, mungkin benda yang jatuh adalah benda yang besar.

Semua mendekat ke pinggir danau untuk melihat apa yang terjadi. Mereka berdiri di samping rey dan menatap ke sekeliling danau.

"apa yang jatu-"

Biiiuuuuuurrrrr..

"Aaaaa!! " fany berteriak sambil menghentakan tubuhnya agar tidak tenggelam.

Tenggelam?. Kenapa tenggelam?. Karena rey mendorong fany, george dan fierce ke danau, suara benda jatuh hanya untuk membuat mereka mendekat ke pinggir dananu.

Kini fany, george dan fierce tercebur ke dalam danau. "tolooongg! " teriak fany. "aku gak bisa berenang" serunya. Fany mengepak ngepakan tangan dan kakinya, berusaha agar tidak tenggelam.

"sekarang kita sama sama basah kan." kata rey tersenyum puas. "kalian kualat kan".

"tolong rey! " teriak fany. "kau pengen kakakmu mati?! " fany masih berusaha tidak tenggelam dengan wajah panik.

Remaja remaja kota crisland jarang yang bisa berenang, atau tidak ada yang bisa, Kecuali rey. Itu karena mereka kan tidak pernah bermain air.

"lebay banget sih ! " kata george seraya berdiri. "airnya cuma sepinggang"

Fany melongo melihat fierce dan george sedang berjalan ke pinggir danau. Wajahnya memerah karena malu campur kesal. Ia tidak tahu harus berkata apa, dan mulai memijakan kakinya untuk berdiri.

Faby menyusul fierce dan george ke pinggir. Saat sampai pinggir. Rey mendorong mereka bertiga kembali ke sungai. Dan mereka bertiga kembali tercebur. Hal itu berulang berkali kali.

"dingin." fany memeluk kakinya. Ia mengigil kedinginan, dan menatap rey dengan tajam.

Tak hanya fany yang kedinginan, fierce dan george juga. Mereka kini sedang berada di bawah pohon di dekat danau. Rey hanya tertawa melihat ketiga rekannya itu menggigil kedinginan.

"adikmu licik sekali" kata george mengosok gosokan telapak tangannya.

"mirip denganmu george" timpal fany. George menatap fany "seharusnya mirip dengan kau. Kan kau kakaknya"

"aku kakaknya. Dan kau gurunya" balas fany sambil mengacungkan jarinya ke wajah george. Mereka jemudian terdiam untuk beberapa saat.

"apakah kita sebaiknya membuat api unggun" saran george.

"kalau kau ingin kedinginan sore hari begini, silahkan" balas fany enteng. "lagi pula, dimana kita mendapatkan ranting yang kering?"

Fany dan george kemudian metatap fierce dan rey. Dan mereka sudah tidur di sore hati begini, tanpa merasa kedinginan.

"pastas mereka tak bersuara" kata george. "apakah mereka tidak kedinginan?. Padahal bajunya kan belum kering"

"rey memang seperti itu" jawab fany. "tidak tahu dengan fierce" lanjutnya.

George pun mendekat ke samping rey yang sedang bersandar di pohon. Kemudian duduk dan bersandar pada pohon. Ia mengerak gerakan tubuhnya mencari posisi yang enak buat duduk. "ternyata di sini hangat fan" ujar george.

"bohong" timpal fany cepat.

"yaudah kalau gak percaya" gaeorge pun menutup matanya.

Fany mendengus sebal. "masa mereka bisa tidur sih" gerutunya. Ia pun menghampiri ketiga lakilaki itu, ia membaringkah tubuhnya dengan bantalan paha rey. Karena kaki rey tidak ditekuk.

"ternyata benar" kata fany menutup mata. "disini hangat"

Crystal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang