Chapter 3 : The Journey Has Begin

83 9 4
                                    

Semalam aku tidak bisa tidur sama sekali. Aku memikirkan apa yang dikatakan oleh Max, maksud dari perkataannya itu apa? Bahkan aku tidak bisa mengingat apa yang di maksudnya itu.

Jelas saja aku tidak bisa mengingatnya, secara aku datang dari bumi yang entah kenapa bisa sampai masuk kedalam buku itu. Aku tau! Pasti yang di maksud adalah ingatan tentang pemeran utama dalam cerita ini yang tewas atau ingatannya di hapus dan digantikan dengan diriku, aku rasa begitu.

Tap.. tap..

Aku mendengar langkah kaki dan langsung menoleh untuk melihatnya, ternyata Emi.

"Sedang memikirkan apa Reiz?" Tanya Emi dan segera duduk disampingku

"Aku mencoba mengingat"

"Mengingat apa?"

"Tentang yang dikatakan Max"

Emi kemudian mendekat dan bersandar di bahuku serta tangannya yang melingkar dilengan kananku

"Jangan mencoba mengingat tentang itu lagi Reiz. Aku tidak ingin kau tersiksa" Ucap Emi seraya membenamkan kepalanya lebih dalam.

Semenjak kejadian di hutan melawan pria misterius itu Emi menjadi sering menangis, saat ini pun dia menangis. Entah apa yang dia pikirkan aku tidak tahu dan dia tidak bercerita.

Ku usap lembut kepalanya agar dia tenang sedikit, sudah 2 kali dia menangis di pelukanku. Semalam pun sepertinya dia menangis aku tau karena aku mendengar suara isak tangis, walaupun kecil tapi terdengar.

Tap.. tap.. tap..

Max berlari seperti orang panik, atau memang dia sedang panik sekarang.

"Kukira kalian kemana, taunya sedang bermesraan disini" ucap Max dengan nada menggodanya. Aku hanya menatapnya sinis, Max langsung bergidik ketakutan dan paham kenapa aku begitu.

Emi bangkit dan pergi kebawah, berjalan sambil menundukan kepalanya melewati Max. Max datang menghampiriku

"Sebenarnya Emi kenapa Max?" Tanyaku pada Max tanpa melihat ke arahnya.

"Aku tidak tau. Semenjak kita semua berpisah karena kau menghilang, dia menjadi seperti itu. Bersikap dingin pada setiap orang yang tidak di kenalnya dan semalam, aku baru pertama kali melihatnya tertawa lepas lagi setelah 5 tahun" jelas Max padaku

"5 tahun? Apa kalian berdua tinggal bersama selama itu?" Tanyaku lagi, tapi kali ini aku menatap Max

"Ya. Kami selalu berkeliling ke setiap negara, kota dan desa yang ada di dunia ini" balas Max

"Untuk apa kau berkeliling seperti itu?"

"Tentu saja untuk mencarimu kapten!" Bentak Max

"Lalu kenapa saat pertama kali bertemu dia tidak mengenaliku?"

"Itu karena waktu kami ada di Aesfrid di desa Snow Village kami bertemu dengan orang berambut silver sama sepertimu, tapi itu bukan kau"

"Aku mengerti"

Dilain tempat yang gelap.

Seorang pria dengan badan setengah hancur sedang berdiri dihadapan pasukannya. Murka, itulah kata yang mencerminkan emosinya sekarang.

"Saat ini kalian semua aku tugaskan untuk membunuh The Demon Silver Knight! Bawa mayatnya serta pedang Zangetsu padaku! Bagi siapapun yang berhasil akan aku jadikan pelayan pribadiku!" Kata pria itu seperti mengadakan sayembara untuk pasukannya.

"Baik, Yang Mulia!" Ucap pasukan itu serempak dan langsung menghilang menjadi asap hitam.

****

Kami bertiga sudah meninggalkan kota Muyra dan berjalan menuju negara Bootany ke hutan tempat para Elf berada untuk mencari salah satu dari kami yang merupakan Elf.

Inside The Fantasy World (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang