6

54 6 0
                                    


Lagu Tulus-Monokrom beralun indah di telinga Salma. Membuatnya begitu nyaman dan tenang saat mendengar lagu favoritnya itu. Kenyamanannya terganggu begitu saja saat Radin mengagetinya dari belakang. Sontak Salma langsung melepas headsetnya dan menoleh ke arah Radin dengan kesal.

"Sumpel aja terus tuh kuping sampe budeg" pekik Radin yang kini duduk di samping sahabatnya itu.

"Jadi, sekarang lo mau jalan sama Raka?" tanya Radin yang sebelumnya banyak tanya pada Salma setelah ia menceritakan bahwa Raka adalah teman kecilnya dulu.

Salma mengiyakan pertanyaan Radin dengan dua kali anggukan. Matanya terus mengamati ponsel yang sedari tadi ia genggam, yang membuat Radin begitu kesal melihat kelakuan sahabatnya itu yang sok sibuk dengan gadget, terlihat jelas perasaan itu lewat wajah Radin yang menggerutu.

"Emang lo udah bilang sama Ayah lo?" ucap Radin yang tak bosan bertanya walau dengan jawaban seadanya.

"Gue gak bilang juga pasti di bolehin, kok" ucap Salma yang begitu yakin.

"Halah, sok lo, udah kena marah aja nanti curhat ke gue"

Kedua sahabat itu kini beranjak dari kantin karena bel sekolah sudah berbunyi. Tidak lupa Salma membeli permen karet rasa strawberry kesukaannya. Dari kecil Salma sangat gemar mengunyah permen bertekstur seperti karet itu. Waktu kecil dulu, jika ia sedang merengek minta dibelikan mainan oleh Ayahnya, pasti Ayahnya selalu memberikan sebungkus permen karet rasa strawberry untuk menggantikan mainan yang tidak terbeli itu. Hanya dengan permen sekecil itu, bagi Salma sudah cukup untuk menghapus air matanya. Kebiasaan ini pun berbekas hingga ia remaja seperti sekarang.

Jam pelajaran telah usai. Salma segera berlalu dari kelas menuju ke halte depan sekolah. Seperti biasanya dua orang cowok genit itu menghampirinya, yaitu Dio dan Radit, tentunya dari kelas XII juga. Keduanya menedekati Salma yang memasang wajah ingin muntah melihat tingkah laku kedua cowok ini.

"Salma, pulang bareng kita yuk naik motor" ucap Dio dengan nada yang amat genit.

"Dih ogah banget, dikira gue cabe- cabean pasar apa goncengan bertigaan." Ucap Salma yang menolak mentah- mentah tawaran itu.

Sesaat ponsel Salma berdering. Ia pun meraihnya dari saku bajunya. Ternyata itu adalah pesan dari Raka yang mengajaknya untuk segera ke parkiran.

Raka : Gue tunggu lo di parkiran

Salma bersyukur karena akhirnya ada alasan untuk ia menghindar dari dua buaya darat itu.

"Sorry ya, gue udah di jemput pacar" ucap Salma yang hanya bercanda melontarkan kalimat itu pada mereka. Ia pun beranjak ke parkiran untuk memenuhi suruhan Raka.

Salma sedikit agak gugup saat dari kejauhan ia sudah melihat Raka yang sedang memakai jaket biru dongkernya itu. Lagi- lagi Salma teringatkan oleh kejadian tadi malam yang membuatnya begitu gugup tidak karuan. Dari malam Salma memang bicara, namun hanya lewat pesan saja. Dan kali ini ia akan pergi jalan bersama Raka dan berbicara bebas tanpa sebuah perantara.

"Salma, cepetan!" panggilnya agak berteriak.

Salma berlalari kecil mendekati Raka.

"Naik," pinta Raka dengan mengisyaratkan kepalanya untuk menyuruh Salma naik ke motornya.

Salma sedikit gugup, namun tidak seperti tadi malam. Kali ini hanya gugup di awal, mungkin nanti tidak akan karena terbiasa.

Raka langsung tancap gas. Motor ninja yang ia kendarai itu membuat Salma agak mendongok pada tubuh Raka. Apalagi Raka membawa mtor itu dengan cepat, yang membuat sesekali tubuh Salma menempel pada punggung lelaki itu, layaknya ingin memeluk.

Bow-FriendWhere stories live. Discover now