Pagi itu langit begitu cerah, samanya dengan suasana hati dua remja kala itu. Yang satu sedang asyik mendengarkan lagu klasik lewat headset yang ia pakai, dan yang satunya sibuk membaca sebuah novel romance.
"Sal, anterin gue ke kantin yuk" ajak Radin yang tiba- tiba mendengar suara dari perutnya yang belum diisi itu.
"Salma," panggilnya.
Tak ada gubrisan, yang ada hanya mulut Salma yang sedari tadi komat- kamit mengikuti lantunan lagu.
"Salma Adzkia!!!!" teriak Radin yang membuat Salma terkejut.
"Aduh, berisik banget, sih, lo" pekik Salma yang langsung melepaskat headsetnya.
Selalu seperti ini, bukan hanya sekali ucapan Radin tak di dengar olehnya karena terlalu asyiknya mendengarkan musik. Memang menyebalkan.
"Gue bilang, temenin gue ke kantin! Gue laper, Sal.." keluh Radin dengan nada bicara yang keras, membuat beberapa penghuni kelas melirik mereka berdua.
"Lo berisik banget, sih, tuh liat sampe pada nengok. Yaudah cepet kita ke kantin"
"Nah, gitu!"
Mereka berdua keluar dari ruang kelas X-IPA2 , berjalan sambil berbincang- bincang mengenai lagu yang baru Salma unduh tadi. Tepat saat mereka menyusuri koridor kelas XII-IPA, seperti biasanya,,,
"Salma....nengok, dong."
"Hai Salma...."
"Hello dedek Gemess...."
Sapaan menjijikan itu selalu menjadi santapan bagi Salma tiap kali ia melewati koridor kelas XII. Maka dari itu, ia selalu mengajak Radin untuk berjalan dengan cepat dan tidak menengok ke arah kelas sama sekali.
"Ihhh geli banget tau ga, sih..apalagi yang terakhir, tuh, dedek gemes segala lagi, ihh"
Gerutu Salma sesudah sampai di kantin. Radin hanya tertawa sembari terus meledeki sahabatnya itu hingga membuat Salma sebal.
Maklum lah, bagi murid- murid seantero sekolah Salma memanglah sosok primadona. Banyak yamg gemar padanya, bahkan setiap minggu ada saja yang memberikan setangkai bunga mawar dan coklat di kolong meja dengan nama yang tidak dicantumkan, sekedar ucapan i love you. Sungguh menjijikan bagi Salma. Apalagi anak- anak kelas XII yang gatelnya bukan main. Mungkin karena senior, jadi bebas melakukan apapun yang mereka mau. Hampir seluruh cowok disana menggemari Salma, walaupun kedudukannya sebagai adik kelas. Sama seperti tadi, sapaan tak pernah lupa di setiap harinya, di setiap pagi, siang hingga pulang sekolah nanti. Baginya, kelas XII memang kategori cowok- cowok yang main wanita. Untung saja Salma tidak pernah sama sekali menanggapi beberapa diantara mereka yang berusaha mendekatinya.
Salma pintar, cantik dan juga ramah, tapi kalau ramah hanya sebatas pada kakak kelasnya saja, bagaimana pun juga ia harus tetap berada dalam kedudukannya yang hanya seorang adik kelas yang masih awal menginjakkan kaki di sekolah tersebut, yang mau tidak mau harus menghormati yang lebih tua darinya.
"Jadi Bayu itu cowok keberapa yang udah nembak lo, Sal?" celetuk Radin sedikit terkekeh.
"Apaan,sih, lo, Din"
Bayu, anak kelas XII-IPS yang baru baru saja menembaknya dengan cara memalukan, yaitu yang tiba- tiba membawanya ke lapangan, kemudian memberinya setangkai mawar dan menembaknya saat itu juga, di depan halayak ramai pula. Tapi tetap saja Salma tidak menerima omong kosong itu. Salma lebih memilih meninggalkan Bayu dan menjawab "Sorry ya ka Bayu, kayaknya kita bisa temenan aja, deh" kemudian pergi dan tidak mengurusi itu lagi.
"Salma, lo itu terlalu cuek jadi cewek, jaman sekarang cari cowok itu susah, siapa tau diantara berjuta cowok yang deketin lo itu adalah jodoh terbaik lo buat masa depan." ucap Radin sambil mengunyah kebab yang sedari tadi tidak habis- habis.
"Gue bukannya cuek, Din. Tapi gue gamau cowok- cowok tuh deketin gue cuma gara- gara ada maunya doang. Itu tuh omong kosong doang tau gak" jawabnya.
"Terserah, deh"
Mereka terdiam sesaat, kemudian menghabisakan makanan dan minuman yang mereka pesan tadi.
Radin mengingat seseorang, yang baru- baru ia tau itu
"Oh iya, Sal! Lo tau gak ada anak baru tau di kelas sebelas, tapi gue lupa namanya, yang jelas anak- anak cewek sekolah kita tuh lagi banyak yang ngomongin dia" ujar Radin teringatkan pada anak baru di SMA Andiga Wijaya
"Ngomongin? Emang dia salah apa? Kasihan banget baru masuk udah diomongin, satu sekolah pula" jawab Salma enteng.
"Stupid. Lo gimana, sih, maksud gue bukan diomongin gara- gara dia berbuat salah atau apa, tapi gara- gara dia itu orangnya ganteng bangettt udah gitu dia pinter juga, keren juga penampilannya" jelas Radin yang kemudian menyeruput jus jambu yang baru saja ia pesan.
Salma hanya mendengarkan tanpa mengeluarkan ekspresi terpukau atau apapun.
Tida ada sosok lelaki yang benar benar baik di mata Salma. Baginya, semua cowok itu sama, hanya jatuh cinta di awal kemudian dengan bebas meninggalkannya.
"Oh. Tapi kayaknya gue gak pernah liat orangnya, deh" ucap Salma.
"Yaiyalah, orang dia aja baru masuk kemaren. Gue aja baru liat dia tadi pagi"
Salma hanya mengiyakan, tanpa merespons lebih banyak.
"Neng, neng berdua teh gak masuk kelas? Udah bel neng dari tadi" tegur Bu Ira, penjual ketoprak di kantin sekolah yang tiba- tiba menghampiri kedua sahabat ini.
Mereka berdua melirik ke sekitar kantin. Benar saja, tinggal mereka berdua yang ada disini.
"Din, habis ini pelajaran Pak Dedi, kan?"
"Iya, terus.."
"MATI KITA!!!!"

YOU ARE READING
Bow-Friend
Teen FictionIni tentang sebuah hati yang terjebak di dalam nostalgia, yang takut menyakiti walau perasaan lain membawanya pergi ke lain tempat, yang memaksanya untuk membuat sebuah biji kebohongan yang membuah besar, yang membuatnya semakin takut untuk jujur, s...