Beberapa hari setelahnya, Simon mengejutkanku dengan pengakuannya sebagai seorang gay. Simon menangis di pelukanku selama beberapa menit. Setelah itu aku memberanikan diri mencium bibirnya sekedar untuk menghentikan tangisnya. Ciumanku berhasil, tangis Simon berhenti. Namun kejadian berikutnya benar-benar di luar perkiraanku. Simon membalas ciumanku. Bahkan semakin lama ciuman Simon berubah menjadi lebih menuntut. Entah siapa yang memulai, tau-tau kami berdua sudah tak berbusana. Aku tak mengenal lagi siapa yang ada di hadapanku saat ini. Simon yang ku kenal adalah Simon yang pendiam. Tapi sekarang Simon bahkan sangat agresif terhadapku.
Kami berhenti saat aku telah menyemburkan cairanku ke dalam Simon dan Simon menumpahkan cairannya di atas perutku. Simon turun dari atas tubuhku perlahan, melepaskan penyatuan tubuh kami kemudian berbaring di sebelahku. Napas kami tak karuan. Peluh juga sudah menempel entah di mana-mana.
Begitu keadaan tubuh kami mereda, Simon menarikku ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Di dalam kamar mandi kami mengulangi lagi perbuatan kami. Nafsu Simon benar-benar gila. Ia bahkan masih sanggup untuk beronani sekali lagi sebelum akhirnya kami benar-benar mandi. Jujur, itu adalah pengalaman pertamaku dalam hal persenggamaan.
Kami memutuskan untuk menjalin hubungan setelah itu. Simon, sih yang memaksa agar kami memiliki ikatan. Aku terima saja karena jujur aku juga mulai menyayangi Simon lebih dari sekedar teman. Beberapa hari sekali Simon akan datang ke rumahku untuk meminta izin kepada Mom and Dad agar aku boleh menginap di rumahnya dengan alasan belajar bersama. Mom dan Dad nggak keberatan sama sekali dengan hal itu. Mereka bahkan senang jika aku bisa membantu Simon belajar. Padahal, yah, bukannya belajar, kami malah menonton video porno gay kemudian mempraktikkannya begitu video selesai diputar. Nggak jarang, karena sudah terlalu bernafsu, Simon langsung menerjangku dan langsung memasukkan kejantananku ke lubangnya tanpa menunggu video selesai. Apa Ayah dan Ibu Simon nggak curiga? Simon pernah bilang kalau kamarnya kedap suara, jadi kami tak perlu khawatir.
Pernah suatu waktu, saat itu weekend, Mr. dan Mrs. Robertson harus ke Miami karena menghadiri pesta pernikahan keluarga salah satu pimpinan redaksi dan baru akan kembali hari senin pagi. Jadi sejak jumat malam hingga senin dinihari kami habiskan dengan bercinta. Tapi aku bersyukur karena Simon telah mempersiapkan semuanya, termasuk asupan makanan penambah tenaga sehingga kami sanggup 'bermain' berjam-jam.
Simon semakin agresif. Dia sekarang mulai berani menggodaku di sekolah. Akhirnya, karena aku udah nggak tahan dengan godaanya, Simon ku minta untuk mengoralku di toilet sekolah. Lain waktu, Simon yang memintaku me-rimming-nya hingga dia keluar. Bahkan terakhir kali, ini terjadi beberapa hari yang lalu, Simon nekat 'berolahraga', naik turun di atas selangkanganku dengan penisku berada di dalam lubang sempitnya. Aku yang berada di bawahnya hanya bisa pasrah sambil menggigit ujung-ujung kemejaku agar desahanku tidak keluar. Sedangkan Simon, dia menyumpal mulutnya dengan celana dalamku. Begitu kami selesai, kami bergegas merapikan diri, namun Simon nggak mau mengembalikan celana dalamku. Jadilah sisa hari itu kujalani tanpa memakai celana dalam. Agak ngilu, serius. Gimana enggak, penis yang baru selesai ejakulasi itu lebih sensitif. Dengan aku yang enggak pakai celana dalam, otomatis penisku langsung bersentuhan dengan celana. Sialnya hari itu aku enggak memakai celana pendek pelapis yang biasa ku pakai karena tadi pagi aku terburu-buru. Dan yang lebih sialnya lagi, hari itu aku memakai celana jeans!
Hubunganku dan Simon berjalan lancar selama beberapa minggu berikutnya. Kami sering menghabiskan waktu berdua, entah itu nongkrong di kafe di sebelah pom bensin sepulang sekolah, nonton film di bioskop, atau sekedar belajar di kamar. Yang ini kami beneran belajar, kok. Kegiatan bercinta kami udah mulai kami kurangi akhir-akhir ini. Nafsu Simon yang besar membuatku harus melayaninya berkali-kali dalam sehari. Akibatnya aku akan diserang lelah luar biasa saat malam sehingga nggak bisa belajar dan latihan vokal. Syukurlah Simon paham dan enggak menagih terus menerus seperti masa awal kami pacaran.
Nggak ada satupun dari teman-temanku yang curiga dengan kedekatanku dan Simon selama ini. Label 'tetangga' membuat mereka memaklumi sifat manja Simon terhadapku. Manja yang aku maksud bukan merengek-rengek minta ini itu, ya. Sikap Simon juga jauh dari kata melambai. Hanya terkadang Simon memintaku mengelus-elus rambutnya saat kepalanya ditumpangkannya ke atas pahaku. Itu biasanya terjadi di jam kosong, saat kami memilih duduk di atas rumput di taman sekolah sambil memakan bekal kami atau sekedar bercanda.
Makin ke sini, aku merasa semakin menyayangi Simon. Rasanya ada yang kurang jikanggak melihat wajahnya. Seperti pagi ini misalnya, Simon nggak bisa pergi kesekolah karena terserang demam dan flu sepulang dari kolam renang kemarin. Ya,gimana nggak sakit, waktu di kolam, Simon mengoralku yang sedang berendamkemudian dilanjutkan dengan bercinta dua ronde di bilik ruang bilas, sekaliwaktu kami baru masuk ke bilik dan sekali lagi saat kami tengah berbilas.
######################################
Halo! Gimana bagian kedua ini? Puas? Semoga bisa menemani malam minggu kalian bagi yg nggak punya pacar atau lagi LDR. Untuk yg punya pacar? Sana gih pacaran! Hahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
Charlie Punya Cerita
FanfictionHai! Aku Charlie, iya, Charlie Puth yang penyanyi itu. Ini cerita aku di universe yang lain. Penasaran gimana kehidupanku? Nggak usah sungkan untuk mampir! ########################################### Ini cerita keduaku di Wattpad. Kali ini aku solo...