Malam begitu dingin, cahaya bulan bersinar terang dengan bintang-bintang kecil disisinya. Hembusan angin menerpa wajahku lembut, aku memejamkan mata menikmati setiap hembusan angin malam.
Jika kalian bertanya aku berada dimana, sekarang aku sedang termenung meratapi nasib dibalkon rumahku. Ya.. memang aku mempunyai segalanya, rumah mewah, mobil, komputer, laptop, ATM, dan barang-barang mahal lainnya.
Tapi ada satu hal yang membuatku merasa sangat tidak mempunyai apa-apa di dunia ini. Yaitu cinta. Yap! Cinta dan kasih sayang yang tidak ku miliki saat ini.
Jika kalian berpikir cinta dan kasih sayang yang tidak ku miliki itu dari seorang pria, kalian salah besar. Aku tidak memilikinya dari kedua orang tuaku. Mereka begitu sibuk dengan pekerjaan mereka, ayahku berkerja sebagai ilmuwan, berkerja untuk negara sedangkan ibuku? Dia meninggalkan aku dan ayahku saat aku berumur 10 tahun. Bukan meninggal, tapi cerai.
Ibuku sudah tidak tahan dengan ayahku. Karena jarang berada dirumah karena pekerjaannya memang tidak bisa di bawa pulang. Ayahku selalu menghabiskan waktu di lab miliknya jika berada dirumah. Aku tidak tau apa yang sedang di kerjakan oleh ayahku.
Kau tau? Kadang hidup benar-benar aneh, ketika kita mempunyai orang tua yang suka memarahi kita, kita merasa seperti ingin tidak punya orang tua dan ingin hidup sendiri dengan ketenangan. Tapi, saat kita mempunyai orang tua yang selalu sibuk dengan pekerjaannya atau dunianya sendiri, kita merasa ingin mempunyai orang tua yang memperdulikan kita dan menghargai keberadaan kita.
Oh iya, namaku Emily Mason. Ayahku Frank Mason dan ibuku Janeta Trees terus berganti mengikuti nama belakang ayahku lalu sekarang aku tidak tau lagi apa nama belakangnya. Ya.. karena dia sudah menikah lagi dengan pria lain.
Saat ini aku berumur 21 tahun dan kuliah di kampus tempat orang-orang high class. Jujur saja, aku tidak mempunyai banyak teman disana, hanya ada beberapa saja.
Jangan berpikir jika aku sombong, aku hanya tidak suka dengan pergaulan mereka yang terlalu glamor menurutku. Mereka selalu memandang rendah yang berada di bawah mereka.
Aku harus istirahat. Besok ada jadwal kuliah pagi hari.
****
Memandang keluar jendela dari balik pintu mobil. Tetesan air hujan terus menetes di jendela meninggalkan embun dari tetesan tersebut.
Hujan begitu deras mengguyur hari ini. Hujan telah mewakili perasaanku saat ini. Sedih? Yup itulah yang aku rasakan. Sejak aku masih kecil jarang sekali aku di antar orang tuaku ke sekolah. Aku kadang merasa iri jika melihat anak-anak yang dekat dengan orang tuanya.
Sial! Kenapa harus macet di saat seperti ini. Aku bisa telat kuliah, dosennya orc pula. Jangan pikir seperti orc di dalam game, tapi ini karena dosenku mirip dengan orc. Badan gendut, bantet, buntel, muka serem udah gitu jelek, galak lagi. Aduh! Aku heran kampus high class bisa-bisanya nyari dosen begitu.
Mungkin kalian berpikir dosen itu memiliki kualitas yang bagus. Tapi nyatanya tidak. Dimata kuliah yang di ajarnya, temanku jauh lebih pandai daripada dosen itu sendiri.
Sudahlah. Lebih baik berbicara yang lain. Aku bosan karena harus menunggu macet yang panjang ini. Aku bingung kenapa ada kemacetan panjang begini, tidak seperti biasanya.
Tok.. tok.. tok..
Seseorang mengetuk jendela samping mobilku, seorang kakek tua yang membawa banyak sekali buku di tangannya. Dan dia tidak menggunakan apa pun untuk terhindar dari derasnya hujan.
Aku mengambil jas hujan di belakang jokku, memakainya lalu mengambil lagi satu baru aku keluar untuk memberikannya kepada kakek itu.
"Ini kek pakai jas hujan. Hujannya sangat deras dan anginnya sangat kencang, nanti kakek bisa sakit" kataku memberikan jas hujan pada kakek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside The Fantasy World (Slow Update)
FantasiaReizhart Weisz, seorang pemuda yang suka sekali dengan komik, cerita, atau apapun itu yang berhubungan dengan fantasy. Selalu memikirkan bagaimana jika dirinya masuk kedalam dunia fantasy dan menguasi berbagai macam sihir. Sampai dia diberikan sebua...