5

40 5 2
                                    

Malam ini terlihat berbeda dari malam biasanya, entah karena jarum jam yang berdetik cepat, atau karena suara dari ranting pepohonan yang sangat mengusik. Seorang gadis sedang berpose dengan meletakkan sebelah tangannya di pinggang kirinya, bergaya layaknya seorang model majalah. Wajahnya terlihat manis di cermin itu, dengan beberpa polesan make up yang tidak terlalu tebal. Kedua matanya terlihat menyimpan aura yang baik. Dress berwarna coklat muda itu menyelimuti tubuhnya, ditambah kalung putih yang melingkar di lehernya yang jenjang itu.

Ia berpikir lagi, berpikir untuk bagaimana memulai pembicaraan nanti. Haruskah ia menyapa atau hanya sekedar tersenyum untuk membuat malam ini tidak begitu awkward. Ia tidak peduli, yang penting malam ini ia bisa tau seperti apa dan bagaimana keadaan cowok itu, yang membuatnya haus akan penasaran.

Dari lantai bawah Ayahnya sudah memanggil, menyuruhnya untuk segera turun dan bersegera pergi.

"Iya, Yah bentar" ucapnya dengan cepat menuruni setiap anak tangga.

Salma mengambil sepasang sepatu docmart berwarna coklat tua di rak sepatunya. Sepatu itu belum pernah ia pakai, baru ia beli tiga hari yang lalu. Kini penampilannya amat lengkap, yang jelas tidak akan ada satu pria pun yang tidak tertarik padanya saat melihat penampilannya saat ini yang bak seorang model cantik.

Salma berlari kecil menuju mobil yang sedari tadi sudah menunggu. Tak lupa ia mengunci pintu rumahnya.

"Beautiful princess daddy,"ucap Ayah yang terpesona melihat putrinya itu.

"Apaan sih, Yah. Ayo jalan ah," Salma terkekeh mendengar pujian itu seraya memukul kecil bahu Ayahnya.

"Cium dulu" pinta Ayah yang menyondongkan pipinya.

Salma mengabulkan permintaannya dengan sekejap, kemudian mereka tancap gas pergi ke tempat tujuan.

Di sepanjang jalan meraka bercengkrama layaknya seorang Ayah dan anak seperti yang lainnya. Terkadang di pertengahan mereka tertawa akibat lelucon yang di lontarkan di antara mereka berdua. Kalau saja keluarga ini utuh, mungkin Salma tidak akan duduk di jok depan sebelah Ayah, pasti ia duduk di jok belakang tengah dan jok depan diisi oleh Ibunya. Dan mereka tertawa bersama, merasa bahagia karena keluarga yang utuh. Itu semua khayalan, tidak mungkin terjadi. Sekarang saja, walau hanya dengan memiliki seorang Ayah, Salma dapat merasakan kehidupan yang lengkap.

Terpancar jelas sinar lampu dari sebuah cafe yang berada di ujung jalan. Dan itulah tempat tujuan mereka. Rasanya begitu cepat jaraknya dari rumah, mungkin karena faktor obrolan yang begitu tidak terasa.

Mobilnya parkir tepat di depan cafe. Keduanya turun dari mobil dan mulai melangkah untuk memasuki tempat itu.

"Jangan gugup gitu," ujar Ayah yang melihat wajah putrinya yang berekspresi seperti apa yang di ucapkannya.

"Engga, kok" jawab Salma berusaha terlihat biasa saja.

Ayahnya mendapati seorang wanita yang tengah duduk di meja paling sudut ruangan. Wajahnya terlihat sedang menunggu seseorang yang akan datang.

"Tuh dia," Ayahnya melambaikan tangan pada wanita itu, menandakan bahwa orang yang ditunggu sudah datang.

Salma semakin gugup, walau dari pagi ia sudah bersikeras untuk tidak gugup. Namun usahanya itu sepertinya akan sia- sia saja. Salma membuntuti Ayahnya yang berjalan di depannya itu.

"Hei!Apa kabar?" sapa wanita itu yang menjulurkan tanganya pada Ayah.

"Ini Salma? Ya ampun Salma udah besar yaa, waktu itu tante terakhir liat kamu masih lebih keciiil bangeet dari Raka. Sekarang kamu cantik banget, kamu kelas berapa?"

Bow-FriendWhere stories live. Discover now