7. Klub

118 24 14
                                    

"Novel itu lagi ngadain talking book lho, Mas. Kalo mau ikutan, ruangannya ada di sebelah sana," Mbak-mbak SPG yang selalu mengikuti Maman menunjuk ke ruangan yang berada di ujung. Maman sedikit risih, tapi mungkin ini bagian dari pekerjaannya. Ya, sudahlah.

Maman menyodorkan novel itu ke tangan Ale. Saat menerimanya, Ale menaikkan satu alisnya. Tapi setelah ia membaca judul dan juga nama penulisnya, barulah ia mengetahui mengapa kedua temannya ini sedikit terkejut.

Maman dan Didit memang meragukan novel tersebut adalah ciptaan Alena, adik kelas mereka. Tapi tidak dengan Ale, ia sudah tahu nama lengkap Alena. Waktu Alena pingsan di rumahnya, dengan sengaja Ale mengambil buku tulis hanya untuk mengetahui nama lengkapnya. Selain itu, ia juga mencuri nomor ponsel Alena.

"Ini Alena?" Ale memandang ke arah Maman dan Didit.

"Tapi kan yang namanya Alena banyak, Le. Bukan cuma dia doang."

Tapi Ale yakin sekali bahwa penulis novel ini adalah Alena Vionela, adik kelas yang sudah ia anggap seperti adik sendiri.

"Biar lebih pasti, dateng ke ruangan itu aja, Mas." SPG itu menunjuk ruangan yang sedang ramai. Lagi.

"Makasih, Mbak," Ale tersenyum sekilas ke arah mbak-mbak tersebut. Ale hanya tidak tahu, siapa saja yang melihat senyumannya bisa terpesona dan langsung jatuh cinta pada senyuman pertama. Tapi wajah semu SPG itu seketika pudar ketika melihat celana yang dikenakan Ale. SPG itu cekikikan sendiri. "Untung ganteng."

Mereka berjalan dengan langkah sedikit cepat, kalau tidak karena banyak benda-benda di dalam sini, mungkin mereka akan berlari demi mengetahui rasa penasaran yang menghantui mereka.

"WOW!" Ale kaget bukan main. Melihat adik kelasnya yang berada di atas panggung kecil dan menjadi andromeda di sana membuat rasa senang tersendiri bagi Ale.

"Gila!"

"Keren!"

"Amazing, baby," ini pujian dari Didit. Biasa lah, playboy.

Mereka berempat tidak dapat tempat duduk lantaran kursi yang tersedia sudah di tempati semua, bahkan ada yang sampai berdiri. Baik Ale maupun ketiga temannya sama-sama tidak menyangka jika Alena yang terkenal dingin mempunyai imajinasi yang sangat liar. Maksudnya, bisa memainkan peran seorang psikopat.

Saat mereka datang, acara sudah mau selesai, para peserta meminta untuk foto bersama sang penulis. Di sela-sela kesibukannya melayani para pembaca yang mengajaknya foto, Alena bisa melihat Ale dan ketiga singanya berada di barisan belakang dari celah-celah kerumunan itu. Tentu saja Alena kaget. Bagaimana mereka semua tahu dirinya ada di sini? Mau apa mereka? Apa yang akan mereka lakukan?

Ale dan ketiga singanya berjalan menghampiri Alena. Dan itu membuat Alena semakin risih.

"Halo," sapa Ale dengan senyuman kepada para pembaca Alena. Mereka semua yang tadinya fokus pada Alena, tergantikan dengan Ale.

"Lo ngapain sih?!" omel Alena yang jelas-jelas sangat risih melihat Ale berada di acaranya, di tambah dengan ketiga singanya.

"Ini siapanya Kak Alena? Pacarnya, ya? Ganteng banget gila! Selfie yuk, Kak?" Salah satu dari peserta yang menunggu giliran untuk meminta foto kepada Alena memutar arah menjadi foto bersama Ale. Dan dengan mudahnya, Ale melayani orang-orang yang mengajaknya berfoto tanpa sungkan.

Lama-kelamaan, barisan yang ingin berfoto dengan Ale bertambah. Maman pun juga tidak kalah barisannya. Jadi, sebenarnya ini acaranya Alena, Ale, atau Maman?

Sedangkan Afif dan Didit hanya menonton dari kursi yang kosong. Meskipun hanya menonton, tapi beberapa dari peserta ada juga yang meminta foto bersama Afif dan Didit. Tentunya, Didit dengan senang hati mempersilahkan. Ia juga tidak lupa meminta pin bb atau id Line alih-alih modus.

Ale-naTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang