Chapter 2 : Remove the Seal

102 10 1
                                    

Matahari pagi berusaha menembus sebuah penghalang transparan dan ingin menyerang kelopak mata yang masih terpejam agar terbuka. Cahaya mentari pagi pun berhasil menembus penghalang transparan dan juga menembus kelopak mataku.

Tapi ada yang aneh ya sepertinya? Tapi apa ya? Aku berusaha memulihkan kesadaranku. Benar saja ada yang aneh, tangan halus nan kecil tapi kuat tengah melingkar di perutku, dan kepalanya berada diatas dadaku dengan tangan kananku menopang tubuhnya dari belakang. Menampakkan wajah manisnya itu yang sedang tertidur lelap, aku mengecup keningnya lagi untuk kedua kalinya.

"Pagi Emi" kataku tersenyum setelah melihat dia membuka matanya

"Pagi Reiz" dia balas tersenyum, tapi hanya untuk sementara. Setelah itu dia

Bhuaaakkk....

Aku di pukul olehnya hingga terpental menabrak tembok. Aku hanya bisa menahan sakit di punggungku karena terkena tembok begitu keras.

"Ada apa denganmu Emi?! Memukulku pagi-pagi seperti ini?! Ahhkk punggungku!" Kesalku pada Emi. Entah kenapa jika aku ingin mengeluarkan aura atau kesal seperti tadi punggungku terasa panas

"Seharusnya aku yang bertanya bodoh!! Semalam... kau apakan aku huh?!" Tanya Emi dengan tatapan mematikannya.

"A-aku tidak melakukan apapun. A-aku hanya mengecup keningmu saja. Dan untuk posisi tidur, kau yang memelukku. Jadi jangan salahkan aku. Dan lagi, tidak noda merah disana. Artinya kau masih aman" kataku berjalan menghampirinya, memegang bahunya dan menatap mata hijau mudanya. Dan itu membuat wajahnya sedikit merona karena malu mungkin.

"Sekarang kau mandi. Kau ada janji denganku hari ini" kataku sambil tersenyum, dia hanya mengangguk dan balas tersenyum padaku.

****

Setelah dia selesai mandi dan mengganti bajunya, gantian aku yang membersihkan badanku kali ini. Tidak perlu lama untukku, hanya sekitar 15 menit aku sudah kembali.

Kami berdua keluar kamar dan pergi untuk mencari sarapan, tapi pria yang punya penginapan ini menahan kami.

"Hey kalian! Jika ingin sarapan, aku sudah menyiapkannya untuk kalian. Ada di belakang, kalian langsung kesana saja" kata sang pemilik penginapan.

"Terima kasih. Kau baik sekali memberikan kami sarapan" kata Emi sambil tersenyum

"Memang seperti itu di penginapanku ini. Aku selalu menyiapkan sarapan untuk para pengunjung" balasnya

"Baiklah kami ke belakang dulu" kataku dan berjalan bersama Emi ke belakang

****

Selesai sarapan aku dan Emi pergi keluar penginapan dan menuju blacksmith, mencari senjata untukku. Kata Emi, dia mempunyai teman seorang blacksmith di kota ini. Tidak terlalu lama berjalan kami pun sampai. Aku melihat ke papan yang ada di atas toko itu bertuliskan Kuro Blacksmith. Kami berjalan masuk kedalam, ketika pintu terbuka ada suara khas dari bel yang menyambut kedatangan kami. Mendengar suara bel dari pintu, pemilik toko tersebut langsung melihat ke arah kita.

"Yoo.. Emi, ingin membeli senjata baru huh?" Tanya sang pemilik toko

"Tidak, Kuro-sama. Aku hanya ingin membelikan senjata untuknya" Emi melihat ke arahku dan aku melihatnya dengan memasang ekspresi 'apa?' Emi hanya tersenyum lalu menatap pemilik toko itu lagi yang bernama Kuro.

Aku paham maksud dari Emi "perkenalkan, namaku Reizhart Weisz. Salam kenal" kataku yang langsung memperkenalkan diri

"Panggil saja aku Kuro. Salam kenal" kata Kuro

Aku meninggalkan Emi dan Kuro yang sedang berbincang tentang apa aku tidak tau. Lebih baik aku keliling toko untuk mencari senjata yang cocok untukku. Aku sangat kagum dengan toko ini, kenapa? Bayangkan saja, banyak sekali senjata berbagai macam model dan bentuk seperti kapak, pedang, panah, lance, dan bahkan scyth pun ada. Bentuknya juga unik-unik tidak seperti senjata kebanyakan.

Inside The Fantasy World (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang